BAB 2

1.7K 241 33
                                    

Sasuke termenung sendirian di danau pinggir desa yang dekat dari komplek Uchiha. Setiap sore; setelah berlatih, Sasuke suka menikmati senja di danau. Merenungi banyak hal. Rencana balas dendam yang terus berlarian di dalam otak. Namun bingung harus dari mana Sasuke memulai. Dia butuh kekuatan besar. Jika terus di Konoha Sasuke sulit berkembang. Apalagi leluasa mencari Itachi. Selain itu Sasuke benci desa ini dan para petingginya. Mereka membenci Uchiha. Pembantaian klan tak lain menguntungkan mereka yang sejak awal ingin mengusir Uchiha dari desa.

Namun, apa yang bisa dilakukan anak kecil seperti Sasuke untuk melawan? Dia terlalu lemah berjalan sendiri di atas jalan yang dipenuhi ranjau.

Sasuke melempar kerikil ke dalam danau resah.

"Aku rindu Ibu," gumam Sasuke sedih. Di tempat ini tidak ada orang yang tahu sisi lemah Sasuke. Dia bebas mengekspresikan perasaanya. Bagaimana Sasuke masih bersedih kehilangan orangtuanya meski sudah berlalu dua minggu setelah kejadian.

Sasuke rindu masakan ibunya, pelukan lembut Mikoto untuk menidurkan Sasuke, ketegasan Fugaku ketika melatihnya jurus baru dan masih banyak lagi kerinduan akan keluarganya. Semua harus lenyap dalam semalam.

Tidak adil. Hanya Sasuke yang tersisa. Kenapa Itachi tidak membunuhnya juga? Sasuke harus menanggung rasa sakit karena kehilangan.

"Itachi sialan!"

Bugh! Sasuke memukul kayu jembatan kencang sampai membuat bunyi benda yang jatuh. Sasuke menoleh waspada. Siapa yang berani menganggu waktunya sendirian? Tak lain anak perempuan yang menghantui isi otak Sasuke belakangan ini.

"Hyuuga?"

Hinata tampak terkejut. Wajahnya gugup seperti ketahuan mencuri sesuatu.

"Ada perlu apa?" Sasuke mencoba seramah mungkin tapi tetap ketus di telinga Hinata.

"Ah, itu..." Hinata menunduk ketakutan. Tapi kotak berisi Dango yang dia beli di pasar membangkitkan keberanian Hinata.

Hinata sudah membulatkan tekad untuk memberikan Dango manis ini kepada Sasuke.

Jangan takut. Sasuke bukan penjahat. Jika Naruto saja bisa tanpa pikir panjang membantuku saat kesusahan. Aku juga harus melakukan hal yang sama. Meski bukan hal besar aku harap kue Dango ini bisa membuat Sasuke sedikit bahagia.

"Beberapa kali melihat Sasuke-san di sini sendirian. Apa yang sedang kau lakukan?" Hinata mendekat dan tanpa seijin Sasuke duduk di samping laki-laki itu.

Sasuke terkesima. Setengah hidup mencari kesadarannya kembali. Hinata menyapa dan duduk di sini menemani Sasuke.

"Kenapa?" Sasuke bertanya tanpa sadar.

"Eum?"

"Ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?" Sasuke masih menatap lurus Hinata.

"Oh, ini untuk Sasuke-san."

Kotak berisi Dango manis disodorkan Hinata.

"Aku tidak meminta diberikan sesuatu."

"Memang. Aku tiba-tiba teringat Sasuke saat melihat kue Dango ini di pasar. Cobalah rasanya enak. Ini toko kesukaanku."

Sasuke tidak tahu apa Hinata sadar jika senyum yang terukir di wajah cantiknya berhasil menyembuhkan kesedihan Sasuke sore ini.

Ini bukan perasaan suka atau cinta. Tapi Sasuke lebih suka mengartikan jika kehadiran sosok Hinata sekarang yang menghampirinya adalah sebagai teman. Benar, karena Hinata lah orang pertama yang datang menemani Sasuke setelah pembantaian klan. Disaat orang menjauh karena takut. Hinata datang memberikan kue Dango. Bagaimana mungkin dada Sasuke tidak menghangat karena haru.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang