🌺Happy reading 🌺
Malam sejuk dilengkapi dengan Bulan yang bersinar terang dan bintang sebagai pendamping malam ini. Seperti Abimanyu yang telah menemukan bintangnya. Dan Ami yang mendapatkan bulannya.
Tak seperti malam-malam sebelumnya, Ami kini tak menikmati malamnya, tak adalagi senyum manis yang terlukis. Gadis itu kini diam, mematung tidak tau harus berbuat apa. Sepasang pengantin itu saling diam membuat suasana terisi dengan kecanggunan.
Malam ini, kamar yang bernuansa kartun itu tak menunjukkan tanda-tanda konser abadi. Hahahah....
'Kok jadi gini sih, Ami belum siap. Tapi langsung Sah aja.' Ami menjerit dalam hati, gadis itu melengkungkan bib1rnya kebawa, dia tertekan.
"Wata-" Gadis itu membekap mulutnya saat hampir keceplosan.
Suara lembut itu membuat Abimanyu menoleh. Alisnya terangkat penuh tanya. "Wata?"
Jaraknya begitu dekat membuat Ami menelan saliva, ini sunggu tidak baik untuk jantungnya. Ami mengulum bib1r kemudian tertunduk, wajahnya kini memerah saat mengingat posisinya.
"Wa-watashi mau ke kamar Mama!" ucapnya dengan gugup, lalu segera berjalan keluar.
Menyadari tingkah malu istrinya membuat pemuda itu tersenyum manis. "Manis banget sih," Ia bergumam saat mengingat lesung pipi istrinya. Pemuda itu terkekeh, malu sendiri mengingat kini ia menjadi seorang suami.
Sedangkan Ami, gadis itu berlari ke kamar orang tuanya. Ia mengetuk pintu kamar membuat Wulan yang sedang merapikan tempat tidur segera membuka pintu.
Saat pintu terbuka, wanita itu terkejut. "Ami? Kenapa kesini?"
"Maa ... Malam ini Watashi mau tidur sama Okaasan and Otoosan aja," ucapnya seraya mem3luk Wulan. (Mama dan Papa)
Wulan melepas pelukan, wanita itu menahan senyum. "Masa pengantin baru pisah kamar sih? Udah nikah masa masih mau tidur sama mama." Ami mendesis, kenapa Wulan suka sekali menggodanya?
"Okaasan!" Kini gadis itu merengek, sudut matanya berair.
Melihat mata Ami yang berkaca-kaca membuat Wulan menjadi iba, kasihan juga putrinya. Sejak kecil gadis itu tidak pernah dekat dengan orang baru. Ami hanya bermain di rumah ditemani Wulan atau Zai. Tiba-tiba dihadapkan dengan orang baru yang kini menjadi suaminya.
Ini terlalu tiba-tiba bagi Ami, apalagi gadis itu tidak pernah mengenal Abimanyu sebelumnya. Tentu saja ia akan merasa asing, apalagi jika dihadapkan dengan Abimanyu jantungnya tak tenang, seakan-akan mau mel0mpat keluar. Ami takut kena serangan jantung. Padahal hatinya yang berusaha dobrak.
Wulan terkekeh melihat putrinya. "Ya sudah, tapi malam ini aja, yah?" Ami mengangguk dengan ragu.
"Arigato Okaasan." (Terimakasih Mama).
Dirham yang baru keluar dari kamar mandi menghampiri keduanya. "Pengantin baru kok disini?" Dirham mengulum senyumnya.
"Papa ... Ish." Ami memeluk lengan mamanya.
"Udah, sekarang papa ngomong sama Abi, jelasin sama dia. Pasti lagi nunggu tuh," titah Wulan.
"Aduuhh, anak Papa udah besar, masih aja ngerepotin." seloroh Dirham sedangkan Ami hanya mengerucutkan bib1rnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)
General Fiction"Aaaa!!! OKAASAN!!!!" teriak Ami sambil memejamkan matanya lalu menutup dirinya dengan selimut. "OKAASAN (Mama)," gumam Ami, seluruh tubuhnya bergetar, panas dingin sudah mulai ia rasakan. Ia terisak, "PAPA!!! Ni-CHAN (Kakak laki-laki)," teriak Am...