Sebulan sudah kulewati sebagai pagawai diperusahaan ini selama itu juga aku berangkat dan pulang kerja dengan mas Iman, orang yang selama ini menjadi mentroku, selama itu juga dia selalu baik padaku, tidak hanya itu aku juga sudah bisa membaur dengan tim sementara ku, Sapri, Iqbal, Winter dan mas Iman. Namun penetapan tim untuku belum diumumkan dan molor beberapa minggu dari yang ditentukan, jika aku dipindahkan ke tim lain maka aku harus bisa menyesuaikan diriku lagi.
"Gua minta perhatian nya guys, waktu kita gak banyak, cepet aja" tungkas bang Abdul.
"Faris udah seminggu kerja disini mungkin lebih"tungkas nya.
"Emmmmmmm... Gimana ya, soalnya dari tim Nurdin ada yang out maka dari itu Faris gua taro di timnya Nurdin gantiin dia, untuk tim-tim lain gada perubahan tetep sama, gua harap dengan adanya Faris bisa ngasih dampak positif ke divisi kita" ucap nya panjang lebar.
Seperti biasa setiap selesai melakukan briefing para pekerja langsung melakukan perkerjaan nya masing-masing termasuk aku, namun karna ketidak tahuan ku atas yang mana orang bernama Nurdin tersebut membuat ku harus berusaha ekstra mencari tempat nya bekerja, namun tak membuahkan hasil.
"Nyari Nurdin?" Ucap seseorang menyapaku..
"Eh mas"
"iya nih, bingung daritadi belum ketemu Nurdin yang mana" balasku.
"Yo gua anter" balasnya.
Ku mengikutinya dari belakang, berjalan di belakang nya membuat ku ngeri-ngeri sedep, dapat ku llihat otot punggung nya yang seperti pahatan itu, sempat terbesit dibenaku tentang bagaimana mas Iman melatih tubuh nya, namun karena sungkan maka tak jadi kutanyakan.
Mas iman membawaku pada tempat dimana Nurdin bekerja, terdapat 6 orang yang sedang duduk santai disana yang kuyakini salah satu dari mereka adalah Nurdin, perasaan tak enak menyeruak takala aku menginjakan kaki ku di tempat ini, mereka menatap ku seolah aku adalah mangsa yang siap mereka santap, tatapan sinis itu sungguh membuatku tak nyaman. Nurdin sang ketua.. orang dengan perawakan tinggi, berambut kribo, dan berbadan gempal ini dia berlaga seakan raja yang sedang menyambut tawanan perang nya, dia berdiri dengan tangan terlipat didada.
" Budiman sang Byson.. hahahahha.. ada apa neh sampe turun gunung" ucapnya sambil tertawa mengejek pada mas Iman.
Mas Iman menariku yang memang sedikit takut dan ragu-ragu, dia seolah memaksaku masuk kedalam kandang para anjing.
"gausah takut" ucap nya seraya menarik badanku masuk lebih dalam.
"Din" ucap nya sambil memijat bahu Nurdin.
"Gua titip dia disini, kalau sampai ada laporan yang gak enak masuk telinga gua" timpal nya lagi yang kini tangannya meremas kencang bahu Nurdin, sampai dia meringis kesakitan.
"Lu tau lah resikonya" tambah mas Iman seraya tangan nya meremas lebih kencang bahu Nurdin lalu kemudian dia pergi. memang betul yang dikatakan Winter kalau dekat dia siapapun bisa aman, tapi apakah aku selemah itu dimata nya? Pikirku.
"Bajingan itu, dia pikir siapa dia seenaknya sama orang" ucap nurdin sambil dia memijit bahunya.
"Tunggu saja bud, kalau waktunya tepat, habis kamu" timpal nya sinis.
"ngapain liatin doang?" Tanya nya
"sono lu bantuin bocah bocah" timpalnya mengusirku.
"Siap bang" balasku.
Tapi kalau ku pikir lagi Bang Nurdin ini tidak sejahat yang Iqbal omongin, dia memang tampak lebih blak-blakan dan berani di banding mas Iman tapi saja ada sesuatu dari mas Iman yang membuat segan padanya di banding Nurdin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SI TANGGUH DAN SI POLOS
RomanceMenceritakan Faris, anak biasa yang mencoba mengadu nasib disebuah Kota yang keras, namun dia malah terjerumus masuk kedalam dunia yang seharusnya tak ia masuki. 🚫Homopobic dilarang baca Cerita ini mengandung kata-kata dan perbuatan tak seronoh, m...