14. Hancur

460 51 9
                                    

!Typo alert!

Pagi itu Fiony melangkah dengan riang sambil menggenggam erat sebuah surat. Ia kembali mengingat apa yang Nadia ucapkan bahwa untuk mengikuti festival itu selain dia harus mendapat izin dari orang tuanya dulu, dia juga harus mendapatkan tanda tangan dari kepala sekolah. Namun, sebelum itu yang pasti ia harus menemui wali kelasnya terlebih dulu. Pak Gito, ia yakin kalo wali kelasnya itu akan mendukungnya, ia sudah membayangkan hari-harinya yang padat menjelang festival yang akan diadakan tiga bulan lagi.

Pintu kantor pak Gito terbuka sedikit saat Fiony sampai. Dari luar dia bisa mendengar kalau ada orang lain yang sedang berbicara sengan Pak Gito. Berniat menunggu, Fiony berdiri di sana sebelum dia sadar kalau yang menemui Pak Gito adalah Bu Anin. Mereka terdengar masuk ke dalam pembicaraan yang serius.

"This big problem Git"kata Bu Anin, nada suaranya tinggi " Masalah ini kan sebenernya udah lama, tapi kenapa kamu malah seolah melindungi?"

"Sekolah nggak berhak memvonis siswa hanya dari latar belakang,"balas Gito tenang " Selama di sekolah siswa itu tidak bermasalah, apa salahnya?" lanjutnya dengan nada ketus

Anin tertawa mengejek "Nggak bermasalah katamu?"tanyanya. " Dia udah tinggal kelas. Trus belum lama juga dia udah berkelahi sampai memukul anak lain, apa kamu pikir itu bukan masalah eh?"

"Itu bukan masalah yang bisa dihubungkan dengan latar belakang keluarga,"kata Gito " Memangnya bu Anin belum pernah remaja?, itu wajar di masa mereka, Berselisih, berkelahi atau bahkan tinggal kelas. Itu mendefinisikan mereka. lagi pula kamu pasti lebih tahu itu karena rata-rata anak di sini memang bermasalah"

Fiony mengerutkan dahi, bertanya-tanya entah siapa yang sedang mereka maksud, sampai-sampai mereka harus berdebat.

"Ini udah jadi berita hangat belakangan ini, Gito. Kalau sampai ke telinga wali murid. apa kamu bisa menjelaskan sama mereka?" kata Bu Anin. " Kamu harus keluarin Dey dari sini, dia gak lebih dari pembuat onar itu bisa merusak anak-anak lain"

Fiony seketika tersentak. Apa dia tidak salah dengar? Dey?

"Apa buktinya?" tanya Gito menantang

"Buktinya sudah jelas bagi siapapun itu Gito, terkecuali kamu" tandas anin

"Karena ada semacam persaan pribadi yang libatkan di sini"

"Apa maksdumu?" suara Gito terdengar terkejut

"Sehebat apapun kamu menyembunyikannya, pasti akan ada waktu dimana semuanya tahu Gito...," Kata Anin, suaranya terdengar seperti berdesis namun menusuk.

"Sebelum posisi kamu juga terancam, lebih baik kamu menyingkirkan anak itu dulu sebelum ketahuan kalau kamu macarin dia..."

Tidak lama, Bu Anin keluar dan menemukan Fiony terpaku di depan pintu. Fiony berusaha tersenyum meyapa walaupun dia deg-degan. Tapi, Bu Anin berlalu dengan angkuh melewati Fiony begitu saja, membuat Fiony membatin apakah dia benar-benar seorang guru?

Sebelum memberanikan diri untuk mengetuk pintu dan masuk ke dalam FIony berusaha menenangkan dirinya dulu.

Pak Gito sedang duduk di kursinya. Terlihat gurat lelah di wajahnya, ia cukup kaget melihat Fiony sudah ada di depannya.

Dan segeralah ia menyembunyikan kegelisahannya dengan tersenyum ramah. "Ada apa Fiony?"tanyanya, lalu berdehem, menormalkan suaranya yang nyaris gemetar.

Fiony memperhatikan surat itu. Dia berusaha terlihat tenang meskipun mustahil karena yang didengarnya barusan terlalu mengejutkan. Dia tidak cukup bodoh untuk mengerti soal hubungan terlarang antara guru favoritnya dengan salah satu teman sekelasnya. Terlebih wajah Nadia muncul dalam bayangnya sebagai perbandingan

Princess sleeping (FIONY CHK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang