Beberapa saat kemudian aku dan umi mendapat undangan dari desa untuk mengikuti penyuluhan pengobatan gratis.
Besoknya aku dan umi mendatangai desa untuk mengikuti kegiatan tersebut. Sesampainya disana ternyata sudah banyak yang datang dan untuk pemeriksaan peserta harus ngambil nomor antrian terlebih dahulu.
Saat tengah duduk mengantri giliran, tak lama nomorku dipanggil kedepan.
"Antrian nomor sekian, silahkan kedepan." Ujarnya salah seorang panitia petugas.
Aku duduk bersama umi berdekatan, lalu seorang petugas yang terlihat seperti orang chinese asli menanyakan keluhan apa yang aku rasakan. "Kenapa dek, apa keluhannya ?" Tanyanya.
Aku sampaikan beberapa kata, apa yang aku rasakan keluhannya. "Iya bu ini telapak tanganku suka sering kuman air kenapa ya?" Tanyaku pada petugasnya.
"Rasanya gatal banget gak karuan".
Setelah sedikit kujelaskan. Petugas itu menanyakan dan menyarankan harus mengganti detergen cuci bajunya.
"Oh ini kamu alergi sabun ya, biasanya memang pakai sabun apa ? Coba ganti aja mungkin gak cocok sama kulit kamu." Ujarnya memberi saran.
Aku bilang bahwa aku memakai sabun sebuat aja inisialnya D. "Oh ya D ini memang kurang cocok ditangan kamu, nanti coba diganti saja yah" sambungnya.
Petugas memberikan beberapa obat untuk diminum.
Acara penyuluhan pengobatan gratis di desa telah selesai. Sesampainya dirumah obatnya aku minum.
satu dua kali aku minum, namun lagi-lagi tidak ada efek sama sekali bahkan memang rasanya biasa saja. beberapa saat kemudian tidak ada perubahan sama sekali.
Saat itu aku mulai curiga. Bukan sembarang ini tanganku tidak cocok sabun, tapi memang mungkin kulitnya yang sensitif sehingga ketika terkena detergen langsung iritasi beberapa saat setelahnya.
Kelihatan memerah memar, kering dan kasar. Rasanya sangat tidak nyaman begitu juga ketika tengah beraktivitas.
Beberapa kali telapak tanganku tidak bisa beradaptasi sama detergen karena menyebabkan iritasi pada kulitku.
Awalnya aku menanggapi masalah ini dengan penuh pikiran positif dan berusaha tenang.
Meski aku gak tau lama-kelamaan bakalan iritasi lagi apa tidak setelah gonta ganti detergen.
Tapi memang iya, ada masalah sama kulitku.
Suatu sore, aku disuruh untuk ikut ke bidan bersama saudara. Umiku menyarankan kembali, "Coba ikut sana, sekalian berobat lagi" kata umi.
Aku berangkat, sesampainya disana aku langsung menanyakan ke bidan itu. Blablabla dengan segala yang aku rasakan. Kenapa ya, bidannya malah bertanya balik.
"Yang gatal bagian mana, ada cenang gak ?. Oalah, belakang pundakku aku perlihatkan". Ada beberapa bercak dan bentol merah kecokelatan di bagian pundakku.
"Kaya gini penyaki santri nih, kamu ngobong dimana atau pesantren dimana?" Bidan itu malah bertanya yang membuat aku bingung. Soalnya aku gak pesantren atau ngobong.
Katanya bidan itu, penyakit cenang atau kaya gitu biasanya anak kobongan. Padahal aku bukan anak santri, memang pakaiannya memakai gamis waktu itu.
Nah, terus aku dikasih salep sama beberapa obat gatal. Sepulang disana aku langsung minum tuh obatnya.
Beberapa saat kemudian, memang gak ada efek apapun setelah diminum obatnya. Setelah beberapa hari, aku lebih mentingin pemakaian salepnya.
Dan alhamdulillah, ada perubahan. Perlahan bercak bentol di pundakku itu mulai menghilang.
BersambunG..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sensitive Skin (On Going)
Short StorySENSITIF.. identik dengan kata-kata sensitif, pada tubuh yang rintik bintik?! Memar merah kalau muncul, merasakan ketidakenakan dan ketidaknyamanan. Mencoba merelakannya serta mengikhlaskan apa yang dirasanya. mencoba menerima meski tak mudah. ~myse...