"Aahhhahha, indahnya saat itu. Sampai sekarang aku masih terngiang-ngiang sama Kak Grace" (tawaku sambil menikmati suara gerimis hujan)
Setelah kejadian itu, aku seperti ketagihan dan mencari cara untuk mendapatkannya lagi, namun aku tidak menemukannya. Aku sempat mendapati kakakku yang kentut saat kami sedang menonton tv bersama, tapi aku tidak merasakan sensasi yang sama seperti kejadian Kak Grace.
"Kenapa reaksiku saat itu berbeda ya?, aku gak bisa merasakan sensasi yang sama seperti kejadian Kak Grace. Apa karena dia keluargaku sehingga aku tidak menyukainya? Hmmm..." (gumamku dalam hati). Seorang anak kecil sepertiku bisa berpikiran seperti itu, mungkin saja aroma kentut itu sudah merubah sel-sel dalam otakku tanpa aku sadari.
Beberapa bulan kemudian aku kedatangan seseorang. Seorang asisten rumah tangga di keluargaku. Kakakku sudah sibuk dengan kegiatan disekolahnya maka dari itu aku selalu dijaga dan diasuh oleh asisten rumah tanggaku ini yang bernama Mbak Vina.
Dia cukup menarik menurutku, masih muda seperti baru lulus sekolah menengah atas. Badannya cukup tinggi, kulitnya sawo matang dan rambutnya pendek sebahu. Sejujurnya Mbak Vina tidak terlihat seperti asisten rumah tangga yang lain karena dia cukup menarik perhatian untuk orang-orang sekitarnya (tahun 90'an eranya selebgram belum ada saat itu).
Setelah beberapa lama Mbak Vina bekerja, akhirnya datang juga kesempatan itu. Hari itu rumah dalam keadaan kosong, hanya ada aku dan Mbak Vina. Siang hari saat aku pulang dari sekolah sedangkan Mbak Vina sedang memasak didapur. Kebiasaannya kalau kerja dirumah, rambutnya selalu dikuncir kuda, jadi bagian belakang lehernya terlihat berkeringat.
Karena sepertinya dia sibuk memasak, akupun bergegas ganti baju dan rebahan di sofa ruang keluarga sambil menonton tv. Sepertinya Mbak Vina sudah selesai masak, dia menghampiriku
Mbak Vina: "Nonton apa kamu dek?"
Dio: "Ohh ini, kartun kesukaanku."
Mbak Vina: "Mbak temenin ya."
Dio: "Iya sini"
Dio: "Loh, Kok duduk bawah? Sini diatas aja."
Mbak Vina: "Enggak ah, mbak kepanasan mbak mau duduk bawah aja biar adem."
Dio: "Ohh, aku nyalain kipas ya biar gak kepanasan."
Kunyalakan kipas, dan Mbak Vina duduk dilantai disampingku. Mungkin karena kelelahan, diapun tertidur. Saat aku keasyikan nonton tv, akupun haus ingin mengambil air putih di kulkas. Karena aku tidak ingin membangunkannya, akupun bangun dari sofa dan mengendap-endap untuk mengambil air.
Kulihat saat itu Mbak Vina sedang tertidur dengan posisi duduk menyamping dan pantat sedikit terangat kesamping. Setelah melepaskan dahaga, aku kembali kesofa. Mengengendap-endap berjalan mendekati Mbak Vina, tercium aroma-aroma sesuatu disekitarku. Aku menengok kanan-kiri sambil mengendus-endus seperti anjing pelacak, dan aku berhasil menemukannya.
Ternyata sumber aroma itu dari arah pantat Mbak Vina. Kudekatkan wajahku kearah pantatnya untuk memastikannya, dan benar, aroma lama kurindukan akhirnya datang juga. Mbak Vina kentut dalam tidur lelapnya. Sepertinya masuk angin karena duduk dibawah dan terkena kipas angin juga. Diam-diam kudekatkan lagi wajahku sambil memiringkan kepalaku, tiba-tiba...
Suara berdesis yang nyaris tak terdengar berbarengan dengan aroma hangat keluar dari pantat Mbak Vina.
"Aahh, ini dia! Sensasi ini" (kataku dalam hati)
Jantungku berdegup sangat kencang. Kuendus dengan nikmat aroma itu sambil berhati-hati agar tidak membangunkannya. Kupejamkan mataku sambil menikmatinya. Seluruh tubuhku dari ujung kepala sampai kaki bergetar hebat, saking nikmatnya sampai si burung terasa geli dan tanpa sadar aku meremasnya.
Karena aku meremasnya terlalu terlalu sering, aku jadi ingin buang air kecil. Akhirnya kuakhiri mengendus kentutnya dan bergegas ke kamar mandi.
Setelah selesai, aku keluar dari kamar mandi dan hendak melanjutkannya lagi, ternyata Mbak Vina sudah terbangun. Aku mendekatinya seolah-olah tidak terjadi apa-apa
Dio: "Loh, udah bangun mbak?"
Mbak Vina: "Iya nih, mbak kecapekan kayaknya jadi ketiduran, maaf yaa."
Dio: "Iya. Emang mbak gak apa-apa duduk dibawah gitu?"
Mbak Vina: "Gak tau kenapa ya, perut mbak mules, apa karena duduk bawah kali ya? Ehh.. mbak ke kamar mandi dulu ya." (sambil berlari memegangi perutnya)
Tiba-tiba kakakku pulang dari sekolahnya.
Kak Desi: "Kok sepi dek, mbak kemana?"
Dio: "Tuh ada dikamar mandi."
Kakaku masuk kedalam kamarnya dan aku melanjutkan menonton tv sambil sesekali meremas si burung yang masih terasa menggelitik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sniffer
Literatura FaktuMenceritakan perjalanan pemuda bernama Dio yang mempunyai kebiasaan unik dan aneh. Dalam perjalanannya, Dio mempertanyakan dan mengeksplorasi semua tentang kebiasaannya serta merahasiakannya dari semua orang.