“Siapa sih Ustadzah Windy, bisa-bisanya bikin gue kepikiran! Mana mereka bilang cocok lagi sama Atha!” Aluna dari tadi mondar-mandir di dalam kamar sembari terus mengoceh memikirkan siapa gerangan ustadzah Windy. Bisik-bisik santriwati itu benar-benar membuatnya berpikiran buruk. “Gue harus cari tahu siapa ustadzah Windy, secantik apa sih dia?” gumam Aluna bertanya-tanya.
“Kenapa?”
Althair datang dari kamar mandi, bertanya pada Aluna sembari mengambil jubah putihnya yang tergeletak di ranjang. Aluna menoleh pada Althair lantas menggeleng. “Eh, mau ke mana?” tanya Aluna begitu Althair balik badan lagi.
“Kamar mandi,” jawab Althair.
“Ngapain?”
“Ganti baju,” kata Althair seraya menunjukkan jubahnya.
“Kenapa enggak ganti di sini aja sih?” gumam Aluna menatap Althair yang sudah kembali ke kamar mandi. “Althair terlalu tertutup, buat gue yang buka-bukaan.”
Menghela napas, Aluna memilih membaringkan tubuhnya di kasur. Memejamkan matanya sejenak seraya menunggu Althair keluar dari kamar mandi. Tidak lama kemudian, Althair keluar. Pria itu berjalan pelan mendekati Aluna, memperhatikan apakah istrinya tertidur atau hanya memejamkan mata saja.
“Aluna,” panggil Althair. Aluna hanya bergumam sebagai balasan. “Bangun, wudhu, terus salat. Mau salat di sini apa ikut jemaah di masjid?”
Aluna membuka pejaman matanya, mengulurkan tangan meminta Althair membantunya untuk bangun. Althair menggeleng seraya berucap, “Saya udah wudhu.”
Aluna berdecak. “Emangnya bakal batal wudhunya kalau aku sentuh?” Althair mengangguk membuat Aluna mengerutkan dahi bingung. “Kok gitu? Kan, kita suami istri, masa sih bisa batal,” heran Aluna.
Althair tersenyum kecil, melirik jam tangan di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 11.30, masih ada beberapa waktu lagi sebelum azan zuhur dikumandangkan. Althair mendudukkan tubuhnya di kursi meja rias lalu menatap Aluna yang sudah memiringkan tubuh menghadapnya. “Jadi begini yaa zaujati, ada beberapa perbedaan pendapat ulama madzhab dalam hal ini. Pada umumnya, banyak masyarakat di Indonesia yang memegang pendapat bahwa batal wudhu jika bersentuhan dengan suami atau istri. Sementara pendapat lain ada yang menyatakan sebaliknya, bahwa tidak batal wudhu jika bersentuhan antara suami dengan istri. Sebagaimana diketahui, setelah berwudhu, umat muslim dilarang bersentuhan dengan lawan jenis, terutama yang bukan mahramnya sebab bisa membatalkan wudhu,” jelas Althair menjeda kalimatnya.
“Menurut Imam Abu Hanifah, pendiri mazhab tertua yakni mazhab Hanafi, bersentuhan antara laki-laki dan perempuan tidak membatalkan wudhu. Lalu dengan pendapat dari mazhab selanjutnya, yaitu mazhab Syafi’i yang ajarannya paling ramai dianut oleh masyarakat muslim di Indonesia. Menurut Imam Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi’i atau Imam Syafi’i, mengatakan tetap batal wudhu laki-laki atau perempuan jika bersentuhan kulit, baik itu menimbulkan nafsu atau tidak. Sedangkan menurut Imam Malik, laki-laki dan perempuan yang bukan mahram lalu bersentuhan dapat membatalkan wudhu. Tapi, dengan syarat jika sentuhan itu menimbulkan syahwat. Sementara jika tidak ada syahwat diantaranya, maka tidak batal wudhu apabila keduanya bersentuhan.”
Aluna manggut-manggut mendengarnya, tersenyum penuh kekaguman pada Althair. Lagi-lagi dia merasa tidak pantas, tiap kali dia bertanya sesuatu yang tidak dia ketahui tentang agama, Althair akan menjawabnya dengan rinci dan begitu jelas.
“Entah harus aku bilang berapa kali, aku beruntung banget punya suami kayak kamu Althair,” ujar Aluna dengan mata berkaca-kaca.
“Jangan nangis,” kata Althair cemas.
Aluna menggeleng kecil. “Kamu mau salat di masjid?”
“Iya, mau ikut?”
“Mau! Kan, kamu nahkoda ku menuju surga.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHALUNA
RomanceStory 1 Hanya tentang dua insan yang dipersatukan dalam ikatan pernikahan. _____________________________________ Alunara Zevanya terpaksa menuruti permintaan orang tuanya yang ingin menjodohkan dia dengan anak sahabat mereka. Namun, siapa sangka jik...