"12 berlian yang indah, dimana kita selalu bersama di dalam suka mau pun duka, berlian ini hanya akan bersinar ketika semuanya berkumpul menjadi satu, jika berlian itu kurang 1, maka sinar mereka redup!"
"Puisi ciptaan Yedam?" Yoshi mendekat ke arah Asahi.
Puisi, quotes, lirik lagu, adalah sebuah kehidupan bagi Bang Yedam, dia sangat suka membuat puisi apalagi lirik lagu, banyak lagu-lagu yang pernah ia buat dan ia nyanyikan sendiri di depan para teman-temannya, bahkan ia pernah melakukan rekaman lagu sendiri di kamarnya dan memasukkannya kedalam YouTube. Videonya di YouTube masih ada sampai sekarang.
"Puisinya indah, namun penciptanya hilang." Kata-kata Asahi benar, puisi ini belum selesai Yedam buat, ia berniat menerbitkan buku dengan isi penuh puisi yang ia ciptakan sendiri.
Namun impiannya itu tidak pernah bisa di capai.
"Berliannya udah nggak 12, sekarang tinggal 10!" Yoshi menoleh ke arah Asahi yang terdiam sembari melihat buku Yedam itu.
"Berliannya tetap 12, kenangannya tetap 12, namun kehidupan ini membuat angka 12 itu menjadi angka 10," kata Yoshi.
"Kenapa takdir harus seperti ini? Takdir yang menyatukan kita, dan takdir juga yang memisahkan kita!"
"Takdir, selalu tidak bisa di tebak, rencana Tuhan benar-benar terancang dengan rapi, kadang indah, kadang juga tidak. Kadang menyenangkan, kadang juga menyedihkan."
"Mashiho dan Yedam itu adalah takdir, kedatangan mereka adalah takdir, kepergian mereka juga takdir!"
"Aku membenci takdir!"
Itu kata-kata terakhir yang Asahi ucapkan, sebelum setetes bulir bening mengalir dari ujung matanya dan menetes tepat di atas buku Yedam.
"Kau tahu, Sahi. Duduk di kamar mu membuat ku menjadi teringat masa lalu."
.....
"Yedam! Aku sudah menata rak buku itu! Kenapa kau mengobrak-abrik nya lagi?!!" Asahi yang melihat Mashiho memarahi Yedam hanya bisa diam di atas ranjangnya.
2 jam lalu, Mashiho datang ke kamar Asahi untuk membantunya menata ulang kamarnya. Lalu beberapa menit lalu, Yedam datang dan ingin meminjam buku novel milik Asahi. Namun karena tak kunjung di temukan, akhirnya Yedam mengobrak-abrik isi rak buku yang sudah tersusun rapi sesuai warna dan genre mereka masing-masing.
Hal itu membuat Mashiho marah dan kemudian melemparkan kain lap serta kemoceng yang ia bawa.
"Aduh!" Kemoceng tersebut tepat mengenai kepala Yedam, Yedam yang tidak terima malah melemparkan buku novel tebal ke arah Mashiho yang ada di sebelah pintu kamar Asahi itu.
Bukanya mengenai Mashiho, buku tersebut malah mendarat di wajah Yoshi yang baru saja memasuki kamar Asahi.
BUGH!
"Auh! Astaga!" Yoshi mengelus wajahnya yang sedikit sakit karena tiba-tiba di lempar sebuah buku yang tebal.
Yedam yang merasa bersalah itu langsung berlari menuju Yoshi dan segera meminta maaf, buku novel yang jatuh itu tak sengaja tertekuk dan hampir sobek.
"Eh! Kak Yoshi maaf!" Yedam melihat wajah Yoshi, barang kali ada luka.
"Nggak, nggak apa-apa Yedam." Yoshi tersenyum dan Yedam menghela nafas lega.
"Tuh kan! Bukunya jadi ketekuk!" Mashiho semakin marah ketika melihat buku novel Asahi yang tertekuk itu.
"Tidak apa-apa, Kak Mashi. Masih bisa di baca kok." Asahi mengambil buku tersebut dan meletakkannya di rak buku serta menata sedikit buku-bukunya.
"Kenapa sih?" Tanya Yoshi.
"Ini lho! Yedam! Aku sudah membersihkan dan menata rak buku dengan rapi, tapi dia tiba-tiba datang dan mengobrak-abriknya!" Mashiho menunjuk ke arah Yedam.
"Lho! Aku biasanya meletakkan buku novel itu di ujung sana, tapi karena gak ketemu aku cari di bagian lainnya!"
"Tapi ga usah di rusuhin lagi, Yedam!" Mashiho meninggikan suaranya, Yedam kemudian ketakutan dan bersembunyi di balik tubuh Yoshi.
"Astaga, kalian berdua ini! Sudah-sudah ayo aku bantu menata ulang dan mencari buku novel Yedam itu." Yoshi berjalan pelan ke arah rak buku, Yedam malah mengikut Yoshi sembari terus bersembunyi di belakangnya agar Mashiho tidak menerkamnya.
"Fyuh! Sabar Mashi!" Mashiho mengelus dadanya, mengatur nafasnya kembali dan ikut menata ulang buku-buku itu.
....
"Masa-masa yang indah," kata Yoshi kemudian melihat ke arah rak buku Asahi.
"Kau bahkan tidak mengubah tatanan buku-buku itu setelah Mashiho menatakannya untuk mu."
Asahi ikut melihat ke arah rak buku, itu benar. Ia tidak pernah mengubah tatanan rak buku itu semenjak Mashiho dan Yedam pergi. Ia bahkan jarang membaca buku-buku itu lagi, karena teman yang biasannya menjadi partner membacanya telah pergi meninggalkannya.
Jika ia membaca buku, ia akan teringat Yedam, ia akan teringat kenangannya bersama Yedam. Teringat bagaimana lucunya mereka saling membaca satu buku yang sama, bagaimana mereka saling terdiam dan melirik ketika membaca buku mereka masing-masing, kemudian tertawa karena tak kuat melihat wajah masing-masing.
"Sepertinya aku akan benar-benar tidak akan membaca buku lagi, sampai keduanya kembali!"
Double update
KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE COMEBACK✓
Fiksi RemajaKeadaan keduabelas sahabat itu hancur ketika 2 dari mereka tiba-tiba pergi tanpa kepastian, mereka rindu kebahagiaan yang mereka ciptakan, mereka rindu bersenda gurau bersama, mereka ingin lengkap seperti sediakala. 12-1 = 0 "Artinya?" "Artinya, kit...