Hi, Hello, Annyeong!!!
Kali ini aku bawa new ff yang beda dari biasanya karena ini serupa series yang setiap chapternya akan berbeda alur serta genre ataupun length yang random... Sesuai judul, tokoh utamanya ialah our prince nemo😍😍
Oh iya, aku gak sendiri karena di sini nantinya akan ada series karyanya @babyclownfish juga yaaa...😍
Aku minta dukungannya banyak-banyak dari kalian semua untuk kita berdua, gak ribet kok tinggal vote dan komen aja...😂😂
Okay deh langsung aja dibaca yaa, kali ini pendek bgt cuma 700 words aja...
Happy reading!
❤️
***
Hujan kembali membasahi bumi pada malam hari ini dengan intensitas yang cukup lebat. Dingin sekali rasanya, bahkan rasa dingin akibat hujan itu menyamai dinginnya hati yang hampa karena seolah ada jiwa yang terlepas darinya. Pojok ruangan menjadi tempat ternyaman seorang pemuda yang tengah duduk melipat lututnya. Kepalanya yang diletakkan di atas lipatan lutut tadi dengan pandangan menatap lurus ke kaca jendela yang gordennya sengaja tak ditutup agar dia bisa memperhatikan bagaimana tetesan-tetesan air itu mendarat di bumi.
Sesekali kilatan putih itu terlihat oleh kedua netranya, tapi tidak ada rasa terkejut seperti orang pada umumnya yang akan terkejut ketika melihat cahaya petir. Tidak, bukannya dia berbeda dari orang lain yang tidak memiliki rasa terkejut, hanya saja kini pikirannya sedang teramat kusut sehingga dia tak lagi mempedulikan hal-hal apapun yang terjadi. Satu yang dia inginkan dalam pikirannya adalah ingin mendapat ketenangan, kenyamanan, dan keringanan dalam kehidupannya yang setiap saat merasa sangat tertekan. Sungguh berat sekali rasanya, sehingga dia hanya bisa menyimpulkan satu hal, yakni; Mungkin mati adalah pilihan yang lebih baik daripada harus hidup dengan segala tekanan yang datang menghampiri.
“Hyung ... Aku merindukanmu... Boleh tidak kalau aku menyusulmu saja? Kau sudah berada di surganya Tuhan kan?” lirihnya tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan.
Rindu kepada sosok yang telah berbeda alam dengan kita merupakan rindu yang sangat menyesakkan. Rindu yang tak akan berujung dengan temu, dan rindu yang hanya dapat disampaikan dengan doa. Ketika raganya telah terkubur di bawah tanah, ruhnya berada di alam barzah yang tentu sudah tidak ada lagi urusan dengan dunia.
Lee Donghae, ialah nama pemuda berusia 19 tahun itu. Usia kritis yang sedang didewasakan oleh keadaan nyatanya terasa berat sekali, sampai-sampai dalam perharinya tak jarang dia melamun seperti sekarang, pun dengan air mata yang juga terkadang menetes.
Di saat dia merasa sedang terpuruk karena tekanan hidup yang ada, di situlah dia teringat akan sosok yang dulu begitu dekat dengannya. Mendiang sang kakak, yang telah meninggal dunia beberapa tahun lalu, serta menjadi orang yang paling dekat dengannya. Dia masih memiliki orang tua lengkap, tapi kakaknyalah yang dulu selalu menjadi tempat Donghae bercerita, dan kini Donghae tidak lagi memiliki tempat berkeluh kesah seperti kepada sang kakak. Donghae lelah, dia merasa begitu berat menjalani kehidupan ini.
"Aku tau kalau semua ini akan berakhir, tapi jika aku merasa sedikit lelah, itu wajar 'kan? Hyung ... Tolong bantu kuatkan aku dari sana, hikkss ..."
Sewaktu kecil, Donghae berpikir jika menjadi dewasa adalah hal yang menyenangkan. Bisa memiliki apapun yang kita ingin, hidup bebas tanpa beban, dan memiliki banyak uang untuk membanggakan diri. Namun, dirinya tertampar telak ketika menyadari bahwa kehidipan nyata itu sangatlah keras, setiap waktu tekanan dari pihak luar maupun keluarga acapkali dia dapatkan sehingga membuatnya semakin merasa terbebani. Sebetulnya Donghae itu adalah seorang pemuda bermimpi tinggi, dan kali ini mungkin dia sedang ditempa oleh Tuhan agar menjadi pribadi yang kuat dan nantinya akan bisa meraih apa yang ia cita-citakan.
"Teukie Hyung ... Hae capek, tapi kalau Hae nyerah, gimana dengan mimpi-mimpi Hae? Hae juga mau bikin Appa dan Eomma bangga karena Hae, serta Hyung yang kini sudah di surga."
Tanpa terasa hujan mulai mereda bersamaan dengan kerinduan Donghae yang sedikit berkurang karena ia telah mendoakan sang kakak. Tentu kalian tahu jika pelampiasan rindu terbaik pada orang yang telah meninggalkan kita adalah dengan mendoakannya 'kan?
Perlahan tapi pasti Donghae beranjak dari duduknya seraya menutup gorden karena hari sudah sangat larut.
Diraihnya sebuah pigura yang menampilkan kebersamaan dirinya dengan sang kakak beberapa tahun lalu itu. Rindunya kembali mencuat, tetapi kali ini dia akan tertawa. "Hyung, aku kangen waktu kita tertawa bersama. Maaf aku terlalu cengeng. Bukannya aku tak mengikhlaskanmu, aku hanya merindukanmu."
"Aku ngantuk, Hyung. Aku mau tidur dulu dan besok semoga keadaan sudah jauh lebih baik."
Berakhirlah kisah ini yang ditandai Donghae jatuh tertidur dengan memeluk pigura sang kakak, seolah dari hal itu membuat rasa rindunya terobati. Samar-samar bibir itu tersenyum, sepertinya dia bermimpi indah dan memimpikan sosok sang kakak, mungkin.
Biarkan saja seperti itu, sebelum dia kembali pada kehidupan nyata yang sangat berbanding terbalik dengan dunia nyata yang keras. Tapi percayalah ... Bahwasanya setelah terjadi hal berat dan menyakitkan itu ada pelangi indah yang siap menyambut kedatanganmu dalam gerbang kebahagiaan.
~~~~
Selesaiiii~~~~
Kita ketemu secepatnya di chapter depan yaaa... See You soon😚😚
YOU ARE READING
Story Of East Sea
Fanfiction"Laut Timur; Donghae (KR)" menjadi nama bagi seorang pria tampan bermarga Lee, Lee Donghae. Pemuda dengan segala tingkah lakunya yang terkadang kekanakan ini akan berbagi cerita di sini, kisah tentang kehidupannya. ~~ Genre Random di setiap chaptern...