"Mama, Papa, Kala rindu."Lapangan SMK BHAKTI yang lumayan terik dengan bola basket memantul ke sana ke mari, Kala dan teman-temannya tengah bermain basket tentunya, peluh memenuhi dahi mereka.
"Anjay dah kece belom Gue?" Attala yang berhasil memasukkan bola kedalam ring terlihat sangat bangga, senyumnya mengembang dengan manis.
"Sungkem Gue mah At."
Kala dan Marvel duduk disamping lapangan sambil meneguk air mineral yang sudah dibeli sebelum bermain tadi.
Kala menatap langit berwarna biru terang, awan putih yang menghiasi langit itu terlihat cantik, apalagi dengan matahari ditengahnya yang terlihat sangat bersinar.
"Kal." Panggilan itu tak Kala gubris, ia mungkin tidak mendengarnya.
"Kala." Panggilan kedua kali Kala menoleh menatap marvel sambil mengankat alisnya.
"Lo nggak tidur semalem?" Marvel memperhatikan kantung mata Kala yang lumayan kelihatan lebih hitam dari kemarin.
"Eh, keliatan kah?" Kala reflek menyentuh bawah matanya.
Kala tertawa ringan, "Semalem Gue gabisa tidur." Melihat wajah Marvel seperti penasaran maka Kala menjawab pertanyaannya.
"Eh Kala, udah punya temen nih ceritanya?" Segerombolan anak cowok mendekat kearah Kala dan teman temannya.
Kala menatap mereka dingin, mereka adalah teman SMP Kala, mereka tidak dekat tapi Kala mempunyai kenangan pahit bersama mereka.
"Mau Lo apasih Gab?" Gabriel yang ada dibarisan paling depan dari gerombolan itu berdecih.
"Mau Lo nggak tenang."
Bola basket terlempar dari jauh sampai mengenai kepala Gabriel, Attala berlari kearah mereka.
"EH SORRY SORRY NGGAK SENGAJA." Attala mengambil bola itu dengan santai, ia menghentikan langkah di tengah-tengah lalu menatap dua kubu bergantian.
"Ini ada apaan?"
Gabriel merebut bola dari tangan Attala, "Ayo main, Kalo Lo kalah Lo jadi babu gua."
Kala terdiam, tak yakin dengan ajakan Gabriel. Tapi teman-teman dibelakangnya meyakinkan Kala untuk menerima ajakan Gabriel.
"Oke."
Kedua kubu mulai bersiap di tempatnya masing-masing, teriknya matahari tak menghentikan mereka.
Bola mulai dipantulkan, permainan dimulai servis dari tim Gabriel.
Di tengah-tengah permainan Kala yang mendapatkan bola bersiap untuk melompat dan memasukkan bola itu ke ring. Tapi teman Gabriel mendorong Kala dengan kencang sampai Kala terjatuh dan kepalanya menabrak tiang.
Suara dengungan yang begitu kencang membuat semua atensi mengarah ke Kala.
"WOI, LO KALO MAIN YANG SPORTIF DONG." Attala maju lalu menarik kerah orang yang mendorong Kala, sementara sisanya mendekati Kala.
Kala terduduk di depan tiang itu, menatap tiang yang terkena darah dari dahinya.
"Kal?" Kala menoleh, tangannya menutupi luka di dahinya. Darah rembes dari tangan Kala, tapi tak ada ringisan yang keluar dari mulut Kala.
"Bawa UKS tolol." Marvel menarik Kala untuk berdiri dan berjalan ke UKS. Disisi lain Attala masih beradu mulut dengan orang yang mendorong Kala.
Attala menampar orang itu sampai bekas tangannya terlihat jelas di pipi.
"Mati aja Lo semua anjing." Setelah itu Attala berlari mengikuti Kala ke UKS.
♬♩♪♩ ♩♪♩♬
Siswi yang menjaga UKS cukup kaget dengan luka di dahi Kala yang cukup besar, bahkan biru.
Setelah diberi obat, Siswi itu menatap temannya, "Mitela mana? Ini harus dibalut."
"Nih Vyy." Siswi bernama Naseravyy atau kerap kali dipanggil Vyy itu mengambil mitela dari tangan temannya. ia membalut luka di kepala Kala dengan telaten.
"Kekencengan nggak?" Tanya Vyy saat ia selesai mengikat mitelanya.
"Nggak. Makasih." Kala berdiri bersiap untuk pergi, ia menatap temannya yang terlihat seperti menahan tawa.
"Apa?" Kala menatap mereka sinis sebelum keluar dari UKS.
"Kaya ninja anjir." Ucap Aksa sambil tertawa ringanringan. Balutan mitela diatas kepala Kala membuatnya terlihat seperti ninja.
Kala menatap dirinya di jendela, memang seperti ninja. tapi ikatannya benar, rapih, bahkan tidak menyakitkan.
"Ganteng juga Gue." Ucap Kala pelan sambil menatap pahatan wajahnya yang cukup lumayan.
"Jir."
"Bisa pd juga."
"Jadi ini aslinya."
Saat Kala menoleh, ekor mata Kala menangkap sosok yang tak asing baginya, jantungnya berdebar kencang, dengan cepat Kala berlari menuju luar gerbang, mencari sosok yang Kala tangkap tadi."Mamah? Papah?" mata Kala mencari sosok itu, mana, dimana? apa dia hanya salah lihat? tapi siluet tubuhnya bahkan wajahnya mirip dengan orang tuanya beberapa tahun lalu.
Teman-teman Kala mendekati Kala dengan rasa penasaran yang meluap, mengapa temannya berlari secepat atlet.
"Ada siapa Kal?"
"Oh, eum Gue cuma salah lihat." Kala belum bisa bercerita, Kala tidak mau bayang-bayang ketakutan itu kembali menghantuinya.
Satpam yang melihat mereka membunyikan peluitnya sampai menggema, Kala dan teman-temannya sedikit kaget.
"EY EY JANGAN BOLOS, MASUK MASUK." Satpam itu menarik telinga Marvel, anak itu hanya terdiam bingung menatap temannya.
"Eh Pak! temen saya!" Attala menarik Marvel sehingga telinga marvel tertarik karena tangan Satpam itu masih bertengger ditelinga Marvel terlihat enggan lepas.
"Pak, sakit." Akhirnya Marvel mengeluh, telinganya sudah memerah akibat tarikan Satpam itu ditambah Attala juga.
"OH IYA MAAP ATUH AH, JANGAN BOLOS YAK AYO MASUK LAGI AYO!" Seru Satpam itu menggiring mereka semua untuk menjauh dari gerbang sekolah.
Tawa terdengar dari bibir mereka, mengalun indah. Eh? Mereka--- Hanya Kala yang tidak ikut tertawa, ia masih memikirkan tentang apa yang ia lihat.
"Gue yang salah lihat atau... Mamah dan Papah masih hidup?"
Rasanya Kala ingin berharap, tapi ia sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri kedua orang tuanya dikebumikan.
♬♩♪♩ ♩♪♩♬
EYYO GUYS, VOTE VOTE MANA VOTE HAHHH GECE VOTE
KOMEN JUGA NI YE
SEHAT SEHAT LU SEMWAA, (chapter selanjutnya full kehidupan Vyy ya)
BABAYYY
vote, vote, vote, vote
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA.
Teen FictionTetaplah hidup untuk hal hal kecil di dunia ini "Semesta, cukup. Jangan kehilangan lagi...." ORI KARYA SENDIRI. ⚠️Warning!!! Terdapat kata-kata kasar disini, ambil sisi baiknya buang sisi buruknya. ⚠️Budayakan follow sebelum membaca!.