Hari ini entah kenapa Alsa terlihat berbeda. Sejak pagi ia terlihat lebih bersemangat. Memasuki sesi latihan auranya semakin terasa kental. Ia bahkan meminta penyelarasan dilakukan lagi, padahal Ciel dan kepala medis mengatakan untuk istirahat dahulu. Namun, Alsa benar-benar ingin memulai penyelarasan. Ia sudah membulatkan tekad untuk menguasai semuanya dalam waktu singkat.
Melihat kesungguhan pasa pancatan mata Alsa, Ciel menuruti permintaan gadis itu. Penyelarasan dimulai dan yah, Alsa berhasil menguasai aliran energi dalam beberapa menit. Kali ini ia tidak pingsan lagi.
Penyelarasan percobaan kedua berhasil dengan baik. Satu sama lain mulai bisa merasakan energi setiap teman. Mulai bisa berkomunikasi melalui batin.
Hal ini membuat Ciel terkejut dan bangga. Yang terpilih sungguh luar biasa, termasuk Alsa. Ia tidak menyangka gadis itu bisa menguasai secepat ini. Bahkan ia benar-benar bisa mengontrol semua energi yang masuk ke dalam tubuhnya.
Namun, ada yang mengganjal pikiran Ciel. Saat ini dalam darah Alsa masih mengalir energi Raja Iblis. Apakah aman mereka melakukan penyelarasan? Bukankah bisa saja Raja Iblis memanipulasi energi Alsa sehingga membahayakan yang lainnya. Termasuk gadis itu sendiri.
Sudahlah. Ciel akan membahas hal ini dengan setiap para pemimpin pasukan. Terutama Zen, temannya itu lebih mengerti persoalan energi seperti ini.
Selesai melakukan penyelarasan, para yang terpilih merasa sangat lelah. Ini karena pertama kalinya mereka melakukan hal tersebut sehingga menguras tenaga. Karena hal ini Ciel menyuruh mereka untuk beristirahat sampai besok kembali melakukan latihan.
"Kau hebat, Alsa," puji Re disertai senyum tipis untuk Alsa kala mereka berjalan berdampingan menuju kastil.
Bibir Alsa mengukir senyum yang sama. "Terimakasih," balasnya.
Sesampainya di dalam kastil Alsa dan Re berpisah di pertigaan lorong. Re ke kanan dan Alsa ke kiri. Selama berjalan sendirian, Alsa banyak merenungkan hal yang terjadi belakang ini.
Berkat Erena pikirannya jadi terbuka. Saat ini Alsa sudah menerima keadaan bahwa ia harus berpatisipasi dalam perang. Menjadi bagian penting. Harus menguasai semuanya dalam waktu singkat. Setidaknya ia harus bisa dasar agar tidak sepenuhnya menjadi beban.
Bukannya melangkah ke kamar, Alsa malah membalik badan. Hendak pergi ke tempat Zen berada. Ingin bertanya banyak hal. Karena sesungguhnya ia masih belum paham dengan situasi di sini. Tentang perang. Strategi pihak mereka. Musuh yang dihadapi. Apa yang harus-- benar-benar harus ia lakukan. Terlalu banyak, inilah yang membuat Alsa enggan berpatisipasi dalam perang.
Begitu sampai di depan ruangan Zen, Alsa mengetuk sekali pintu kayu bewarna cokelat gelap, dengan ukiran bunga menghiasi setiap sudut pintu. Sedetik kemudian suara hangat serta lembut milik Zen terdengar.
"Masuk."
Perlahan Alsa membuka pintu. Masih berdiri di depan, ia menyunggingkan senyum tipis. Aroma lemon segar langsung memenuhi indra penciuman Alsa. Ia melihat Zen yang duduk sambil membaca dokumen sambil memakai kacamata bulat. Raut yang terlihat serius membuat Alsa merasa asing dengan Zen. Terlihat berbeda karena selama berinteraksi dengannya, pemuda itu lebih banyak memberikan senyum dengan aura hangat yang menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Because of the Light
FantasiaTerpanggil ke dunia lain tidak pernah terpikirkan oleh Alsa. Baginya hal tersebut hanyalah cerita fiksi semata. Namun, ia malah terbangun di padang bunga asing setelah semalaman berpesta dengan teman-teman kantor. Bertemu beberapa orang berjubah bir...