bukan perkenalan secara teknis

2.7K 149 4
                                    

Setelah diajak berkeliling oleh Rachel, Shania kembali berjalan menuju kelas karna bel masuk sudah bordering kurang lebih satu menit yang lalu. Shania masuk ke dalam kelasnya bersama Rachel dengan tenang, tidak menyadari tatapan-tatapan yang muncul dari wilayah cowok.

"Gila, itu mah punya gue!"

"Anjir lo, Shania dari awal masuk udah gue segel duluan!"

"Kampret! Gaada cerita! Gue yang bakal jadi pacar dia!"

"Dih, berisik lo! Ngimpi aja dulu!"

Shania memijat kedua pelipisnya setelah mendengar celotehan anak-anak cowok kelasnya. Apa-apaan itu? Dia bahkan tidak mengenali nama-nama mereka, dan mereka ingin menjadi pacarnya? Yang benar saja!

Shania menengok kearah suara-suara yang mengganggunya tadi dengan pandangan dingin nan datar. Seakan tidak mengerti kode yang Shania berikan, cowok-cowok itu malah tersenyum dan melambaikan tangan kepada Shania.

"Hai, Shan! Gue Andika!"

"Gue Fabian!"

"Gue Daffa!"

"Gue Davian!"

"Gue Dimas!"

"Kalau gue, gue Remas!"

Shania hanya tersenyum licik sembari menopangkan dagunya di salah satu tangannya. Sepertinya, dia tidak bisa menghilangkan sifat yang selama ini menempel pada dirinya.

"Gue gapernah nanya nama kalian siapa. Kenapa kalian malah nyerocos kayak tadi? Emang kalian pikir gue bisa langsung hafal dengan nama kalian? Ngomong itu satu-satu. Jangan rebutan kayak tadi," ucap Shania sembari menyenderkan punggungnya ke kursi

Ah, masalah punggung itu. Punggung Shania sekarang sudah lebih baik. Bekas-bekas lukanya tidak lagi terasa perih. Walaupun tidak terasa sakit lagi, tetap saja bekas cambukan Papanya itu masih berbekas di punggung Shania.

Satu kelas langsung bersiul keras! Mereka tidak menyangka dengan ucapan Shania yang sangat menusuk hati. Satu kelas memberi tatapan terkejut dan mulai mengasihani keenam cowok tadi.

"Mampus lo pada! Shania ga pengen kenalan sama kalian! Makanya, jangan main nyerocos, ngedeketin cewek itu harus halus! Lah kalian, dari awal masuk ke kelas udah ngebacot pengen jadi pacar Shania. Dasar aneh!" ujar seorang cowok sembari melemparkan kertas yang sudah diremas-remas kearah keenam cowok tadi

Shania hanya terkekeh. Dia sudah mengetahui kalau keenam cowok itu hanya suka kepada dirinya karna dia cantik dan manis. Dan wajahnya itu didukung oleh kulitnya yang putih bersih dan badannya yang sangat ideal. Siapa yang mampu menolak?

Setelah sepuluh menit mengalami kegaduhan, akhirnya kelas Shania pun kembali tenang dengan masuknya Bu Hera, guru fisika mereka. Shania melihat pelajaran yang sedang diajarkan Bu Hera dengan seksama. Tidak mau melewatkan satu rumuspun karna pelajaran ini adalah pelajaran kesukaannya.

Setelah selesai mencatat rumus di papan tulis dan menerangkan tentang beberapa materi, Bu Hera kembali duduk di kursinya dan mengambil daftar nama di kelas.

"Shania dan Revan, tolong maju ke depan dan kerjakan soal dari buku halaman 65, Revan nomor satu dan Shania nomor dua," ucap guru itu dengan lantang.

Shania langsung mengambil buku paketnya dan berjalan ke depan kelas disusul dengan Revan yang juga sedang berjalan kedepan kelas dengan buku paket di genggamannya.

"Sebelum kalian memulai, Ibu mau memberitau bahwa yang paling cepat selesai diantara kalian berdua, akan mendapat nilai tambahan sebesar 10 untuk nilai ulangan," ucap Bu Hera sembari melihat kearah Shania dan Revan.

Behind The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang