10. Nukleus

500 83 14
                                    

"Nih" Alisha menyodorkan botol minumnya kepada Bhre yang kini tengah berbaring di sisi lapangan sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah.

"Am I in heaven?" kata Bhre sambil menatap Alisha yang sedang memandanginya dari atas. Cantik.

Alisha selalu cantik. Bahkan disaat keringat bercucuran di wajahnya ia tetap cantik. Cinta itu buta, tapi kecantikan Alisha adalah sebuah fakta. Period.

"Siram juga nih" Alisha bersiap-siap membuka tutup botol minumnya. Bhre hanya tertawa dan kemudian mengulurkan tangannya untuk mengambil botol minum yang diberikan Alisha.

"Kamu udah minum emang?"

"Udah" Alisha duduk disamping Bhre.

Gluk gluk gluk
Bhre memuaskan dahaganya.

"Kurang ngga? Kalau iya biar aku refill lagi" tanya Alisha.

"Udah, udah. Itu kaki kenapa jadi kaya gitu? Jatuh?" Bhre menujuk kedua kaki Alisha yang dipenuhi dengan luka yang mirip seperti luka memar.

"Ngga tahu nih. Antara kecapekan atau karena aku sering nabrak meja hehe"

"Si paling clumsy. Pasti ngga diobatin?"

"Nanti juga ilang sendiri"

"Tuh kan, selalu ngeremehin soal kesehatan" 

Alisha menyadari ada perubahan pada raut wajah Bhre, "Jangan marah doong" Alisha menempelkan pipi kanannya pada lutut kaki kanan Bhre, jari telunjuknya dengan iseng memainkan pipi laki-laki yang kini sedang berusaha untuk mersikap cool.

"Yah beneran marah.. Bhree?" tidak ada respon dari Bhre. "Yaudah deh nanti mau pulang sama Mas Ar ajaa" lanjut Alisha.

"Mas Ar, Mas Ar, mesra banget panggilannya?" Bhre akhirnya membuka mulutnya.

"Ya kan Mas Arka lebih tua dari aku"

"Aku juga lebih tua dari kamu, kenapa ngga dipanggil mas juga?!"

"Ih, beda enam bulan doang"

"Tapi kan tetep aja aku lahir duluan! Cih!"

Alisha teringat sesuatu ia kemudian melihat ponselnya. "Ah.." dugaannya benar. Entah kenapa tiap Alisha akan mendapatkan red daysnya, Bhre akan bersikap super questionable. Siapa yang akan menstruasi, siapa juga yang bersikap menyebalkan. Aneh.

"Ngga mau ah aku kalau manggil kamu pake sebutan "mas" juga, apa bedanya ntar kamu sama Mas Bumi, Mas Ar, Mas Tomi" cerocos Alisha.

"Terus?"

"Terms of endearment aku buat kamu apa ya enaknya? Hmm.. admin?"

"ADMIN?!"

"Bro?"

"BRO?!"

"Schatz?" Alisha menatap Bhre, seutas senyum muncul dari bibirnya. Bhre Yudanegara sangat asik untuk dikerjai. "Yuk kita pendinginan dulu Schatz" Alisha sudah bangkit terlebih dahulu dan kemudian mengulurkan tangan kanannya.

Bhre menerima uluran tangan itu. "Schatz artinya apa?"

"Cari aja sendiri" genggaman Alisha pada tangan Bhre semakin ia pererat. "Terus terms of endearment kamu buat aku apa?"

"Hmm.. nukleus? Ntar aku manggil kamu "uus" oke kan?" Alisha memberikan lirikan mematikan kepada Bhre. "Ih ngeliriknya biasa aja us, ntar kolor aku bisa copot gara-gara lirikan kamu"

"Kamu emang luar biasa"

"Ntar abis ini mau kemana us? Oh yang pasti mampir ke apotek buat beli salep"

1/3 SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang