11. enggak punya ayah

550 27 0
                                    

warning

banyak typo bertebaran harap kalian bisa memahaminya :')

happy reading.

{>///<}


"Terima kasih ya, Bi, atas semuanya, dan maaf telah merepotkan" ucap Anema rasa tidak enak kepada Bi Sri.

"Dah, enggak apa-apa. Kamu itu sudah saya anggap anak sendiri, santai aja," balas Bibi mengelus pundak Anema lembut.

"Enggak terasa dia sudah besar," sambung Bi Sri menatap Azka sedang bermain bola bersama Paman.

"Iya," ucap Anema senang bernada lemas.

"Oh ya, Bi, ini ada kue. Tadi aku barusan beli saat pulang kerja. Semoga Bibi suka," Anema memberikan satu kotak kue coklat dan diterima baik.

"Ya ampun, kamu kebiasaan banget deh. Makasih ya," Bibi memberikan senyuman tulus kepada Anema.

"Azkaaaa, ayu pulang, Nakkk," teriak Anema memanggil Azka.

Azka mendengar perkataan ibunya dan langsung berlari mendekat serta memeluk kaki Anema.

Mendongakkan kepala menampilkan wajah imut yang menggemaskan. "Tapi Azka masih mau main sama Paman," ucapnya sudut bibir menurun.

"Tapi ini sudah malam, lagian Paman kan baru pulang, pasti cape donggg," mengelus lembut rambut hitam Azka. "Kalau mau, besok aja mainnya, kan masih libur," ide berikan sang ibu membuat Azka tadinya sedih kembali senang.

"Ya udah ya, Bibi. Paman Anema mau balik ke kosan. Sekali lagi, makasih ya atas jamuannya," sedikit menundukkan kepala sebagai tanda sopan dan hormat kepada yang lebih tua.

"Sama-sama, Anema. Kamu juga sering main ke sini, apa lagi Azka," balas Paman.

"Iya, Paman. Makasih ya," menggandeng tangan mungil Azka, mereka berjalan meninggalkan kediaman Bibi dan Paman.

***

Memasuki kossan, masih gelap karena tidak ada orang, makanya gelap. Azka langsung berlari masuk ke kamar sementara Anema menyalakan semua lampu ruangan.

Anema melemparkan tas kerjanya atas meja kecil dan membaringkan tubuhnya sofa berwarna coklat, menghela napas lelah setelah kegiatan ngumpul tadi. Ternyata ngumpul begitu membuat capek ya, padahal tadi kan makan-makan. Aturan tambah semangat malah membuat lemas.

Azka mendatangi Anema setelah keluar dari kamar, berjalan perlahan mendekati dengan kedua tangan belakang seolah sedang menyembunyikan sesuatu.

"Mamahhh," ucap Azka menundukkan kepala.

"Kenapa, sayang?" Anema duduk, menatap Azka dengan lembut.

"Itu emmm," ragu untuk bicara membuat Anema mengkerutkan dahinya.

"Kenapa? Ngomong aja, tidak apa-apa, sayang," Anema mengelus lembut lengan Azka untuk membuatnya tenang.

"Ini," tangan tadi sembunyikan kemudian keluar, memberikan selembaran kertas berwarna pink kepada Anema. Anema mengambil, membacanya.

"Di sekolah mengadakan hari ayah, guru bilang suruh datangi ayah," ucap Azka mengayunkan pelan kakinya.

"Tapi... kan Azka enggak punya ayah, jadi Azka enggak usah ikut dong?"

Anema hanya bisa diam tanpa bergeming ketika mendengar perkataan anak satu-satunya. Dia memandang selembaran pink dengan gambar anak dan ayah yang bertuliskan,

'Mari mempererat hubungan anak dan ayah'.

Anema bingung harus mengatakan apa, tapi dia harus bersikap tenang dalam menghadapi masalah ini. Sebenarnya, Anema sudah yakin suatu saat Azka pasti akan bertanya tentang ayahnya. Dia sudah mempersiapkan jawaban yang bisa membuat Azka tersadar dan mengerti.

"Kamu mau ikut?" tanya Anema menunjukan tersenyum manis.

"Azkaaaaa," terdiam sebentar, Azka ragu menjawab. "Mauuu," jawab Azka menundukkan kepalanya, tidak berani menatap sang mamah.

"Terus, kenapa harus enggak datang?"

"Kan Azka enggak punya ayah, Azka juga enggak tahu siapa ayah Azka," penjelasan Azka langsung masuk ke hati Anema paling dalam.

"Azka, mama melihat kamu sebagai apa?"

"Mmm mama, guru, superhero, sahabat, mmm apa lagi ya," Azka menatap langit-langit, menunjukkan bahwa dia sedang berpikir.

"Banyak! Mama itu segalanya. Mama bisa mengajar, memasak, merawat Azka saat sakit, dan menemani Azka bercerita. Pokoknya, mamah itu adalah segalanya," jawab antusias Azka merentangkan tangannya di akhir kalimat.

"Terus tugas ayah itu apa?"

"Tugas ayah? kata teman Azka, bekerja membelikan mainan banyak," jawab Azka. Anema menarik lembut tangan Azka agar lebih dekat, lalu memangku Azka di pahanya.

"Mama kerja enggak? Terus mamah sering beliin Azka mainan?"

"Sering," jawab Azka menatap mata Anema.
"Jadi, tugas mamah bisa jadi?"

"Ayah."

"Jadi, mamah bisa dong jadi seorang ibu sekaligus ayah. Saat bekerja, mamah menjadi seorang ayah, tapi saat di rumah, mamah menjadi seorang ibu yang selalu memberikan kasih sayang ke Azka. Jika Azka ingin pergi ke acara itu, mamah bisa datang menjadi seorang ayah untuk Azka," penjelasan Anema membuat Azka tersadar selama ini, mamahnya bukan hanya seorang ibu, melainkan ayah yang selalu menafkahi ekonomi rumah.

"Mungkin sekarang kamu enggak bisa bersama seorang ayah yang Azka idamkan, tapi suatu hari Azka akan menjadi seorang ayah yang diidamkan."

Mendengar semua perkataan mamahnya, Azka kembali ceria dan menunjukkan senyuman cerah, membuat Anema ikut senang. Anema memeluk Azka, memberikan kehangatan dan ketenangan, meski di dalam hati Anema terasa sakit.

"Aku sayang mamah," ucap Azka dalam pelukan, membuat pendengarnya terkejut. Anema melepas pelukan dan menatap mata mamahnya.

"Azka, janji enggak akan meninggalkan mamah dan terus bersama mamah, selamanya," kata Anema dengan penuh harap, jawab Azka mengangguk semangat, mata Anema sejak tadi menahan air matanya, kembali memeluk putra kecilnya menutupi dari wajah sedih.

"Mamah juga sayang Azka," jawab Anema dengan tulus.

***

Seorang anak pasti tidak luput dari ikatan keluarga antara ibu dan ayah.

Walaupun ada anak-anak yang tidak memiliki salah satu dari ikatan tersebut, mereka merasakan perbedaan dengan anak-anak lain. Namun, mereka tetap berusaha berjalan tanpa ikatan tersebut.
Bagi kalian yang masih memiliki kedua ikatan tersebut, haraplah untuk mempereratnya agar suatu hari nanti ikatan tersebut tidak akan terputus.

Sejahat apapun orang tua kalian, jangan sampai membencinya. Ingatlah semua pengorbanan mereka lakukan untuk kalian. Mungkin kalian tidak mengingatnya, tapi mereka pasti akan mengingat kelakuan aneh kalian saat kalian masih kecil, kesukaan kalian, dan hal-hal lainnya.

Di balik sikap galak dan tegas mereka, secara diam-diam mereka sedang mendoakan kalian agar menjadi anak yang sukses di dunia maupun akhirat.

Bagi kalian yang masih memiliki ayah, manfaatkan waktu sebaik-baiknya, karena suatu saat nanti kalian tidak akan melihatnya di hadapan kalian lagi. Hanya tersisa kenangan di hati dan pikiran.

Walaupun sikap mereka terkadang tegas dan galak, percayalah bahwa mereka sedang menghawatirkan kalian. Mereka selalu melihat kalian di kamar saat kalian tidak ada di ruang tamu.

Terima kasih atas semuanya. Selamat hari ayah.

-12 november -

-12 november -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
my children but, not my child (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang