🌷11: Sayang

17.3K 1.5K 14
                                    

Aluna berdiri di depan cermin seraya memperhatikan tampilannya. Dia memakai rok plisket putih dan blouse senada dengan memakai flat shoes serta tote bag sebagai pelengkap. Memutar tubuh, Aluna melihat Althair yang tengah memakai jam tangan.

Aluna berdecak kagum, suaminya terlihat sangat tampan dengan memakai kemeja dan jas hitam, serta celana kain dan sepatu formal. Para wanita mana pun pasti akan tertarik pada suaminya, membuat Aluna berdecak dalam hati.

“Atha, aku enggak apa-apa, kan, pake baju ini?” tanya Aluna seraya memakaikan dasi di leher Althair dan Althair yang memeluk pinggang Aluna.

Althair menatap Aluna dari atas hingga bawah lalu menghela napas pelan. “Kaus kakinya mana, Aluna?”

“Ada, enggak usah dipakai, ya?” pinta Aluna memelas. Althair menggeleng cepat dengan matanya yang menatap Aluna tanpa ekspresi. Melihat itu, nyali Aluna mencuit. “Iya- iya aku pakai,” gerutu Aluna.

“Salah satu kewajiban seorang muslimah adalah menutup auratnya. Terkadang banyak wanita yang belum mengetahui bahwa kaki adalah aurat. Maka dari itu muslimah wajib menutupinya dengan kaus kaki agar tidak menjadi sebuah dosa,” ujar Althair membuat Aluna terdiam. Nasib nikah sama yang paham agama, jadi harus siap kalau apa-apa diceramahi, batin Aluna.

“Emangnya aurat perempuan apa aja?” tanya Aluna sambil memakai kaus kakinya.

Althair mendudukkan dirinya di tepi ranjang, menunggu Aluna selesai memakai kaus kaki. “Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, beliau berkata, Asma’ binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dengan memakai pakaian yang tipis. Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun berpaling darinya dan bersabda, “wahai Asma, sesungguhnya seorang wanita itu jika sudah haidh (sudah baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali ini dan ini”, beliau menunjuk wajahnya dan kedua telapak tangannya.”

“Para ulama berbeda pendapat mengenai batasan aurat bagi wanita. Ulama Hanafi, Maliki dan salah satu pendapat dalam madzhab Syafi’i berpendapat seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Sedangkan ulama Hambali berpendapat bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat termasuk wajah dan telapak tangan. Sehingga, dari sini kita ketahui bahwa para ulama berpendapat kaki bagian bawah pun termasuk aurat yang wajib ditutup,” jelas Althair, Aluna tampak diam menyimak.

“Selain dalil-dalil mengenai batasan aurat secara umum, terdapat juga beberapa dalil yang jelas menunjukkan bagian bawah kaki wajib ditutup. Diantaranya yaitu hadits Ummu Salamah radhiallahu’anha, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika bersabda mengenai masalah menjulurkan ujung pakaian, aku berkata kepada beliau, ‘wahai Rasulullah bagaimana dengan kami (kaum wanita)? Nabi menjawab: ‘julurkanlah sejengkal. Lalu Ummu Salamah bertanya lagi: ‘kalau begitu kedua qadam (bagian bawah kaki) akan terlihat?: Nabi bersabda: ‘kalau begitu julurkanlah sehasta. Syaikh Al Albani pun menyatakan: “hadits ini dalil bahwa kedua kaki wanita adalah aurat. Dan ini merupakan perkara yang sudah diketahui oleh para wanita di masa Nabi. Buktinya ketika Nabi mengatakan: ‘julurkanlah sejengkal, Ummu Salamah berkata: ‘kalau begitu kedua qadam (bagian bawah kaki) akan terlihat?’ menunjukkan kesan bahwa Ummu Salamah sebelumnya sudah mengetahui bahwa kedua bagian bawah kaki adalah aurat yang tidak boleh dibuka. Dan hal itu disetujui oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Oleh karena itu beliau memerintahkan untuk memanjangkan kainnya sehasta. Dan dalam Al Qur’an surat An-Nur ayat 31 Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya; dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.”

Aluna berdiri mendekati Althair, bertepuk tangan heboh membuat Althair heran. “Keren!” puji Aluna. “Tapi, kalo kamu terus ceramah yang ada nanti aku bisa telat ke kampusnya. Yuk sarapan!” ajak Aluna, menarik tangan Althair untuk berdiri.

“Sebentar Aluna, saya belum kasih kesimpulan.”

Aluna berhenti, menoleh pada Althair dengan tatapan sebal. “Oke, terakhir. Jadi, apa kesimpulannya?”

“Jadi kesimpulannya, kaki bagian bawah bagi wanita adalah aurat yang wajib ditutupi. Sebagaimana diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam banyak ayat Al Qur’an dan hadits. Maka sudah semestinya setiap wanita muslimah bertakwa kepada Allah dan senantiasa menutup auratnya, khususnya kaki bagian bawah yang kini telah banyak dilalaikan dan disepelekan kaum muslimah. Paham yaa zaujati?”

Aluna tersenyum gemas, menangkup pipi Althair dan dia gelengkan ke kanan-kiri. “Iya suami, aku paham kok. Makasih, ya, udah kasih pengertian ke aku. Aku yang dulunya enggak tahu apa-apa, sekarang jadi tahu banyak hal terlebih tentang agama dari kamu. Makasih sayangku,” ujar Aluna diakhiri kecupan singkat di pipi kiri Althair membuat pria itu terkejut, telinganya tampak memerah dan jantungnya berdetak lebih cepat mendengar ucapan ‘sayang’ dari bibir Aluna dan tindakan tiba-tiba yang gadis itu lakukan.

🌷🌷🌷

Althair memberhentikan mobilnya di depan kampus Aluna, dia menoleh pada Aluna. “Pulang nanti, saya jemput.”

“Eh enggak usah, aku bisa pulang sendiri kok. Lagian nanti aku juga mau mampir sebentar ke toko buku.”

“Saya temani.”

“Tapi Atha—”

“Saya tidak terima penolakan,” kata Althair tegas.

Aluna menghela napas. “Ya udah iya terserah kamu. Aku turun dulu.”

“Sebentar.” Althair mengambil sesuatu di saku celananya lalu memberikan pada Aluna. “Saya lupa kasih ini ke kamu,” ujar Althair menyerahkan sebuah kartu berwarna hitam pada Aluna.

Aluna mengerjapkan matanya beberapa kali, menatap terkejut kartu di tangan Althair. “B-buat aku?” tanya Aluna shock. Mengambil kartu yang Althair berikan dengan tangan sedikit gemetar.

“Iya, sudah kewajiban saya sebagai seorang suami untuk menafkahi kamu.” Althair mengusap kepala Aluna lembut disertai senyum manis.

“Makasih, aku bakal pakai kartu ini dengan baik dan enggak bakal boros. I love you!

“Ahabbakalladzi ahbabtani lahu,” balas Althair.

“Apa artinya?” tanya Aluna bingung.

Althair terkekeh, menepuk-nepuk kepala Aluna pelan. “Cari tahu sendiri,” ujar Althair membuat Aluna memanyunkan bibirnya kesal. Althair mencubit pipi Aluna gemas. “Nanti sore kita pindah, ya.”

“Pindah ke mana?”

“Rumah kita.”

Pipi Aluna bersemu merah mendengarnya.

“Akhirnya! Enggak bakal deh serumah lagi sama Raskal yang usil, tapi sedih karena enggak bisa main lagi sama Aru,” kata Aluna sedih.

“Nanti kalo ada waktu, kita sering-sering main ke sana.” Aluna mengangguk semangat. Lalu Althair menyuruh Aluna agar mendekat, namun Aluna justru menatapnya bingung.

“Kemari,” kata Althair membuat Aluna perlahan memajukan tubuhnya pada Althair. Dan secara mengejutkan Althair mendaratkan kecupan di keningnya seraya memeluk Aluna dan berbisik, “Semangat kuliahnya, istri. Belajar yang rajin supaya bisa ajari anak-anak kita nanti.”

“Sok-sokan ngomongin anak, aku ajak buat aja kaku enggak mau,” cibir Aluna.

Althair terkekeh. “Iya nanti.”

“Ya udah aku keluar dulu, nanti kalau udah selesai kelas, aku langsung bilang kamu.”

“Iya.”

Aluna mencium punggung tangan Althair, begitu pun Althair yang mencium kening Aluna. “Assalamualaikum zauji.”

“Wa'alaikumussalam zaujati.”

Bersambung.

28/11/22
Revisi: 10/11/23

ALTHALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang