tiga: bersua.

117 15 4
                                    

cw // harsh words

barangkali semesta memang sangat menyayangi galen van dijk dan segala pesonanya. sehingga nabastala tiada mampu temukan celah batil dalam figur sang pemuda.

semua pasang telinga yang mendengar asmanya juga sudah hapal betul bahwa galen adalah anugrah baik yang dikirim semesta. hati seputih cahaya, air muka secerah sang surya.

kecuali...

"tuhan pasti lagi bercanda sama galen," gumamnya kemudian mendesah pasrah setelah ia menitik beratkan netranya pada sesuatu.

bukan, seseorang.

wira bersurai kecoklatan yang kini tengah fokus meracik matcha latte untuk pelanggan, dengan senyum terpatri pada paras tampannya. tampak sekali bahwa ia begitu menikmati pekerjaannya.

demi semesta, di antara ribuan manusia yang ada di kampusnya, kenapa ia harus bersua dengan seorang andaru nandana!?

baik, mari bumantara berikan kilas balik yang terjadi pada galen beberapa saat lalu. yang membuatnya menyesal setengah mati karena telah menjejakkan kaki di sini tanpa ragu.

#.

jam satu siang. mana kala matahari berada di atas kepala anak-anak manusia dan menebar cahaya begitu terang benderang. galen, dengan air muka tenang, membuka pintu kafe dengan perasaan-sedikit-senang.

hari ini galen berencana mengerjakan tugas kelompok untuk mata kuliah hukum internasional bersama sahabatnya, gian.

gian yang memilih kafe jumantaraya sebagai atap bernaung tempat mereka berpikir keras mengenai tugas. naasnya, gian juga yang mendadak telat karena kucingnya yang sakit harus segera diantar ke veterinarian.

tungkai milik galen langsung mengarah pada kasir yang hanya berjarak sekitar sepuluh langkah dari pintu kaca sebagai akses masuk gedung kafe. ia ingin memesan beberapa hal sebagai pemberi semangat baik kala ia diperalat oleh tugas.

"halo, selamat datang di kafe jumantaraya." pemuda dengan rahang tegas yang berdiri sebagai kasir kafe tersebut menyapa. "mau pesen apa, kak?"

"caramel macchiato, sama cookies-nya dua, ya."

"oke, siap," ucap si pemuda dengan senyumnya. ia menekan menu-menu yang telah disebutkan oleh galen di monitornya, menjumlahkan seluruhnya, kemudian kembali berkata. "totalnya jadi 52.000 rupiah."

karena galen sangatlah memperhatikan kehigienisan dan memanfaatkan teknologi dengan baik, ia mengarahkan ponselnya pada barcode yang terpampang di sebelah display menu. mengarahkannya untuk pembayaran secara daring sehingga kontak fisik menjadi tidak terlalu perlu.

pemuda blasteran itu menunjukkan bukti pembayarannya pada sang penjaga kasir, yang kemudian memberikan anggukan karena transaksi jual-beli berhasil terlaksana.

karena bukan si pemuda kasir yang bertugas meracik minuman pesanan para pelanggan, ia lalu berbicara pada barista yang baru saja kembali ke benteng penuh resep mereka. membuat galen membeku di tempat setelah ia sadar untuk sejeda.

"kak daru, caramel macchiatto satu."

galen tidak salah dengar, 'kan?

#.

"gue benci banget sama lo, gian." chenle mendesis kala teman sekelompoknya sudah menunjukkan batang hidung si pemuda di hadapannya.

"gue baru nyampe, anjir!?" protes gian, si anak adam bertubuh semampai yang memang baru saja mendudukkan daksanya di salah satu kursi kafe jumantaraya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

redaksi pagi, jaemle.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang