Chapter 26

447 38 23
                                    

Yuk follow akun saya sebelum membaca:)

⚠️🗣️⚠️

Ini adalah hari yang paling membuat jantung Halley berdebar. Bukan karena pernyataan cinta dari Ray ataupun berkelahi dengan Gerald seperti dulu, melainkan karena hari ini adalah hari Ray pergi ke tempat yang jauh entah di mana. Halley merasa sangat bimbang, cemas, dan khawatir. Tetapi ia juga merasa sepertinya akan menghadapi sesuatu yang tidak terduga dan mungkin itu akan membuat dirinya repot. Semoga saja tak sampai membahayakan nyawanya.

"Masih jauh, Ray?" tanya Halley lesu.

"Masih."

"Aku takut. Bagaimana kalau di sana aku tak bisa beradaptasi?" Halley menunduk sembari mengelus punggung tangan Ray.

"Tidak akan. Jangan khawatir, Halley." Ray menoleh dan menatap wajah Halley dengan lembut. Tangannya terangkat dan mengusap pipi Halley perlahan. "Kehadiranmu di sana sama saja dengan angin. Tak akan ada yang menggubrismu. Kau tak usah melakukan apapun dan tunggu di sana sampai aku kembali."

"Tapi, Ray... Bukankah di sana adalah tempat para sanak saudara mu tinggal?" Halley merasa sedikit tenang karena belaian lembut dari Ray.

"Sebutannya saja yang saudara tapi, mereka semua kuanggap sebagai hama. Suatu saat aku akan menyingkirkan mereka dengan tanganku sendiri."

"Kenapa begitu, Ray?" Halley memiringkan kepalanya dengan polos. "Boleh aku tau alasannya?"

"Hmm... Tak ada alasan khusus! Hanya saja, mereka membuatku sangat kesal. Kehadiran mereka di dunia ini saja sudah sangat salah!" Ray terkekeh dengan tatapan mata yang mengerikan. Halley sedikit merinding karena ia masih belum terbiasa dengan raut wajah Ray yang seperti ini. Karena Ray selalu menampilkan wajah lembut pada Halley. Jadi dia agak kaget.

"Ray... Aku berjanji selama kau pergi, aku akan menjadi kuat supaya layak berada di sampingmu! Makanya... Kau juga harus bertahan!" Halley kembali menunduk lesu.

"Kenapa kau bicara begitu? Aku sudah bilang, kan? Mau kau kuat atau tidak, kau sangat pantas untuk berada di sampingku. Karena kau adalah milikku!" Ray mendelik kesal. "Dan lagi... Apa maksudmu dengan 'aku harus bertahan' hm?" Alis mata Ray terangkat sebelah.

"Aku hanya merasakan kalau... tempat yang akan kau tuju itu sangat berbahaya. Aku juga mempunyai firasat yang tak bagus... aku takut kau kenapa-kenapa, Ray."

Ray terkekeh. "Untuk apa mengkhawatirkan hal yang tidak penting kayak gitu? Lebih baik kau memikirkan hal lain saja!"

"Aku maunya memikirkan dirimu Ray. Memikirkan masa depan kita nanti," ujar Halley dengan suara yang terdengar lucu.

"Bagus. Pikirkan saja semaumu karena aku pasti akan berusaha mewujudkannya." Ray mengangguk.

"Ekhemm!!" Maya dan juga Albert yang sejak tadi berada di jok depan, merasa geli dan frustasi melihat pasangan bucin di belakang. Tak tahan lagi, akhirnya Maya mengacaukan kemesraan antara Ray dan juga Halley. "Hentikan ucapan menggelikan itu. Aku bisa mati tegang saking gelinya nih nanti. Dan lagi, untuk apa memikirkan masa depan hah? Memangnya kau layak berpikir seperti itu? Pemikiran itu pasti payah sekali. Menikah dan punya anak? Memangnya bisa lelaki mengandung? Ada-ada saja! Aku akan memberikan pedangku kalau kau bisa membuktikan bahwa lelaki bisa mengandung. Ahahaha! Konyol sekali!"

"A-ahahaha..haha! Kau tidak boleh be-begitu, Maya." Albert justru yang merasa tak enak sampai mengeluarkan keringat dingin. Kata-kata Maya memang sedikit menyakitkan hati.

"Kenapa memangnya? Jadi aku harus terus mendengarkan obrolan menjijikkan itu sepanjang jalan? Capek-capek aku menyetir mobil, mereka malah enak-enakan bucin di belakang. Menyebalkan!" Maya memutar bola matanya malas.

PSYCHOPATH || BL18+⚠Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang