Legenda Batu Patah

42 2 0
                                    

Pada zaman dahulu di sebuah daerah yang bernama Payo terdapat sebuah perguruan mengaji yang memiliki murid hanya beberapa orang. Alhamdulillah semua murid begitu tekun belajar mengaji dan selalu mengikuti perkataan Ustadz atau Gurunya. Guru begitu semangat mengajarkan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan ilmu agama dan budi pekerti serta tanggung jawab pada setiap muridnya pada masa itu.

Pada suatu ketika, seorang Ustadz memanggil salah seorang muridnya yang sedang tidur nyenyak dan tidak menghiraukan suara azan, padahal teman-temannya yang lain sudah bersiap-siap untuk berangkat shalat. "Wah... !" waktukan belum masuk Pak Ustadz, nantilah !" aku mau tidur lagi nih." Dia tidak menyadari bahwa yang membangunkannya adalah gurunya. Anak ini memang terkenal paling usil diantara teman-teman lainnya. Pak Ustadz berusaha sabar untuk mendidiknya, namun setelah memaafkannya, si murid ini mengulangi lagi perbuatannya sampai tiga kali berturut-turut dihari-hari berikutnya. Akhirnya Pak Ustadz memberikan hukuman kepada muridnya ini.

Hukuman yang diberikan kepada muridnya ini adalah dengan membawa sebuah batu besar dari sebuah daerah yang bernama Aripan, menuju kesebuah daerah yang bernama Puncak Sati.
Si Anak ini terkejut, tapi hukuman ini haruslah dilaksanakan. Tanggung jawab ini harus dia lakukan untuk menebus kesalahannya. Pada saat itu hari sudah senja, batu besar itu harus sampai di Puncak Sati malam hari.

Si Anak bergegas menuju ke Aripan untuk mencari batu besar itu. Dalam perjalanan Si Anak ini lebih banyak bermain dari pada berusaha mencari batu besar itu. Hari sudah hampir malam, Sampailah Si Anak ini di Aripan. Dengan penerangan sebuah obor Si Anak terus mencari dimana batu besar itu berada. Alhamdulillah Si Anak berhasil menemukannya, tapi hari sudah larut malam, sehingga ia harus menginap di tempat itu.

Di pagi hari Si Anak segera berangkat dan berusaha membawa batu besar itu. Karena ukurannya yang sangat besar Si Anak mengalami kesulitan untuk membawanya. "Uh... !" Berat sekali batu ini," hmm... aku harus segera sampai ke Puncak Sati." Karena tidak hati-hati dan sudah dilimuti rasa kesal, Si Anak menjatuhkan batu besar itu sehingga terbelah menjadi dua. Daerah tempat Si Anak menjatuhkan batu besar ini dinamakan Batu Patah.

Batu besar belum juga sampai, akhirnya Pak Ustadz mencari kemana perginya murid yang ia hukum tersebut. Sebelum sampai ke Aripan ternyata Pak Ustadz menemukan Si Anak yang sedang tergesa-gesa membawa batu besar itu. "Kemana saja kamu," Pak Ustadz memberikan tanggung jawab kepada kamu, namun kamu melalaikannya, Pak Ustadz menghentakkan tongkatnya ke tanah, dan dari hentakan tongkat tersebut terbentuklah sebuah lobang kecil yang mengeluarkan air. Air terus mengalir dengan deras sehingga terbentuklah sebuah tabek atau kolam. Daerah tersebut bernama Tabek Gadang.

Akhirnya batu besar itu tidak sampai ke Puncak Sati tapi hanya sampai ke Tabek Gadang. Sekarang batu yang terbelah tersebut terletak di daerah Kampung Batu Patah dan dijadikan sebagai Cagar Budaya di daerah Payo, Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok.

Pesan dari cerita ini adalah jangan pernah melalaikan tanggung jawab, karena tanggung jawab itu sangat penting kita jalani untuk meraih sebuah kesuksesan, baik didunia maupun di akhirat.

Sumber : Dedi Fernandes (Warga Kelurahan Tanjung Paku, Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok)

Ditulis ulang oleh Kak Niki Martoyo (Pendongeng dan Pegiat Literasi Sumatera Barat)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Legenda Batu PatahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang