Pagi ini aku terpaksa harus telat 10 menit untuk tiba di kantor. Padahal aku belum pernah sekalipun terlambat masuk kerja. Tapi apa boleh buat, aku memang telat bangun dan walhasil aku telat berangkat.
Meskipun apartemenku tidak begitu jauh dari kantor tempat kerjaku, tapi tetap saja aku harus menghadapi kemacetan ibu kota. Padahal aku sudah berangkat pakai ojek tapi tetap saja tidak keburu.
Sampai di kantor, malah kudapati kejadiannya tidak kalah aneh dari yang kualami saat di apartemen barusan.
Di lantai basement, depan pintu masuk karyawan, aku sedang berusaha untuk check-in di mesin absen model vingcard reader, tapi mesin itu tidak mengenali ID Card ku. Sepertinya mesin tersebut bermasalah atau ID Card ku yang bermasalah.
"Eh ... Noval!! Ke mana aja kamu!? Tiga hari menghilang ga ada kabar. Di telepon HP-mu juga ga aktif. Hampir saja perusahaan ini memecat kamu."
Aku pun terkejut karena lagi-lagi ada seorang wanita cantik yang tiba-tiba menegur dan memanggil namaku seperti sudah lama mengenalku. Aku malah tidak mengenalnya sama sekali dan belum pernah melihat wanita itu di kantor sebelum-sebelumnya.
Lalu aku notice sesuatu dari kata-katanya, 'tiga hari'? Iya ... tadi wanita bernama Jennifer itu juga bilang kalau kejadian gempa sudah lewat dari tiga hari yang lalu.
"Eh ... iya mbak, tiga hari saya nggak masuk ya?" kubalas.
"Lho, kamu tiba-tiba menghilang ga ada kabar setelah gempa. Apa yang terjadi Noval?" tanya wanita itu.
Aku melirik ke arah ID Card yang dikalungkannya. Kulihat namanya adalah Ervinna. Entah kenapa sekilas aku jadi teringat teman kerjaku yang bernama Irfan.
'Ervinna?' tiba-tiba aku bergumam dalam hati. Dan yang kupikirkan saat itu adalah ... Irfan.
Karena jika diperhatikan, rupa wanita bernama Ervinna itu juga seperti ada kemirip-miripan dengan Irfan, hanya saja Irfan dalam versi cewek. Seperti jika mereka adalah saudara kembar lelaki dan perempuan.
"Kamu udah absen tiga hari berturut-turut, ID card mu pasti bermasalah. Kamu harus menghadap ke bu Boris dulu sana." kata Ervinna.
"Oh, ii—iya mbak."
"Eh kenapa sih kamu dari tadi koq manggil aku mbak? Ga biasa-biasanya, kayak baru kenal aja." kata wanita itu.
"Ah, eh ... ii—iya. Ya udah aku ke bu Boris dulu." kataku.
Bu Boris?? Ini lebih aneh lagi. Karena HRD Manager ku namanya pak Boris! Lantas siapa bu Boris ini? Istrinya pak Boris??
"Permisi...," aku mengetuk pintu ruangan bu Boris.
"Masuk." sahut seorang wanita dengan suaranya yang terdengar berat.
Betapa terkejutnya aku ketika kulihat sosok seorang wanita yang benar-benar mirip dengan pak Boris. Seperti melihat pak Boris dalam versi wujud rupa wanita, namun ya bukannya pak Boris lantas berubah jadi banci. Melainkan benar-benar berganti rupa menjadi wujud sosok wanita asli.
Pokoknya pak Boris benar-benar telah digantikan segala-galanya, mulai dari rupa, sosok, wujud, fisik dan segala komposisi pada dirinya—oleh wanita bertubuh besar di hadapanku ini. Entahlah bagaimana aku harus menjelaskannya lagi.
Seperti halnya pak Boris, bu Boris juga adalah sosok wanita paruh baya.
Wajahnya selalu serius dan tidak pernah tersenyum sehingga membuatnya semakin terlihat 10 tahun lebih tua dari usia aslinya. Tubuhnya juga overweight, wajahnya gempal, pipinya bulat dan tebal, membuat lekuk matanya semakin menyipit terlebih lagi sorot matanya yang jutek dan selalu nanar. Ia memakai rok span sedengkul dan yang mengejutkan adalah bulu kakinya pada betis terlihat sangat lebat seperti lelaki. Dan entah kenapa ia tetap pede dan tidak memakai stocking.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERNOVA
FantasySUPERNOVA Dua bintang yang menjadi komet dengan kecepatan cahaya saling bertabrakan. Sebuah ledakan maha dahsyat terjadi jutaan tahun cahaya jauhnya dari planet bumi. Ledakan cahaya bintang tersebut mengeluarkan radiasi yang menyebar ke seluruh alam...