40. Ketar-ketir

216 44 3
                                    

WOH AKHIRNYA BALIK LAGI SETELAH SEKIAN TAHUN AKU GA UPDATE INI CERITA.

JADI KEPO, INI CERITA MASI ADA PEMBACANYA GA YA? HMMM

DAH DAH, SELAMAT MEMBACAAAAAAA!

"Kau bisa memancing Ten dan Bada untuk menjawab segala pertanyaanmu, Melisa," ujar Moon Gyeong dengan senyuman nakalnya.

"Ditanya bagaimana? Berdasarkan pembicaraan kami kemarin, mereka berdua tidak mengetahui apa pun mengenai ini. Mereka hanya diminta untuk melatihku tanpa diberi penjelasan lebih mengenai itu," balas Melisa jujur.

"Eiiii, Melisa-ya! Kemarin adalah kemarin, hari ini adalah hari ini. Siapa yang tahu kalau mereka sudah diberitahu barang sedikit?" ucap Moon Gyeong sembari menaik turunkan alisnya meyakinkan Melisa.

"Benar juga," gumam Melisa sembari mengangguk dan memegang dagunya. "Jadi aku harus berbuat apa?" tanyanya kemudian.

"Gini, sekarang kan posisinya kamu tidak tahu apa-apa dan tidak bisa menari sama sekali, nih. Nah pas lagi latihan dan kamu tidak tau caranya gimana, kamu pasti bertanya, kan? Jadi, pas nanya itu kamu siratkan aja tentang pertanyaan-pertanyaan yang ada di otakmu itu. Paham, tidak?" jelas Moon Gyeong panjang lebar.

Untungnya IQ Melisa cukup tinggi untuk bisa memahami kalimat bahasa asing itu dengan cepat. Melisa mengangguk. Ide yang diberikan Moon Gyeong tadi ia rasa sangat membantu dalam penelitiannya kali ini.

Anjay penelitian ga tuh.
Iya, anggep aja si Melisa lagi neliti kasus dirinya sendiri sekarang:v

Melisa mengangguk guna menanggapi penjelasan Moon Gyeong tadi. Ia kemudian mengucapkan terima kasih pada Moon Gyeong. Setelahnya, mereka pun lanjut membicarakan hal-hal random, seperti ...

"NCT Dream bagaimana, Melisa?"

"Sejauh ini, masih baik-baik saja, kok. Cuman yaaa, jadwal Haechan sama Mark agak bentrok gitu, sulitnya di sana aja, dikit," jawab Melisa jujur.

"Ah maaf, aku salah pertanyaan. Maksudku, gimana Mark?" tanya Moon Gyeong lagi dengan senyuman jahilnya menatap Melisa yang memelotot kaget mendengar pertanyaan Moon Gyeong tadi.

"Nah loh," gumam Melisa dengan bahasa ibunya. "Jangan bilang ini manusia satu udah dikasi tau sama A Yeong Eonni?" sambungnya lagi sambil memegang kepalanya.

"Moon Gyeong-ah. Beritahu aku apa saja yang A Yeong Eonni ceritakan padamu. Right now," suruh Melisa dengan muka datarnya.

"Oke, first. A Yeong eonni bilang bahwa Jisung yang menceritakan ini," ujar Moon Gyeong mengawali ceritanya.

"Ah kalau itu aku sudah tahu sejak awal. Anak kecil yang satu itu memang benar-benar," balas Melisa sembari menggelengkan kepalanya. "Lihat saja, akan kuhabisi dia setelah ini," sambunya kemudian.

"Jangan, dong. Nah jadi, cerita pertama yang kudapatkan adalah, biasmu dari SuperM adalah Mark. Lalu, jika kau adalah seorang Sijeuni kemungkinan kau akan menjadikan Mark sebagai bias. Benar begitu?"

Melisa menghela napas lalu menggangguk menanggapi. "Kemudian?"

"Kemudiaann, kau pernah mengajak Mark makan siang? Keren juga," ujar Moon Gyeong sambil menaik turunkan alisnya.

"Itu benar, Moon Gyeong-ah. Tapiii, kau jangan salah paham, ya! Aku mengajaknya makan siang karena berterima kasih karena telah menolongku waktu itu," sanggah Melisa kala melihat tatapan Moon Gyeong seolah mengatakan Melisa itu berani menunjukkan rasa sukanya pada Mark.

"Apa benar begitu?" goda Moon Gyeong.

"Iyaaa, benaaaar. Skip, skip. Cerita berikutnya?"

"Hmmmm, lalu kalian pernah ngobrol cuma empat mata ngebahas masalah jadwal mereka yang bentrok. Kemudian kamu tratir Mark makan siang, kan? Kalau aku nggak salah ingat, Jisung bilang kau berkaa begini, 'Makeu gomawo, ayo pergi bersamaku, makan siang bersama' benar kann?" sambung Moon Gyeong sambil menirukan ucapan Melisa yang ditirukan oleh Jisung yang kemudian ditiru oleh A Yeong dan berakhir ditiru Moon Gyeong Dan hal itu sukses membuat Melisa speechless.

"Dahlah."

***

Siang berlalu dan kurang dari satu jam lagi Melisa akan memulai latihan dancenya. Jelas saja dirinya saat ini tengah gugup bukan main. Entah apa yang ia lakukan di ruangannya saat ini, yang jelas ia hanya berjalan mondar-mandir di ruangannya saat ini. Terlihat pakaian yang biasa ia gunakan untuk berolahraga tergantung di tangan gadis itu.

"Pake, enggak, pake, enggak, pake, enggak," gumamnya masih sambil mondar mandir, kini disertai gerakan menggigit kukunya.

"Ya dipakelah, Lis. Yakali kaga, masa gue latian dance pake baju kerja begini?" gumamnya lagi tanpa menyadari keberadaan seseorang yang masih berdiri di daun pintu menatap gadis yang tak kunjung meng-notice eksistensinya.

"Ah, bodo, deh. Mau gimana pun gue mikir ya jawabannya emang gue kudu make. Ngapain gue pikirin dah, ngabisin waktu ae," ujar Melisa lagi sembari menggerakkan kakinya untuk berjalan keluar dari ruangannya, dan kerennya masih belum menyadari manusia yang kebingungan Melisan bicara apa.

Sampai akhirnya, Melisa yang melangkah dengan terburu menabrak seseorang tersebut dan membuat dirinya hampir terpental namun syukurnya masih sempat ditahan oleh pemuda itu. Si pemuda memegang kedua tangan Melisa dan berhasil membuat gadis itu seimbang kembali.

"Maafkan aku! Aku tidak fokus! Sekali lagi ma-" Melisa yang semula menunduk terdiam menatap wajah pemuda yang terlihat berusaha keras menahan tawanya kala melihat gadis itu yang terlihat begitu panik.

"Sepertinya tidak akan kumaafkan," ujar pemuda itu dengan gaya sok angkuhnya.

"Sepertinya aku harus menyesal sudah mengucapkan kata maaf padamu, Chenle-ya!" ucap gadis itu seraya melepaskan tangannya yang tadi digenggam Chenle.

"Ckckck, padahal aku sudah menolongmu lho, Noona. Lantas ini yang Noona berikan padaku sebagai ucapan terima kasih, huh?" Chenle menggelengkan kepalanya sembari menggerakkan telunjuknya seperti gerakan rugowo. "Tau begini lebih baik aku biarkan Noona jatuh tadi," sambungnya kemudian.

"Sudahlah. Kau kenapa ke sini, Chenle-ya?" tanya Melisa mengalihkan topiknya.

"Ucapkan terima kasih dulu, Noonaaaaa!"

"Wah, gila. Kau ini gila terima kasih banget sepertinya. Ya sudah, ya sudah, Terima kasih Chenle-ya. Jadi, ada apa?"

"Sebenarnya aku ingin bertanya pada Noona, apakah Noona sibuk malam ini atau tidak. Tapi ketika melihat Noona mondar mandir dengan tangan yang tergantung baju kayak gitu, aku jadi pengen ganti pertanyaannya. Noona mau ke mana dan mau ngapain bawa baju itu?" jelas Chenle panjang lebar.

"Ah, ini ..." Gadis itu terdiam sejenak, matanya terarah ke jam dinding yang tergantung di dinding ruang kerjanya. Sudah menunjukkan 18.30 waktu setempat. Melisa yang sudah panic makin panik. Ia langsung menatap Chenle dengan raut wajah paniknya.

"Kenapa, Noona?" tanya Chenle ikutan cemas.

"Aku akan menjawab pertanyaan pertamamu saja. Iya, aku sibuk malam ini. Maka dari itu, silakan keluar dan sampai jumpa besok!" ujar gadis itu seraya mendorong badan Chenle dengan sekuat tenaga untuk agar pemuda itu keluar dari ruangannya.

"Sibuk ngapain, Noona?" tanya Chenle di sela langkah terpaksanya yang didorong Melisa.

"Pokoknya aku sibuk, kita akn berjumpa lagi besok jam 1 siang, oke? Night, Chenle!" jawab Melisa dan langsung menutup pintunya dan langsung mengunci pintu tersebut.

Melisa di dalam ngos-ngosan karena usahanya mendorong Chenle, sedang Chenle terdiam terheran-heran melihat tingkah Melisa barusan. Pemuda itu menggeleng kemudian berjalan pergi meninggalkan ruangan Melisa.

"Sisa 25 menit lagi."

"Yakali gue telat di hari latian pertama gini, weh."

SEKIAN TERIMA KASIH.

JANGAN LUPA TINGGALIN VOTE KOMEN SAMA JANGAN LUPA SHARE INI CERITA YA GES YAK

BTW SEMANGAT NUNGGU UPDATE-AN THREE WEEKS LAGIIIIIIIIIIIII!

BYE BYEEEEEEEEEEEE

BTW AKU LAGI OLENG KE MARK🙂

Three Weeks | NCT Dream ft. WayVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang