Ekspresi Irfan datar saat bersinggungtatapan dengan Mika. Melihat raut gadis itu membuatnya ingin memindahkan kutukan Haven ke Mika. Namun, karena Irfan memiliki hati nurani, untuk sekarang dirinya tidak akan lakukan itu. Irfan memasang senyum, lalu membalas, "Kalian ngapain di sini?"
Dahi Mika berkerut. "Mau nanem ubi," sungutnya.
Irfan tersenyum. Laki-laki itu mengangguk. "Duluan, ya," pamitnya.
Irfan mendorong troli. Di sampingnya Farel mengikuti.
"Ila!" panggil Haven dengan suara keras.
"Mau Ila!"
Mika bersedekap juga memutar mata. Menyebalkan, batinnya. Ia menggandeng tangan sahabatnya. "Ayo, Qilla," ajaknya membawa Aqilla ke arah berlawanan.
"Mika, aku mau ketemu Alex, bentar aja."
Mika menggigit bibir. Tatapannya yang tajam terarah ke Haven. Lalu, ia melepaskan Aqilla.
Aqilla berlari menyusul dua laki-laki itu. "Irfan, tunggu. Boleh aku ketemu Alex sebentar?" Aqilla bertanya sambil melirik Haven.
Langkah Irfan terhenti, begitu juga dengan Farel. Mereka memandang Aqilla, kemudian seorang bayi yang tertawa riang. Senengnya ketemu gebetan, pikir mereka.
"Iya, boleh." Irfan mempersilakan.
Aqilla menghampiri Haven. Ia membungkuk, lalu mengulurkan tangan. "Halo, Alex apa kabar?" tanya gadis itu.
Bukannya membalas jabatan tangan Aqilla, Haven menarik tangan gadis itu agar memeluknya. Haven berusaha keras hingga Aqilla mengerti.
Farel, Irfan, dan Mika memandang dua orang tersebut. Farel memicing karena baru pertama kali melihat Haven yang sangat bahagia. Kemudian, Irfan membuang muka. Terakhir, Mika mengambil foto. Gadis itu berencana mengejek Haven suatu hari nanti.
"Ila! Ila!" Haven menyerukan nama Aqilla. Sepertinya sudah lewat seratus tahun sejak terakhir kali bertemu Aqilla. Haven memeluk erat gadis itu.
Haven terlena dengan kesempatan yang datang mendadak. Ketika Irfan mengajaknya untuk pergi, ia enggan melepaskan Aqilla.
"Alex, Kak Qilla sibuk lho. Alex nurut, ya?" geram Irfan dengan wajah marah.
"Ndak au," balas Haven. Ia berpaling dan menaruh dagu di bahu Aqilla. Ia sangat percaya diri karena yakin Aqilla juga tidak mau berpisah dengannya.
Irfan kalah, kini giliran Farel maju. Laki-laki itu mendekati Haven sambil menunjukkan ponsel miliknya. Mulut Farel berkata bahwa ada nomor Aqilla di ponselnya. Ia mengatakan itu dengan gerakan mulut. Hasilnya, Haven tergoda, tetapi setelahnya kembali membuang muka. Haven pikir dirinya tidak perlu nomor Aqilla bila gadis itu sudah bersamanya.
Irfan dan Farel kalah, sekarang saatnya Mika melangkah. Dengan ekspresi datar, gadis itu menarik Haven supaya lepas dari Aqilla. Rengekan Haven pun tidak terhindarkan. Meski begitu, Mika tetap bersikeras. Ia menarik tubuh Haven, menarik tangan juga kakinya.
"Ndak au! Huwa ...."
🌱🌱🌱
Di dalam restoran, Farel, Irfan, dan Mika duduk mengitari meja. Mereka berwajah sebal saat menonton pasangan itu. Demi mengalihkan pandangan, Mika mengambil buku menu, lalu membaca tiap menu. Irfan sibuk di aplikasi perpesanan walau tidak ada yang menghubungi. Sedangkan Farel menghitung orang-orang yang keluar masuk restoran. Namun, tetap saja ketiganya melirik Haven yang sedang tersenyum lebar.
"Cuka Ila."
"Alex suka Kak Qilla? Kak Qilla juga suka Alex."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince's Curse
Fiksi RemajaHati-hati dengan hati wanita. Karena jika menyakitinya, kamu bisa jadi bayi. * * * Diberkati dengan paras rupawan serta tubuh proporsional, Haven sangat memanfaatkan kelebihannya. Remaja jangkung itu memikat banyak perempuan kemudian mencampakkan me...