Nonuna

2.8K 408 3
                                    

"Permintaan maaf : Pondasi untuk pelanggaran yang akan dilakukan di masa depan."

- Ambrose Bierce -

××××××××××××××

Adrian keluar dari ruang rapat dan menemui seseorang yang tak lain adalah anggota osis sebelumnya.

"Jika kursi kosong, maka kekacauan akan terjadi."

"Itu sudah pasti. Tanpa pemimpin, keanggotaan tidak akan berjalan dengan baik karena tak ada yang mampu menengahi argumen mereka. Posisi sama dengan pendapat yang bertolak belakang." balas Adrian

"Entah kenapa? Aku merasa ini adalah bagian dari rencana seseorang."

"Seseorang?" tanya Adrian

"Azriel adalah orang yang teliti. Ia telah menjabat sebagai ketua osis sejak masih berstatus siswa baru. Pointnya cukup besar sehingga tak ada yang mampu mengisi kursinya. Kau ingat petisi yang disebar untuknya? Aku menyadari, jika sekolah ini tak baik-baik saja. Namun situasinya semakin parah setelah siswa tunawicara itu tewas. Rumor juga seketika menyebar. Caesar yang saat itu juga berhasil mengalahkan Azriel, kembali ditemukan tewas. Anehnya, pihak kepolisian menyebut dua kejadian itu sebagai tindakan bunuh diri. Walau begitu, aku merasa Azriel seolah sengaja mengalah dari peringkat. Sehingga siswa lain bisa berada di peringkat pertama. Entah apa tujuannya."

"Kau berpikir, jika dalang dibalik kematian mereka adalah Azriel?" tanya Adrian

"Tidak, walau ia dua kali kalah. Azriel bukan orang yang akan bertindak kotor untuk mendapatkan apa yang ia inginkan."

"Kau pikir, kau bisa menilai seseorang hanya dengan melihatnya saja? Bahkan jika kau terlahir dihari yang sama, tumbuh bersama dan tinggal bersama. Kau tak akan bisa membaca pikirannya atau menilai seperti apa dirinya. Manusia itu rumit. Jadi jangan pernah berpikir untuk bisa dekat, sangat dekat dengan mereka sampai tau. Apa yang sedang mereka pikirkan." ucap Adrian

"Kau benar, tapi ...."

"Sekolah ini menjadikan piramida sebagai patokan. Sekolah ini memancing persaingan kotor secara tidak langsung. Semuanya baik-baik saja saat Azriel duduk dikursi osis. sekarang? Menurutmu, apa yang akan terjadi? Kebebasan! Mereka semua akan bebas sekarang. Kau akan lihat, bagaimana PLY School akan hancur lewat ambisinya sendiri." jelas Adrian

"Aku juga berpikir seperti itu. Walau begitu, berhati-hatilah. Jangan sampai kau dilibatkan oleh mereka dan tetaplah berada dipihak yang benar."

"Tentu." ucap Adrian sembari mengukir senyum tipis.

Saat siswa angkatan tahun ke-3 tersebut pergi, Adrian tiba-tiba saja tersenyum tipis. Ia kemudian menatap jari tangannya. Namun hanya ada 9 jari yang ia lihat, seolah-olah sedang menghitung sesuatu.

××××××××××

Sementara itu, penolakan terlihat jelas dari angkatan tahun pertama setelah rapat osis. Disusul oleh anggota tahun ke-3 yang tiba dan langsung membuka percakapan.

"Lakukan petisi." ucap seorang angkatan tahun ke-3

"Kau tak dengar! Petisi tak akan mempan."

"Kalau begitu terima saja. Selama osis belum dibubarkan dan digantikan dengan keanggotaan yang baru, maka Azriel dan wakilnya itu masih punya hak untuk membantah argumen siapapun. Ia masih bisa mengendalikan tiga angkatan, bahkan setelah dinyatakan mengundurkan diri."

"Apa maksudmu?"

"Dia hanya mengundurkan diri dari kursi ketua saja, tapi masa jabatannya terus berlanjut sampai pemilihan berikutnya. Kau tak dengar. Sampai sekarang, Azriel masih berada dipuncak piramida PLY School. Kau butuh dukungan untuk membuatnya tak berkutik. Aku bisa membantumu jika kau mau."

Blind And Bad Rivalry (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang