Bab 18

17 3 2
                                    

Kia masih memeluk tubuh tinggi Neo yang gemetar. Tangannya menepuk-nepuk punggung memberikan kekuatan pada anak laki-laki yang terguncang ini. Mata Kia menatap nyalang ke arah pasangan suami istri di hadapan. Amarah perlahan merayap ke kepala hingga rasanya ia ingin membuat pasangan itu pergi dari ruangan ini. Kalimat yang terlontar dari seorang yang disebut ayah, membuat Kia benar-benar tak menyangka. Seharusnya pria paruh baya itu memberikan kalimat sayang atau penguat bukan justru mengatai.

Kia harap bisa menyuntikan anastesi pada mulut pria itu agar tak seenaknya berbicara kalimat buruk.
Kia melayangkan pandangan kepada dua orang itu, memberikan kode agar mereka keluar dari kamar. Beruntung pasangan suami istri itu mengerti dan pelan-pelan melangkah keluar meninggalkan Kia dan Neo.

Kia kembali fokus kepada Neo yang masih diam dengan sedu sedan yang masih terdengar. Kia mengurai pelukannya yang mendongak menatap remaja itu.

"Kau terluka?" Kia meneliti wajah dan tubuh Neo. Terlebih tangan remaja itu yang baru saja memegang pecahan kaca. Kia tak pernah menanyakan kalimat yang akan sulit dijelaskan seperti 'kau baik-baik saja?' kepada siapa pun yang sedang mengalami kondisi buruk. Justru Kia akan berucap kalimat penguat dan selalu berkata 'kau baik-baik saja sekarang' saat menghadapi pasien yang sedang dalam keadaan yang sama seperti Neo.

Remaja itu tertunduk enggan menatap Kia. Kia memegang dagu Neo dan menggerakkannya ke atas agar pandangan mereka bertemu. Wajah Neo beruraian air mata, napas remaja itu pun naik turun. Kia merangkul pinggang Neo dan menggiringnya kembali ke ranjang.

"Tunggu di sini sebentar. Aku akan mengobati luka di tanganmu." Kia berbalik hendak meninggalkan remaja itu. Namun belum sepenuhnya Kia memutar tubuh, genggaman Neo membuat Kia menoleh.

"Jangan tinggalkan aku," ucap Neo dengan suara bergetar. Kia membalas genggaman tangan Neo dan merendahkan tubuhnya menatap Neo yang masih tertunduk dengan posisi duduk di atas ranjang.

"Hanya sebentar. Aku akan segera kembali." Setelahnya Kia berlari. Baru saja keluar pintu, tangan Kia sudah ditahan lagi. Kali ini oleh Kai. Pria itu masang raut kecemasan yang kentara. Tanpa bertanya, Kai meraih jemari Kia membalikan ke atas ke bawah mengecek apa ada luka pada wanita itu.

Kia yang mengerti, memutar jemarinya menggenggam tangan besar Kai. Wanita itu menatapnya dengan senyum simpul terukir di bibir.

"Tunggu sebentar di sini. Aku akan mengambil obat."

Kia benar-benar pergi meninggalkan Kai yang kini mengalihkan pandangan ke arah kamar. Ia tak menyangka pekerjaan wanita itu bisa berbahaya seperti ini dan yang membuatnya jengkel wanita itu justru biasa saja menghadapi pasien yang dapat kapan pun melukainya karena hilang kendali.

Tak lama Kia kembali membawa senampan berisi peralatannya kemudian mulai mengobati tangan remaja itu. Kai terdiam seraya mengamati wanita yang terlihat sangat memesona saat bekerja ini lamat-lamat. Kia terlihat bersinar walau tanpa seragam dinasnya. Senyum Kai mengembang tak kala melihat Kia melengkungkan bibir ke atas. Sepertinya wanita itu sedang mengajak remaja ini bercanda.

***
"Apa kau selalu tidak berpikir sebelum bertindak? Bagaimana jika kau terluka tadi," tanya Kai yang saat ini sedang menemani Kia di dalam kamar. Remaja itu akhirnya tertidur setelah lama menangis, Kai terus mendampingi Kia yang tidak bisa pergi karena Neo terus menggenggam tangannya.

Kia yang sedang menatap wajah teduh Neo yang memejamkan mata, mengalihkan pandangan. Ia tersenyum lalu berjalan ke arah Kai lalu terduduk di salah satu kursi.

"Aku juga melakukan hal yang sama padamu saat itu. Kau ingat?" ucap Kia yang sontak membuat mata hijau itu membulat.

"Aku menerobos kamar yang sudah hancur berantakan. Di sana kau berteriak dan menangis di waktu yang bersamaan. Kau juga memegang pecahan kaca di tangan. Kau lebih berbahaya daripada Neo. Tetapi aku tetap berusaha mendekatimu. Ya, walaupun gagal. Kau terlalu berbahaya untuk kudekati." Ucapan Kia yang panjang lebar seakan menghantam Kai. Ia tak menyangka pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya. Ia tak ingat sudah merepotkan orang-orang di rumah sakit ini.

My Auntumn (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang