Flashback On
Esya membuka matanya secara perlahan, hal pertama yang dilihat olehnya yakni rumah besar atau bisa dibilang mansion.
Tentu Esya mengetahui bahwa dirinya kini sedang berdiri tepat di halaman depan Mansion Andreaxa yang sangat luas.
Dahi Esya mengernyit kala mengetahui tempatnya berada sekarang. Seingatnya, ia tadi masih berada di sekolah dan mendapatkan luka tusuk di punggung yang menembus tepat pada perutnya.
Seketika Esya memegang perutnya yang nampak baik-baik saja. Esya bahkan malah salah fokus ke tangannya yang terlihat sedikit transparan.
"I-ini ma-maksudnya a-apa?"
Esya tentu syok karena hal itu, tetapi perhatiannya langsung teralihkan pada mobil hitam yang baru saja tiba dan mulai parkir di halaman rumah begitu saja.
Ketika pintu bagian kursi belakang mobil terbuka, nampaklah seorang gadis cantik dengan surai panjang bergelombang yang tergerai indah.
Esya terkejut saat tau siapa gadis dengan ekspresi dingin juga datar yang baru keluar dari mobil hitam tersebut. Tanpa sadar, Esya mulai mengikuti langkah gadis tersebut masuk ke dalam mansion.
"Cih! Gue kira lo dah mampus jadi gak pulang kemaren."
Ucapan bernada sindiran tersebut mengalihkan fokus awal Esya dari gadis tadi. Esya melihat ke arah sofa depan televisi yang terdapat dua orang pemuda dengan wajah yang sangat mirip.
"Bukan urusan lo." Jawab gadis tersebut tanpa menoleh sedikit pun dan memilih berlalu menuju tangga.
"Besok peringatan hari kematian Bunda yang ke-16 tahun. Seperti biasa, lo gak boleh keluar dari kamar."
Kini suara dingin tersebut memberhentikan langkah gadis di anak tangga keempat yang dipijakinya. Hanya sejenak, kemudian gadis tersebut kembali melangkah.
Esya mengikuti gadis tersebut untuk menuju ke lantai dua. Sebelumnya dirinya menatap sinis kedua lelaki yang duduk di sofa tersebut.
"Jadi ini yang terjadi sehari sebelum Nafesya memutuskan bunuh diri." Gumam Esya pelan.
Yap, gadis tadi adalah Nafesya Alexandria Andreaxa dengan sifat dinginnya. Dan kedua lelaki yang duduk di sofa adalah Kakak Kembarnya, Alvano juga Elvano.
Esya masuk ke dalam kamar Nafesya bertepatan saat Nafesya membuka pintu kamarnya. Esya memilih duduk di pinggir kasur dan mengamati gadis cantik yang menuju ke kamar mandi.
Sekitar lima menit, Nafesya keluar dari kamar mandi dengan baju berlengan pendek menampakkan bukti pertemanannya dengan 'Selfharm'.
Nafesya mengunci pintu kamarnya dua kali. Melepas kunci pintunya dan melemparkannya sembarang arah. Gadis tersebut memilih duduk di sofa yang berada dalam kamar tersebut, helaan nafas berat terdengar darinya.
Esya melangkah menuju Nafesya. Didudukkannya tubuhnya di samping Nafesya, mengamati gadis yang sedang melihat bekas sayatan di kedua tangannya dengan senyum miris yang terbentuk dari bibir peachnya.
"Kayak gini lagi, gue lelah."
Lirihan tersebut entah kenapa membuat denyutan nyeri di hati Esya yang mendengarnya.
"Lima belas, bahkan nanti malam tepat di jam 12 malam gue dah 16 tahun. Hidup di kubangan kayak gini, gue gak sanggup lagi."
Setetes air mata menetes dari pelupuk mata Nafesya yang memandang kosong ke depan. Esya yang melihatnya juga entah kenapa ikut menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Esya {end}
RandomRenesya, gadis dengan senyum ramah walau takdir mempermainkannya dengan berbagai luka dihati. Bertransmigrasi ke tubuh tokoh favoritenya dengan takdir yang tak jauh beda, apakah ia sanggup menjalaninya? Kejanggalan mulai terjadi, alur novel pun beru...