part-40

2.1K 109 42
                                    

"Kamu harus sadar Zhela, d-dia itu setan." Tunjuk Bagas dengan gemetar.

Asya memutar bola matanya malas.
"Kak Bagas, dia bukan setan."

"Apa?" Sontak tubuh Bagas yang masih berbaring duduk tegak dalam sekejap. Ia melihat semua orang dan tak ada satupun dari mereka yang ketakutan melihat laki-laki China itu.

Ini bukan halusinasinya kan?

"Beneran?"

"Iya." Jia li mengusap bahu suaminya yang terlihat masih syok.

Bagas mengusap dadanya pelan, ia menatap Chen Heng yang duduk disofa seberangnya bersama Zhela. Laki-laki itu tidak tau harus melakukan apa.

Ia ingin marah, tapi disatu sisi lain Bagas marah untuk apa? Jika ia memukul wajah Chen Heng dengan alasan masa lalu, Chen Heng pasti akan mempertanyakan dan membela diri untuk alasan laki-laki itu menghianati Asya dulu.

Dan Bagas tidak ingin Adiknya tau bahwa selama ini, pernikahan keduanya retak akibat Asya yang memulai duluan. Atau bisa dikatakan Rasya saja.

Ha, hidup adiknya itu memang benar-benar rumit. Jika saja mereka tau lebih cepat keberadaan Rasya, semua ini tidak akan terjadi.

Perselingkuhan, perceraian dan kesalah pahaman ini mungkin bisa dihindari jika Rasya tidak berbuat ulah atau mereka tau selama ini Rasya menyamar menjadi Asya, mereka pastinya akan membatasi wanita itu untuk tidak terlalu aktif diluar rumah.

Akibatnya adalah ini.

Seakan melupakan sesuatu, Bagas beralih menatap Ariz yang wajahnya masam. Tidak perlu ditanyakan, laki-laki itu pasti marah tanpa bisa melakukan apa-apa.

Lirikan ia berikan kepada adiknya, Asya yang menyadari itu memberi Bagas senyum tipis.

Menarik, sepertinya akan ada pertunjukan menarik kedepannya.

"Chen Heng benar kata Zhela, kamu bermalam saja malam ini. Sekaligus merayakan kepulangan Asya dari rumah sakit." Sebenarnya Bagas ogah, tetapi demi memanasi hati laki-laki bajingan, biarkan ia memanfaatkan laki-laki brensek lainnya.

Ingin rasanya Bagas tertawa, ia baru menyadari bahwa laki-laki yang pernah bersama adiknya tidak pernah baik, Asya benar-benar kurang beruntung.

"Apa boleh?" Chen Heng menatap harap kearah Bagas yang notabenya pernah menjadi sahabatnya.

"Tentu, Zhela merindukan mu. Apapun yang Zhela inginkan aku akan turuti." Juga, pasti ujung-ujungnya akan ada drama tangisan yang dipentaskan oleh keponakan tersayangnya ini jika tidak di turuti kemauannya.

"Lagi pula pestanya belum dimulai, jadi bermalamlah malam ini, kan Asya?"

Asya yang tau rencana Kakaknya hanya mengangguk saja.

Disisi lain Ariz tidak terima, kenapa Bagas malah berbaik hati kepada mantan suami Asya ini! Laki-laki itu mengira, Chen Heng akan diperlakukan tidak baik sama seperti yang ia rasakan dulu.

"YEAYY! MAKASIH OM BAGAS!" Teriak Zhela memeluk Bagas dengan hati gembira.

Mulut Ariz terbuka tapi urung melihat putrinya, apa yang akan Zhela katakan jika ia berkata tidak setuju?

Beralih Zhela menatap Ariz yang ia lupakan sedari tadi, ia meringis dan menghampiri laki-laki itu.

Ariz tentu bahagia saat Zhela menghampirinya, akhirnya putrinya datang kepadanya.

"Ada apa Zhela?" Ingin rasanya Ariz mengatakan bahwa ia sama sekali tidak menyukai putrinya dekat dengan orang lain.

"Anu, Paman. Zhela mau minta maaf karena selama ini Zhela terus manggil Paman Papa." Sesal Zhela, bagaimana pun gadis kecil itu tau bahwa Ariz juga memiliki keluarga, yang berarti Ariz juga memiliki anak. Dan Zhela tidak ingin serakah mengambil Papa orang lain.

Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang