Samar mulai terdengar suara orang-orang yang ia hafal, telinganya jadi sensitif sampai ia sedikit meringis ketika merasakan pusing di bagian kepala yang di perban.
Ada yang aneh, seluruh tubuhnya sakit.
Sungguh sakit..
Beberapa orang sudah mengelilinginya, dan yang lain berkata sudah bisa dikatakan sadar. Tak lama dari sana, dua sampai tiga orang masuk ke dalam ruangan dingin itu.
Cakra hafal siapa saja meski tak sepenuhnya mampu untuk melihat dengan jelas wajah ke tiga orang di samping kanan dan kirinya. Ia tahu kalau di samping kanan yang tengah duduk adalah Tita, dan dua orang lain disisi kirinya adalah Galaksi dan juga Bima yang datang menggunakan kursi roda.
Bima.. dikursi roda? Ada apa?
Cakra tak tahu kenapa bisa sesakit ini, tiga detik kemudian ia ingat kenapa sekarang dirinya terbaring di sini.
"Cak, udah bangun?"
Laki-laki itu menjawab dengan sedikit menganggukkan kepalanya pada Bima. "Syukurlah.. gue khawatir lo kenapa-napa." Ucap Bima jujur.
Cakra Aira tersenyum, ingin rasanya ia membalas kalau misalkan memang dirinya harus kenapa-napa. Ia ingin Bima tahu, jika ia bersedia mendonorkan hatinya untuk sahabat terbaik sepanjang masa seperti Bima Atja.
Ia hanya ingin berterima kasih, karena Bima memang Kakak yang paling baik.
Saat dirinya pergi dalam keadaan marah pun hingga akhirnya begini, Bima tetap mengkhawatirkannya. Bima selalu ada di samping Cakra Aira meski dirinya juga tengah tak sempurna, walau dirinya tidak baik-baik saja hingga memaksa datang dan duduk di kursi roda seperti itu.
"Cak--"
"Ga.." ucap Cakra lemah memotong perkataan Galaksi. "Mulai hari ini, bisa.. panggil gue Kakak?" Tanyanya.
Galaksi diam sejenak sebelum akhirnya ia mengangguk sepihak dengan hati yang belum sepenuynya yakin, apa mampu gue panggil lo Abang, Kakak atau yang lainnya? Halah! Repot!
"Silahkan, Ga.." Lanjut Cakra mengizinkan.
"Jadi, Cakra.. Abang Cakra.. lo gak amnesia, kan?"
Dan dengan begitu Bima menonjok pinggang Galaksi yang tepat berdiri disampingnya sampai anak itu meringis kesakitan.
"Kalo ngomong!"
"Apaan si?! Gue cuman nanya doang, Bim."
"Woy! Tenang sedikit bisa gak sih lo berdua?! Ribut mulu! Heran gue." Tita turut ikut campur.
"Bima, Tit!"
"Tita! Ga!!" Keduanya malah sama-sama meninggikan suara.
Cakra terkekeh meski seluruh tubuhnya masih merasakan sakit. Ia senang, ia bahagia, ia bersyukur bisa tumbuh dan hidup di antara orang-orang ini. Perkataan Galaksi sepulang dari rumah Bima benar, dirinya punya banyak orang yang sayang dan tulus merawatnya.
Ia punya Galaksi, adik laki-laki yang pintar, mampu diandalkan dan pandai dalam segala bidang.
Ia punya Bima, seorang Kakak penyabar untuknya dan juga Galaksi. Meski tanpa keduanya sadari atau tidak, beberapa sikap seperti ingin menang sendiri kadang membuat Bima pusing. Juga seringnya mereka dihadiahi ceramah panjang. Namun, Bima juga bisa jadi gerbang solusi terbaik untuk keduanya.
Ia punya orang sekampung yang merawatnya, sejak ia ditinggalkan sampai sekarang sekolah pun mereka semua bersama-sama mengumpulkan sedikitnya uang untuk biaya sekolah Cakra.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] BabeLova - Jaemin, Haechan, Mark
Teen Fiction[BabeLova] -Cakra yang tinggal di gudang masjid, karena orang tuanya meninggal saat ia masih kecil. "Aku? Sendiri? Aku, kan punya Kakak sama Adek! Siapa? Jelas Kak Bima dan Adek Gaga! Siapa lagi? Aku.. aku cuman punya kalian. Iya, kan? Kakak Bimaa...