Bintang tak pernah meminta banyak hal selama ini. Bahkan Bintang tak meminta dia harus disembuhkan total oleh Tuhan. Bintang hanya meminta, jika Bunda tak dapat dikembalikan lagi, atau jika dirinya tidak akan selamat setelah ini, setidaknya kembalikan Bumi di tengah-tengah mereka sebelum Bintang dipanggil. Setidaknya jika Ayah dan Antariksa merasa sedih dan rindu, mereka masih ingat bahwa mereka masih memiliki Bumi yang harus dijaga dan dilindungi sebagai yang paling kecil.
Sebenarnya hanya itu saja yang Bintang minta. Selebihnya Bintang membiarkan semua tentang hidupnya ditentukan oleh Tuhan, termasuk kesembuhan, kebahagiaan, serta semua tentang Asya. Bintang tak pernah meminta Asya harus menjadi miliknya di kehidupan ini, karena Bintang yakin, jika tak sekarang mungkin nanti atau suatu hari. Atau mungkin suatu masa, di mana tak ada pembeda di antara mereka yang mengharuskan keduanya berpisah. Bintang hanya tak ingin Asya kesakitan ketika dirinya sudah pergi nanti.
Tapi, meski tak pernah meminta tentang kesembuhan, seharusnya Tuhan bisa membiarkan Bintang hidup sedikit lebih lama. Setidaknya sampai Bumi kembali di tengah-tengah mereka. Namun sekarang apa, bahkan Bintang belum berusaha mencari Bumi, tapi kematiannya sudah dipastikan. Bahkan Bintang tak yakin dalam waktu sesingkat itu dirinya bisa dengan cepat menemukan Bumi.
Apalagi saat Bintang sedang tak berdaya seperti sekarang. Dia tak mungkin sanggup mencari Bumi saat penyakitnya kambuh, perlu diingat bahwa pergerakan Bintang terbatas setelah penyakitnya semakin parah seperti sekarang. Bintang hanya sanggup memejamkan mata seraya berdoa diam-diam kepada Tuhan, agar jika ternyata Bumi juga tengah berjalan menuju rumah yang sebenarnya, dia bisa kembali dalam keadaan utuh dan tak kurang suatu apa pun.
"Kemonya makin sakit Bumi. Tolong kembali secepatnya!" gumam Bintang untuk kesekian kali di tengah ringisan kesakitan yang menyiksa.
Bintang kembali merasa putus asa setiap kali penyakitnya kambuh. Seperti sekarang, dia kembali mengingat Bumi di saat-saat terlemahnya. Bahkan saat kemoterapi berlangsung, yang ia ingat tetap Bumi.
Manik Bintang yang semula terpejam akhirnya terbuka, ada sosok Hana di samping ranjang. Wanita itu dengan telaten mengusap wajah Bintang dengan air bersih agar Bintang terlihat lebih segar pagi ini.
"Saya boleh kasih tau sesuatu? Semalam Asya ke sini, sama adik kecilnya. Tapi sayangnya kamu sudah tidur, dan sialnya tidur kamu nyenyak banget. Asya bilang dia enggak tega bangunin kamu, alhasil dia cuma duduk di kursi ini mangku adiknya sambil liatin kamu terus."
Dua galaksi Bintang kembali terpejam, bisa-bisanya dia melupakan Asya. Tapi apa boleh buat? semalam setelah melakukan panggilan telepon dengan gadis itu Bintang justru kembali mengalami demam tinggi, lalu puncak terlemahnya pemuda itu sampai tak dapat bangun dari ranjang karena terlalu lemas hingga berakhir tertidur. Bintang baru bangun pagi tadi, lalu setelahnya dia melakukan kemoterapi dan berakhir kembali lemas dan merasa mual.
"Kenapa enggak bilang dari tadi?" Suara lemahnya mengudara, Bintang bahkan berdecak pelan lantaran terlalu muak dengan segala batasan yang ia miliki.
"Memangnya kalau saya bilang ke kamu, kamu mau melakukan apa? Kamu bahkan enggak memiliki waktu untuk sekedar megang ponsel."
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Hug Me Star [END]
Random(#HUGMESTARSERIES) Perihal sebuah asa yang dilenyapkan semesta. Juga tujuan yang tak lagi ada. Bagi Bintang, hidupnya hanya tentang sampai kapan ia akan bertahan dan kapan kepergian itu terlaksana. Kendati gadis itu hadir untuk mengukir tawa, menc...