DILARANG KERAS PLAGIAT!
Happy reading guys!
_____Matahari tampak malu-malu keluar dari persembunyiannya. Cahayanya menembus kaca kamar transparan milik seorang gadis yang masih terlelap.
Lambat laun, cahaya matahari tersebut mengganggu kenyamanan gadis yang masih tidur. Matanya menahan cahaya matahari yang menyilaukan, sesekali ia mengejapkan matanya yang sipit bak kucing itu.
"Hoam." Gadis itu menguap dan membenarkan posisinya menjadi duduk dengan selimut yang masih menempel di setengah badannya.
"Jam berapa nih." Monolognya, mengambil ponsel yang ada di nakas.
Hari menunjukkan pukul 05:30.
"Oh my God kesiangan, harus buru-buru ke kedai." Masih terbilang pagi bahkan sebagian orang mungkin ada yang masih terlelap, apalagi ini hari libur. Namun, berbeda dengan gadis remaja ini yang harus menyelesaikan tugasnya."Semangat Adira!" Adira tersenyum lebar, setiap pagi selalu menyemangati diri sendiri. Ia beranjak dari tempat tidur dan menguncir rambutnya asal, lalu merapikan tempat tidurnya dengan cekatan.
Setelah rapi, Adira bergegas membersihkan diri. Tak butuh waktu lama, hanya 10 menit ia keluar dari kamar mandi dan membuka lemari berisi pakaiannya.
Adira memutuskan untuk memakai dress bermotif bunga dan memadukannya dengan sepatu kets tak lupa dengan tas jinjing polos. Membuka ikatan rambutnya dan menyisir membiarkan rambutnya terurai.
Ia membuka knop pintu kamarnya menuju dapur untuk membuat sarapan. Sarapan yang ia buat cukup simple hanya roti tawar dengan selai strawberry. Ia makan dengan buru-buru karena setidaknya harus menyapu lantai supaya enak dipandang.
Rumah yang tidak terlalu besar namun terbilang rapi itu sebenarnya milik mendiang neneknya yang meninggal saat Adira baru masuk SMA, ia tinggal dengan neneknya saat usianya 11 tahun. Adira memilih tinggal dengan neneknya karena orang tuanya bercerai dan ia harus memilih antara ibu dan ayahnya, tetapi Adira memilih untuk tinggal bersama neneknya saja.
Setelah dikira sudah bersih, Adira langsung keluar rumah tak lupa mengunci rumah supaya aman.
Tempat yang ditujunya adalah kedai kue, walaupun usianya masih terbilang masih muda tetapi tidak memudarkan semangat Adira untuk merintis usaha kuenya.
Adira belajar membuat kue ketika neneknya masih hidup dan berjualan kue dengan menitipkan ke beberapa toko, hasilnya lumayan bisa untuk menabung dan sewaktu neneknya masih hidup ingin mempunyai kedai kue sendiri.
Namun, belum sempat keinginannya terwujud, Tuhan memanggil nenek Adira saat berusia 11 tahun.
Berbeda dengan sekarang, ia sudah mengabulkan keinginan neneknya dengan hasil tabungan dan kerja paruh waktu yang ia lakukan. Adira berusaha untuk mewujudkan impian neneknya karena ia sangat sayang dengan neneknya.
Bukan hanya kue kering saja yang dibuat tetapi juga terdapat aneka kue seperti donat, brownies, dan menerima pesanan cake decoration.
Hanya menempuh jarak sekitar 30 menit dengan sekali jalan menggunakan bus Adira sampai di kedainya. Terletak di pusat kota, bangunan Rara cake berdiri dengan ukuran sedang. Kedai tersebut menyediakan tempat duduk bagi para pelanggannya yang ingin duduk bersantai menikmati kue.
Lonceng pintu berbunyi menandakan ada seseorang yang masuk, Adira mengedarkan pandangan setelah masuk ke kedainya.
Ia mendapati Bu Tiwi, tetangga yang di percaya Adira dan neneknya untuk membantu Adira melayani pembeli yang datang. Kedai tersebut cukup ramai dikunjungi dan bahkan menjadi langganan beberapa pembeli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Semesta✔️
Teen Fiction#1-traumatic (19 November 2022) #1-astrophile (23 November 2022) ^•^ Adira Aurora, remaja berusia 17 tahun yang selalu dihantui mimpi buruk. Menemani tidurnya dan mengusik raganya yang sudah rapuh. Akankah Adira tetap bertahan? Walaupun raganya tak...