Keheningan memenuhi ruangan didominasi warna cokelat kemerahan. Setiap orang yang ada di ruangan itu sibuk dengan pemikiran mereka sendiri. Memandang menyelidik satu sama lain. Memancarkan jelas aura kewaspadaan. Mempersiapkan diri jika hal buruk akan terjadi.
Suara pintu terbuka memecah keheningan. Leon dan Feana yang duduk mengarah ke pintu menoleh bersamaan. Melihat Zen bersama Roa dengan napas saling berkejaran. Terlihat sekali mereka berdua terburu-buru untuk sampai ke sini.
Zen menelan ludah saat matanya menangkap sosok musuh. Pemuda berambut abu-abu dengan beberapa helai bewarna merah. Walau hanya terlihat dari belakang, jelas pemuda itu adalah Raja Iblis.
"Kirim laporan ke pihak istana bahwa Raja Iblis datang ke sini," bisik Zen kepada Roa.
Roa mengangguk pelan. Ia undur diri sambil melirik ke arah Raja Iblis. Seketika bulu kuduknya meremang. Seakan diberi tatapan tajam secara langsung oleh pemuda itu.
"Maaf saya masuk dengan tidak sopan," ucap Zen berbasa-basi. Ia berjalan mendekati Leon dan Feana. Mengambil duduk di samping Leon.
"Bukan masalah, Tuan Pustakawan," jawab pelayan Raja Iblis mewakili Tuanya.
Sejenak Zen tertegun. Tidak banyak yang tahu bahwa ia adalah Pustakawan. Pihak musuh benar-benar mengintai mereka ternyata.
"Saya akan langsung saja, ada gerangan apa anda datang ke sini? Tanpa surat pemberitahuan atau pesan pemberitahuan?" tanya Zen enggan berbasa-basi lebih. Ia harus segera mengetahu maksud dan tujuan Raja Iblis menghampiri kastil mereka.
Hening kembali. Raja Iblis menatap menyelidik Zen yang duduk tepat di depannya. Pemuda yang tempo hari berjalan dan berinteraksi begitu akan dengan gadisnya. Raja Iblis tidak suka. Jika memungkinkan, ia ingin menebas kepala Zen sekarang.
"Ingin menawarkan genjatan senjata," jawab Raja Iblis sukses membuat Zen, Leon dan Feana membelalak kaget. Mereka tidak salah dengar, kan?
Raja Iblis yang terkenal kejam, arogan, tidak ada empati dan suka mengambil nyawa itu menawarkan genjatan senjata? Mereka bertiga tidak percaya akan hal ini. Pasti ada sesuatu yang berharga yang akan diminta oleh Raja Iblis.
Pelayan Raja Iblis yang mendengar hal barusan sama kagetnya dengan yang lain. Sedari awal menuju ke tempat ini, ia tidak tahu alasan lain Tuannya datang, selain ingin menemui gadisnya. Yah, ia yakin genjatan senjata yang ditawarkan sang Tuan ada sangkut paut dengan gadisnya.
"Syarat apa yang anda inginkan?" Zen bertanya tanpa rasa takut. Ia bahkan menatap tajam Raja Iblis yang memasang wajah datar.
Sudut bibir sebelah kiri Raja Iblis terangkat. "Alsa. Aku ingin dia," jawabnya sukses mendapatkan kembali tatapan terkejut dari tiga orang di depan.
Zen, Leon dan Feana tidak kaget tentang Raja Iblis yang mengetahui keberadaan Alsa. Mereka kaget kenapa pemuda musuh itu mengingkan si gadis. Sejenak mereka menunggu Raja Iblis untuk melanjutkan ucapan. Menanti syarat lain yang mendukung kenapa ia meminta Alsa.
Namun, Raja Iblis tidak berkata apa-apa lagi. Ketiganya saling pandang dengan berbagai pikiran. Bercampur aduk tentang kemungkinan-kemungkinan yang terlintas di benak mereka.
"Hanya itu yang ingin kusampaikan. Untuk lebih lanjut, kalian bisa membahasnya dengan pelayanku. Ia akan hadir dalam dua hari ke depan," ucap Raja Iblis sambil bangkit dari duduknya. Hendak pergi dari ruangan yang membosankan ini.
Zen ikut berdiri. "Sebentar, jika saya boleh tahu, kenapa anda mengingkan Alsa. Dia bagian penting pihak kami," tanya Zen tidak bisa menahan diri.
Jika pihak kerajaan sampai tahu hal ini, mereka akan menyetujui. Memberikan Alsa kepada Raja Iblis agar perang tidak jadi terlaksana. Bagi mereka, menyelamatkan banyak nyawa lebih penting daripada satu nyawa orang asing. Tentu Zen tidak ingin hal ini terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Because of the Light
FantasíaTerpanggil ke dunia lain tidak pernah terpikirkan oleh Alsa. Baginya hal tersebut hanyalah cerita fiksi semata. Namun, ia malah terbangun di padang bunga asing setelah semalaman berpesta dengan teman-teman kantor. Bertemu beberapa orang berjubah bir...