3

223 30 2
                                    

Chaeyoung ngga tau kenapa kalau mamahnya suka banget nyuruh dia nganterin barang ke rumah Jungkook itu malem-malem.

Kenapa ngga siang? Apa sore gitu?

Ini udah jam 8. Gerimis.

"Sial, baju gue tembus pandang lagi" kata Chaeyoung dengan berlari dari halaman depan ke rumah.

Chaeyoung bawa mobil.

Chaeyoung masuk gitu aja. Karena dia tau dirumah cuma ada Jungkook.

Orangtuanya lagi pergi.

Keadaan rumah Jungkook cukup gelap. Cowok itu mana rajin buat ngehidupin semua lampu.

Chaeyoung naruh barang titipan mamahnya di ruang tengah.

Cewek itu awalnya mau langsung pulang, tapi matanya ngeliat pintu belakang yang terbuka.

Chaeyoung berniat menutup pintu tapi,

"Capek gue, Jung"

Ada Jimin sama Jungkook lagi duduk diteras belakang.

Merokok.

Chaeyoung berhenti dibalik pintu. Ia menyandarkan punggungnya ke dinding. Ingin mendengarkan.

"Ya lo jangan semua di beban sendiri. Cerita ke nyokap lo. Minta dukungan" balas Jungkook.

Jimin mengepulkan asap rokoknya, "Ntar nyokap kepikiran. Kasian gue"

"Lah daripada lo pontang panting sendiri gini, bego"

Jimin merebahkan dirinya diteras. Jungkook melirik sekilas.

"Jadi anak yatim susah ya Jim?"

Jimin ngelirik.

Jungkook balas ngelirik.

Dan keduanya tertawa.

"Gila lo, kalo ngeledek nginjek bumi tolol" kata Jimin dengan tertawa.

Itulah alasan Jimin suka kerumah Jungkook. Dia suka ngobrol sama Jungkook buat ngilangin stress.

Jungkook membuang puntung rokoknya yang emang udah tinggal sekecil jari kelingking.

"Tapi serius deh, Jim. Lo ngga pengin cari cewek gitu? Buat support system lah bahasanya" kata Jungkook.

Jimin menggeleng, "Ngga ada waktu gue buat gituan"

Jungkook diam.

"Jangan bilang lo mau comblangin gue sama kak Chae?" tuduh Jimin.

Jimin masih sadar dan tau kalau Chaeyoung masih terus berusaha ngejar dia.

Jungkook mengendikan bahu acuh.

"Ngga ada salahnya nyoba sama kak Chae"

"Gila lo. Gue yang ngga bakal bisa ngikutin dia. Dia terlalu high buat gue"

Chaeyoung terdiam dibalik dinding.

Terlalu high?

Ngga ada yang ada namanya terlalu tinggi jika hati sudah memilih.

Pada dasarnya hati Jimin memang enggan.

"Daripada lo comblangin gue. Mending cariin cowok buat kak Chae biar ngga ganggu gue mulu" kata Jimin.

"Serius lo? Ntar kak Chae pergi, lo malah ngerasa kehilangan"

"Yang ada gue sujud syukur sama lo udah buat dia pergi"

Chaeyoung menyandarkan kepalanya pada dinding. Matanya menatap lurus ke depan.

Chaeyoung membeku.

Jadi selama ini Jimin merasa terganggu dengan kehadirannya?

Jadi senyum ramah yang biasa Jimin tunjukan adalah palsu?

Jadi sikap manisnya adalah akting?

Pada akhirnya Jimin memang menolak Chaeyoung bahkan sebelum cewek itu mengibarkan bendera perjuangannya.

Chaeyoung belum sepenuhnya ngejar Jimin tapi responnya udah kaya gini?

Chaeyoung tersenyum tipis. Miris juga ya kisah cintanya.

Mana cinta pertama.

"Apa gue nyerah aja ya?"

.

.

.

Selama 3 hari Chaeyoung mengurung diri.

Dia bingung harus gimana.

Dia pengin pergi aja dari Jimin tapi hatinya juga masih mau berjuang.

Tapi sakit.

Sampai akhirnya menjelang sore Chaeyoung memilih keluar.

Mencari udara segar.

Niatnya begitu.

Tapi sialnya lagi-lagi Chaeyoung ngebawa dirinya buat kesini. Ke kafe Bang Jin.

Tempat partime Jimin.

"Ngapain kesini sih? Bego"

Chaeyoung meremat stir mobilnya. Chaeyoung terus memandangi pintu belakang kafe itu.

Dalam hatinya berharap ada seseorang yang keluar dari sana.

Seseorang yang Chaeyoung rindukan juga ingin dilupakan.

Beberapa saat kemudian,

Jimin benar-benar keluar dari pintu belakang itu.

Chaeyoung tanpa sadar memfokuskan matanya. Hanya untuk Jimin.

Dan ternyata Jimin ngga sendiri, ada Lim Hanna bersamanya.

Chaeyoung meremat stir mobilnya semakin kencang.

Ia merasa cemburu. Kenapa Lim Hanna bisa sebebas itu ngobrol, ketawa bahkan menyentuh Jimin?

Chaeyoung merasa hatinya kembali sakit.

Apalagi saat Jimin balas tersenyum. Dan terlihat jauh lebih tulus dibanding dengan saat bersamanya.

Chaeyoung mengusap sudut matanya yang ternyata berair. Chaeyoung nangis.

"Udah lah Chae. Mending balik" katanya pada diri sendiri.

Tapi bukannya menuruti malah sekarang Chaeyoung turun dari mobil.

Melangkah mendekat.

Demi Tuhan, Park Chaeyoung.

Chaeyoung ngga tau mau apa, tapi kakinya terus bergerak mendekat.

Namun langkahnya berhenti saat Jimin menyadari keberadaannya.

Mata Jimin menatap Chaeyoung.

Sebelum akhirnya, tangan Jimin perlahan meraih pinggang Hanna.

Menariknya mendekat.

Meraih tengkuknya. Jimin mencium Lim Hanna.

Didepan mata Chaeyoung.

Mata Chaeyoung memanas disaat ngeliat Jimin ciuman sama cewek lain dengan tatapan yang masih lurus pada Chaeyoung.

Tatapan dingin. Dan merasa terganggu.

Tangan Chaeyoung meremas ujung bajunya.

Jimin masih terus mencium Hanna.

Chaeyoung melangkah mundur. Air matanya udah ngga terbendung lagi.

Chaeyoung berlari ke arah mobil.

Melajukan mobilnya untuk pergi dari tempat sialan itu.

Menembus keramaian jalanan dengan tangis derasnya.

Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang