Suasana hati Clara belum membaik. Meski seharian ia habiskan waktu bersama Barsel. Namun, tidak ada percakapan diantara mereka.
Semua perasaan berubah menjadi hambar dalam sekejap. Tak ada lagi kehangatan seperti biasanya sebelum mereka menikah.
Hal itu membuat Barsel sedikit jengah. Ia berjalan mendekati Clara yang terus-menerus termenung di sofa dekat jendela kamar tanpa mempedulikan panggilan dirinya sejak tadi. Padahal ia meminta Clara untuk bergabung bersamanya di ranjang untuk istirahat. Supaya Clara tidak jatuh sakit.
"Sampai kapan kamu akan seperti ini?"
Clara mendongakkan kepalanya melihat Barsel sudah berdiri dihadapannya dengan wajah mengeras. Ia tahu, Barsel pasti marah padanya saat ini tapi ia tak bisa jika harus berpura-pura.
"Clara, kita baru saja menikah. Semua ini hanya masalah kecil yang belum tentu kebenarannya."
"Masalah kecil?"
Rasanya Clara ingin tertawa. Entah dirinya yang terlalu sensitif ataukah Barsel yang tak mengerti dengan masalah yang terjadi saat ini
"Ya. Bagiku ini hanya masalah kecil yang belum jelas kebenarannya."
"Lalu bagaimana jika saat di tes DNA nanti, anak itu adalah anakmu?"
Barsel tak bisa langsung menjawabnya karena ia pun tak tahu, apa yang akan ia lakukan jika benar, itu adalah anaknya.
"Tidak bisa menjawabnya, bukan? Jadi ini bukan masalah kecil."
Clara beranjak dari kursinya, ia sungguh tak tahan, kepalanya serasa ingin pecah karena mimpinya untuk hidup bahagia setelah menikah seolah sudah hancur berantakan.
"Kamu mau kemana?"
"Kemanapun yang bisa menenangkan hatiku."
Barsel meraih tangan Clara, "kamu tidak akan pergi kemanapun."
"Aku berhak untuk pergi."
Clara menatap Barsel tajam seakan ingin melawannya.
"Tidak."
Barsel menarik Clara dan menghempaskan tubuh Clara secara kasar ke ranjang.
"Apa yang kamu lakukan!!"
Perlakuan Barsel barusan, semakin membuat Clara tak suka. Ia tak menyukai pria kasar.
"Seharusnya aku yang tanya, apa yang kamu lakukan?! Kamu terus mendiamkan aku dan mengabaikan aku. Kamu juga yang memperbesar masalah ini."
Barsel melepaskan kaos yang ia kenakan kemudian melemparkannya ke sembarang arah.
"Apa yang mau kamu lakukan?"
Suara Clara terdengar bergetar, ia juga berusaha untuk mundur hingga punggung menyentuh kepala ranjang.
"Tentu aku menginginkan hakku. Supaya kamu tidak bisa melarikan diri."
Barsel mulai melepas kancing celana jins miliknya dan menurunkan resleting celana secara perlahan.
Clara sungguh ketakutan, ia belum siap untuk melakukan hal itu sekarang juga. Apalagi dalam kondisi yang tidak menyenangkan seperti ini.
"Kamu milikku, Clara."
Setelah berhasil melepaskan celana jins miliknya, kini Barsel mulai naik ke ranjang dan ia sungguh tak percaya. Clara menendang miliknya kemudian melarikan diri.
"Sial, Clara!"
Barsel mengerang kesakitan dan terus mengumpat berbagai sumpah serapah. Andai tidak sesakit ini, ia pasti sudah mengejar Clara dan memberikan pelajaran untuk istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara's Revenge
RomantikKebencian Bara telah mengakar kuat. Hanya mendengar nama Barsel disebut saja membuatnya merasa muak. Namun, ia harus bersikap tenang dan terus konsisten dalam menjalankan aksi balas dendamnya. Bara hancur dan ia tak mau hancur sendirian. Ia menging...