Kejadian terakhir di ruang siaran menimbulkan efek bagi tubuh Mazaya. Kepalanya berat, matanya berkunang-kunang, tubuhnya lemas.
Objek terakhir yang ia lihat sebelum menutup matanya ialah sebuah tulisan yang ia lupakan.Hanya tulisan itu yang tak membekas pada ingatan Mazaya. Padahal percakapan antara Gista, Ankara dan Sagara masih sangat membekas.
Ia menatap sekelilingnya. Netranya menemukan dirinya tak lagi berada di dalam ruang siaran, ia malah berada di depan kaca toilet wanita sekolahnya. Menenggok kanan kiri, ia tidak menemukan makhluk lain selain ia seorang diri.
Aneh banget, gue kok tiba-tiba ada di sini?, batin gadis itu menggaruk-garuk tengkuknya.
Keluar kamar mandi, Mazaya berjalan menuju balkon sekolah. Tidak tau mengapa gadis itu mendadak ngidam duduk di bawah pohon besar seperti saat pertemuan pertamanya dengan Sagara. Di tengah perjalanan menyelusuri lapangan basket, tangan mungilnya ditarik paksa seseorang.
Lebih-lebih posisi laki-laki itu nyaris akan menyium bibir cherrynya, jika saja laki-laki itu memajukan wajahnya beberapa senti lagi. Kedua tangan laki-laki itu memegang pundaknya.
"Jangan bergerak, gue mohon bantuan lo. Satu menit aja," pinta laki-laki menggunakan pakaian basket Harapan Bangsa. Keringat bercucuran disekitar dahi laki-laki itu diserta deru napas yang terdengar tak beraturan.
"Lo yakin mau ikut kencan buta malam ini?"
"Yakin lah. Gue udah nyiapin pakaian yang gue pakek buat nanti. Gue harap cowok-cowok yang nanti dateng sesuai selera gue."
"Lo tenang aja, dijamin nggak bakalan nyesel. Tapi apa pacar lo tau, persoalan ini?"
"Ck, santai, dia mah sibuk sama urusannya. Cepat atau lambat gue bakal putusin dia, setelah gue dapet penggantinya. Rencananya sih minggu depan pas acara pesta dansa."
"Gila ya lo! pacar lo tuh udah paket komplit. Yakin mau lo lepas gitu aja?"
"Dia emang ganteng sih, tapi ganteng aja nggak cukup kalau nggak bisa muasin gue. Lo tau, gue sampe heran sama dia, buat apa coba dia jadiin gue ceweknya. Di saat gue minta kiss, dia selalu nolak. Gue pegang atau gandeng tangannya dia langsung ngelepasin. Ngasih kabar aja nggak pernah, selalu gue dulu yang chat dia. Bayangin selama dua tahun gue pacaran sama dia, kita nggak pernah sleep call kayak pasangan lain. Waktu aja nggak ada, boro-boro ngasih duit ke gue, padahal niat asli gue gebet dia kan buat morotin duitnya, eh malah ampas yang gue dapet. Hubungan kita pun nggak pernah dia publish. Normal dong lama kelamaan gue jengah sama sikapnya."
"Hahaha... gue nggak tau hubungan lo seboring itu, pantes aja lo nggak betah."
"Bisa nggak si nggak bahas doi lagi, bikin mood gue turun!"
Mazaya sebisa mungkin menahan ringisan yang sewaktu-waktu bisa lolos dari mulutnya. Remasan laki-laki itu pada pundaknya terlalu kencang. Apa dia nggak mikir yang dia remas ini pundak orang yang masih hidup, bukan orang mati?
Sadar akan tindakannya laki-laki asing itu pun melepaskan cengkeramannya. "Maaf, gue terlalu terbawa emosi. Makasih ya, udah mau nurutin permintaan gue," ucap laki-laki itu, melenggang pergi.
▪︎▪︎▪︎
Kring... Kring... Kring...
"Seluruh pelajaran hari ini telah selesai, sampai jumpa besok pagi dengan semangat belajar baru. All lessons have ended for today, see you tomorrow morning with a new learning spirit, take care on the way home and have a nice day."
KAMU SEDANG MEMBACA
Voice and Acting
FantasiaPernah nggak sih kalian nge-ship in karakter novel tapi akhirnya sad ending? Kalau pernah kalian termasuk satu spesies bareng Mazaya. Mazaya penggemar garis keras Couple Gitar, singkatan Gista Sagara. Mereka berdua tokoh fiksi yang Mazaya harap bers...