29. Nara

6 0 0
                                    

[Semua karakter, tempat, organisasi, agama, dan kejadian dalam cerita ini adalah fiksi]

●●●

Hari-hari Andra berjalan dengan lancar dan normal. Dia masih mengantar jemput pacarnya seperti biasa. Dia juga sering belajar bersama pacarnya dan juga pasangan Jovan-Tari. Hanya saja akhir-akhir ini dia sering menemui Cassandra saat malam untuk mengorek informasi. Selebihnya, kehidupannya sangat sempurna dan menyenangkan.

Ini adalah hari Sabtu. Seperti biasa, Andra menjemput sang pacar karena mereka telah berencana untuk jalan-jalan bersama Jovan dan Tari. Pukul 08.19 lelaki itu tiba di rumah sang pacar menggunakan mobilnya. Ya, hari ini dia menggunakan mobil karena perjalanan cukup jauh dan melelahkan jika mengendarai motor.

Dia berjalan menuju rumah sang gadis tersayang. Di teras rumah, dia melihat Naya yang duduk sembari menutup kedua telinganya. Karena heran, Andra pun mendekati gadis kecil itu dan berjongkok di depannya. Betapa terkejutnya dia ketika gadis kecil itu memeluknya dengan sangat erat.

“Kak Andra...”

Suara gadis kecil itu terdengar begitu lirih di telinganya. Tubuh mungil itu juga bergetar. Ia pun membalas pelukannya dan mengusap punggungnya seperti yang biasa Nara lakukan padanya. Dia menatap pintu rumah yang tak tertutup dengan benar. Dapat didengarnya suara gaduh dari dalam sana.

“Ada apa?” tanyanya perlahan sambil terus membuat gadis itu tenang.

“Naya takut” jawab Naya pelan.

Suara dari dalam semakin terdengar tak terkendali. Andra pun melepaskan pelukannya pada gadis kecil itu. Dia mengeluarkan ponsel dan earphonenya. Karena dia tak memiliki satu pun lagu, dia pun memutar sebuah rekaman yang biasa dia dengar. Kemudian lelaki itu memakaikan earphone tersebut pada Naya.

“Tunggu di sini sebentar, ya” titah Andra yang angguki dengan patuh oleh gadis kecil itu.

Seharusnya dia tak boleh ikut campur seperti ini, tapi melihat gadis kecil yang gemetar ketakutan membuatnya khawatir pada Nara. Semakin dia mendekati pintu, semakin terdengar jelas pertengkaran yang sedang terjadi di dalam sana. Dia membuka pintu itu perlahan. Dilihatnya pria galak itu sedang beradu mulut dengan sang istri. Nara tampak berdiri di antara mereka dengan posisi memunggunginya. Benar-benar pemandangan yang buruk.

Guntur tampak mendorong putri sulungnya yang mencoba untuk melerai mereka. Namun untungnya gadis itu dapat ditangkap oleh Andra sebelum kepalanya menghantam dinding. Gadis itu menoleh padanya dengan raut wajah yang terkejut. Buru-buru dia menegakkan tubuh dan gelagapan melihat Andra. Sementara lelaki itu sibuk memperhatikan luka memar di pipi gadis itu.

Masih ada aja orang brengsek.

Tatapan Andra beralih pada kedua orang tua Nara yang masih bercekcok. Melihat Guntur mengangkat tangan membuatnya dengan sigap menarik Tina dan berdiri di depan wanita itu. Alhasil, dirinya yang mendapat tamparan keras itu hingga pipinya terasa kebas dan panas. Kedua orang tua Nara pun terkejut dengan kehadirannya.

“Ngapain kamu di sini?! Jangan ikut campur urusan orang!”

Suara Guntur benar-benar meninggi. Seperti namanya, pria itu sangat menakutkan. Namun hal itu tak membuat Andra gentar. Dia sudah kebal akibat pertengkarannya dengan sang ayah yang begitu sering terjadi. Dia melirik Tina yang bersembunyi di balik badannya. Begitu juga dengan Nara yang berdiri sembari menutup mulutnya. Tatapannya kembali pada Guntur yang menatapnya nyalang.

KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang