___
Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi🤍
Tetap jaga iman dan imun🤍Happy Reading!
***
Amelia dengan cepat menahan lengan Raga saat lelaki itu hendak beranjak pergi. Jantung Raga berdetak cepat, tapi bukan karena perasaan lama yang masih terpendam untuk Amelia. Tidak, kali ini rasa itu hanya diselimuti oleh ingatan tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh wanita itu, yang kembali menyeruak dalam pikiran Raga.
"Aku jauh-jauh ke kampus ini cuma buat ketemu sama kamu, Ga."
Mereka berdiri di parkiran, mengingat Raga memang berniat untuk segera pulang. Raga menutup mata dan perlahan menghembuskan napas panjang, mencoba menenangkan diri.
"Lepas!" Suara Raga terdengar tegas, penuh kebencian.
Amelia tidak menghiraukan, justru ia menggenggam lengan Raga lebih erat, dan dalam sekejap Raga terhenyak saat Amelia memeluknya. Raga, yang sama sekali tak mengharapkan pelukan itu, langsung merasakan getaran ketidaknyamanan yang mendalam. Ia pun langsung mendorong tubuh Amelia dengan kasar.
"Saya gak sudi dipeluk olehmu, Pengkhianat!" Raga mengucapkan kata-kata itu dengan nada yang penuh kemarahan. Tubuh Raga bergetar tapi, ia berusaha keras untuk menyembunyikan semua perasaan itu, Raga berusaha menjaga dirinya tetap tegar meskipun di dalam, ia terasa hancur.
Bola mata Amelia mulai berkaca-kaca, ia berkata, "Maafin aku, Aga."
Raga tidak menjawab. Ia memilih untuk membuka pintu mobil. Namun, Amelia segera menghalangi Raga untuk masuk ke dalam mobil. Raga menatap tajam wanita itu yang semakin menyebalkan di matanya.
"Jangan ganggu saya!"
"Aku gak ganggu kamu, Aga," jawab Amelia dengan nada lirih.
"Saya muak sama kamu, dan berhenti panggil saya dengan panggilan menjijikkan itu!" teriak Raga, suaranya keras dan penuh kebencian yang tak bisa dibendung.
Amelia menatap Raga dengan air mata yang mulai mengalir. Raga yang melihat itu semakin merasakan sakit di kepalanya. Semenjak Amelia mengkhianatinya, Raga menjadi memiliki gangguan kecemasan karena rasa trauma yang diberikan oleh Amelia. Sekarang, Raga membutuhkan obat anti-depresan untuk menenangkan reaksi tubuhnya.
"Pergi!" Suara Raga terdengar memekakkan telinga. Ia ingin Amelia menjauh darinya karena. tubuhnya mulai gemetar, keringat dingin mulai menghiasi tubuh Raga.
"Kamu kenapa, Ga?" tanya Amelia, wajahnya penuh kekhawatiran melihat kondisi Raga.
Belum sempat Raga menjawab, suara lain tiba-tiba menyusup ke dalam pendengarannya. "Heh, lo ngapain, Raga?" Suara perempuan lain itu tajam dan menginterupsi. Raga menoleh, dan pandangannya langsung bertemu dengan Naya, yang berdiri dengan tatapan penuh amarah, matanya melotot ke arah Amelia.
"Gausah ikut campur lo!"
Naya maju selangkah lalu mendorong tubuh Amelia dengan kasar. Amelia langsung menatap tajam ke arah Naya.
"Pergi lo!"
"Lo yang pergi!" kata Amelia tidak terima.
Naya segera berdiri tegak, menghalangi jalan Amelia yang berusaha mendekati Raga. Tanpa ragu, ia berdiri tepat di hadapan Raga, menghalangi pandangan Amelia, seolah memberi peringatan. Raga bersandar pada badan mobil, seakan berusaha menenangkan dirinya sendiri.
"Astagfirullah, tenang, Raga," lirih Raga, mencoba menenangkan kekalutan yang muncul begitu saja. Ia berusaha mengirimkan serangkaian sugesti positif, meyakinkan diri untuk tetap tenang dan tidak kehilangan kendali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Hati Braga (END)
RomanceBraga Pratama Athaya tenggelam dalam jurang patah hati setelah hubungannya dengan Amelia Syakira kandas. Perasaan yang hancur membuatnya mengidap gangguan kecemasan. Di tengah kekelaman itu, hadir sosok Naya Ayura Ningtyas, seorang wanita yang memb...