2

1.3K 51 0
                                    

Sepertinya aku sedang s*al. Minggu yang selalu ku nanti untuk bisa berduaan dengan Sania malah membuat semuanya jadi runyam.

Ah, aku tak takut kehilangan Qila. Aku sudah bosan dengannya. Qila terlalu sibuk mengurus rumah dan anak-anak. Sampai tak bisa mengurus diri sendiri. Setiap aku pulang kerja dengan rasa lelah yang luar biasa. Melihat dia berpenampilan kucel membuatku emosi. Belum lagi perutnya yang sedang membesar itu membuatku kehilangan rasa dan muak melihatnya.

Yang aku takutkan justru kehilangan anak-anak ku. Apa lagi Andra dan Byan. Mereka anak laki-laki yang aku bangga-banggakan dihadapan keluarga ataupun teman-teman kantor. Apa lagi Andra yang cerdas. Dari masa SD sampai sekarang selalu mendapatkan peringkat 1. Aku yakin kecerdasannya itu pasti menurun dari ku. Wajah Andra dan Byan pun tampan seperti aku, papanya.

Aku memanglah tampan. Kalau tidak, tak mungkin banyak wanita yang menyukaiku.

Meski aku bukanlah suami setia, aku tak pernah berbuat terlalu jauh. Sebelum bertemu Sania, dengan para wanita itu hanya sekedar iseng belaka tak ada niat serius. Hanya sekedar bermain karena bosan dengan keadaan. Tapi setelah mengenal dan bertemu Sania, semua berubah. Hasratku bangkit. Aku merasa terpikat dengan kecantikan dan kemolekan tubuh Sania. Belum lagi, Sania selalu berpenampilan modis, wangi dan cantik. Tak seperti Qila yang kucel.

"Mas, kamu jadikan ngajukan surat gugatan untuk Qila?"

Aku mengecup bibir merah merona Sania. Sejak Qila meninggalkan rumah, aku meminta Sania untuk pindah kerumah ku. Setiap malam kami habiskan dengan berbagi kenikmatan. Aku lebih leluasa berhubungan dengan Sania.

Meski ibu dan bapak mati-matian menolak. Tapi apa peduliku? Aku anak laki-laki, tak membutuhkan restu mereka untuk hidupku. Semua aku yang pegang kendali.

"Sudah dong. Sebentar lagikan si Qila itu melahirkan. Jadi ketika bayinya sudah lahir, Mas bisa langsung menjatuhkan talak padanya." Sania memeluk erat tubuhku.

"Aku makin cinta dan nggak sabar untuk jadi istri sah kamu."

"Aku juga Sayang. Eh, kamu kerjakan hari ini?"

"Iya dan kayaknya aku bakalan lembur. Hari ini bos tua itu harus cek up kedokter. Lagian, aku sebel deh. Udah tua juga bukannya diem dirumah malah sok-sokan ngurusin perusahaan sebesar itu. Ujung-ujungnga aku juga yang direpotin sama dia." bibir merah Sania yang mengerucut sebal itu membuatku gemas. Aku m*lumat habis bibir itu sebelum berangkat ke kantor.

°•°•°•°

Hari ini waktunya Andra dan Byan bayar uang sekolah. Kesempatan untuk menghasut Andra dan Byan agar mau ikut dengan ku. Toh jika Andra dan Byan ikut aku, Sania tak akan keberatan. Karena Andra dan Byan sudah bisa mengurus diri sendiri. Aku tak perduli pada Chika atau Dara. Bagiku, anak laki-laki itulah yang harus aku pertahankan. Karena anak laki-laki lah yang akan meneruskan margaku.

Andra Pratama Syailendra
Byan Putra Syailendra

Mereka berdualah yang akan meneruskan nama Syailendra.

Setelah keluar dari kantor, aku melihat Andra sedang berjalan dengan beberapa temannya. Senyum yang tadinya mengembang di bibirku surut saat senyum ceria Andra berubah menjadi wajah datar. Sakit sekali rasanya.

Ini pasti ulah Qila. Dia menghasut anak-anak untuk membenciku. Ya, aku yakin sekali jika ini hasutan Qila. Andra dan Byan sangat dekat denganku. Tak mungkin mereka tiba-tiba berubah jika tak ada yang menghasutnya.

Keduanya masih mencium punggung tanganku saat sampai didepanku. Aku mengajak mereka duduk di bangku panjang yang ada ditaman sekolahnya.

"Andra sama Byan apa kabar?"

"Baik." jawaban singkat dan ketus terdengar serempak.

Aku hanya bisa menghela nafas. Qila keterlaluan sekali. Bisa-bisanya dia membuat anakku bersikap seperti ini.

Sebuah ATM yang memang sengaja aku buat untuk Andra dan adik-adiknya aku berikan pada Andra.

"Di ATM ini ada uang 1juta. Kamu simpan untuk keperluan kamu adik-adik. Nanti setiap bulannya Papa akan transfer kesitu. Bukan ke Mama lagi."

Lama Andra memperhatikan ATM yang ada di tangannya. Aku mengerenyit saat Andra mengembalikan ATM itu padaku. Rasa marah mulai merangkak naik. Berani sekali Andra tak menghargai aku, papanya.

"Maaf, saya dan adik-adik saya masih bisa bertahan hidup. Ada Mama yang memenuhi semua kebutuhan kami." saya? Andra tak pernah berkata saya padaku. Ini benar-benar keterlaluan si Qila.

"Jangan kurang ajar sama Papa, Ndra."

"Maaf jika memang Papa menganggap saya kurang ajar. Karena Mama tidak pernah mengajari kami bersikap pada seorang pengkhianat."

💚💚💚

Kamis, 10 November 2022

Terluka (Perselingkuhan Suamiku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang