3

1.1K 42 0
                                    

Didalam angkot yang dinaikinya dengan Byan menuju rumah kakek. Andra terpikir dengan perbuatan tak sopannya tadi pada papa. Tapi, jika mengingat bagaimana mama menangis, bagaimana mama terluka karena kelakuan papa. Membuat hati Andra membeku pada sang papa.

Dia pun sebenarnya enggan berbuat tak sopan seperti tadi. Tapi apakah papanya masih layak mendapatkan hormat dari dia dan adik-adiknya setelah apa yang dilakukan papanya itu?

Dirinya sudah SMP jadi Andra tahu jika hubungan keduanya kini hancur berantakan. Mama tak salah meninggalkan papa, karena papa yang menyakiti mama.

"Tadi Papa kesekolah." buka Andra saat menghampiri Qila yang masih menyeterika pakaian para pelanggannya. Sesaat Andra melihat mamanya terdiam, lalu melanjutkan kembali pekerjaannya. "Papa kasih Andra ATM, kata Papa di ATM itu ada uang 1.000.000 untuk jajan Andra sama adik-adik."

"Terus ATMnya mana?"

"Andra kembaliin ke Papa."

"Kenapa?" tanya Qila heran. Setahunya Andra sangat dekat dengan suami -calon mantan suami-. Anak-anak pasti akan senang. Lalu kenapa putra sulungnya ini berubah? Apa karena saat kejadian itu anak-anaknya pun melihat apa yang dia lihat. Sehingga kejadian itu masih membekas!

"Maaf. Tapi Andra tahu Mama benci sama Papa." Andra menatap mamanya yang menghentikan pekerjaannya. Menatap Andra. "Andra juga benci Papa." sambungnya lalu membuang tatapan saat mama menghela nafas.

"Abang. Abang nggak boleh seperti itu. Memberikan nafkah adalah kewajiban Papa sama Abang dan adik-adik. Meski tanpa bantuan dari Papa pun, Mama yakin jika Mama bisa menafkahi Abang dan adik-adik. Tapi kita nggak bisa membiarkan Papa melepas tanggung jawabnya sebagai ayah. Jangan biarkan Tante Sania menikmati sendirian apa yang seharusnya jadi hak Abang dan adik-adik."

"Tapi Ma..." Andra mencoba memotong ucapan mamanya. Bagaimana bisa wanita yang telah melahirkannya itu masih bersikap baik pada orang yang jelas-jelas sudah membuat mamanya terluka.

"Sssst. Mama belum selesai ngomong, Sayang." wajah teduh Qila tersenyum hangat. "Abang juga nggak boleh membenci Papa. Jika di dunia ini ada yang namanya mantan istri atau mantan suami. Tapi sampai kapan pun tak akan pernah ada yang namanya mantan anak atau mantan orang tua. Seburuk-buruknya Papa, dia adalah orang yang berjuang memberikan sesuatu yang terbaik untuk Abang."

"Papa berubah. Sekarang Papa bukan lagi Papa Andra yang penyayang. Papa berubah karena mengenal perempuan mu**han seperti Tante Sania." Andra menggeram marah. Rahangnya mengeras. 

Usapan lembut di rahangnya dan genggaman di tangannya yang mengepal membuat amarah Andra sedikit menguap. "Abaaang, apa pernah Mama mengajarkan Abang berkata dengan kata yang tidak sopan seperti itu pada orang yang lebih tua?"

"Faktanya seperti itu, Ma."

"Ya, Mama tahu. Tapi biar bagaimana pun tante Sania itu usianya jauh diatas abang. Ingat dengan apa yang selalu Mama katakan?"

"Hormati yang lebih tua, sayangi yang lebih muda." jawab Andra.

"Naaah itu pinter anak ganteng Mama. Mulai dari sini. Jangan membenci siapapun, Nak. Biarlah yang sudah terjadi. Inilah yang Allah gariskan dalam hidup Mama."

Andra mengangguk. Memeluk Qila, meminta maaf pada mamanya. "Andra bantuin Mama ya." Qila mengangguk. 

"Abang nggak apa ya kalau bantuin Mama seterikain pakaian ini dulu! Mama mau masak buat makan malam. Oma nggak ada dirumah. Jadi nggak ada yang masak. Biasanyakan kalau Mama lagi nyeterika pakaian ada oma yang masak."

"Iya nggak apa biar Abang aja yang bantuin Mama. Mama masak aja." Andra kembali memanggil mamanya. "Mama mau masak apa buat nanti malem?"

"Tadi Mama beli kangkung. Kalau Mama masak tumis kangkung sama goreng telur, nggak apa kan ya, Nak?"

Qila sedih, hanya bisa memberikan anak-anaknya makanan sederhana. Dia hanya bisa membelikan makanan semampunya. Meski tinggal dengan orang tuanya tapi Qila tak mau terlalu bergantung pada orang tuanya yang hanya seorang petani.

"Buatin Andra sambel terasi ya, Ma." pintanya.

Yang patut disyukuri oleh Qila karena anak-anaknya tak pernah rewel atau mengeluh dengan apa yang mereka makan. Pernah beberapa minggu lalu, saat belum membuka seterika kiloan dan hasil kebun orang tuanya hanya cukup untuk membeli beras. Mereka semua hanya makan dengan kecap dan garam saat kecap habis.

Setidaknya setelah membuka seterika kiloan ini, Qila bisa memberikan anak-anaknya lauk meski sederhana.

Kalau aja ATM yang papa kasih tadi aku ambil, aku bisa bantu mama untuk beli lauk makan. Seru Andra dalam hati.

°•°•°•°

Disalah satu restauran besar. Zaky sedang makan malam dengan Sania. Rencananya Zaky ingin membujuk Sania agar kekasihnya itu mau membantunya mengurus Andra dan Byan nanti.

Zaky akan merebut hak asuh Andra dan Byan. Qila dan orang tuanya yang tak memiliki uang itu, mereka tak akan mampu membiayai putranya. Sedangkan dengan Zaky, keduanya akan terjamin. Dari pakaian, makanan dan juga kebutuhan lainnya.

"Sayang, saat putusan sidang nanti, aku berencana untuk menuntut hak asuh anak."

"Maksudnya, Mas mau aku ikut mengasuh anak-anak Mas? Oh nggak. Mas tahu sendiri jika aku juga bekerja. Siapa yang akan mengurus mereka. Udahlah mas. Biarkan mereka ikut ibunya saja. Jangan membuat repot diri sendiri."

"Mas hanya akan mengambil Andra dan Byan saja. Mereka kan sudah SMP. Tidak perlu diasuh."

"Tetap saja mereka harus diawasi. Kalau mereka membuat ulah bagaimana? Siapa yang akan bertanggung jawab?" Sania tidak suka saat Zaky mulai memikirkan keluarganya. "Lagi pula aku takut pada anak laki-laki Mas. Kemarin mereka hampir menyakitiku." rajuknya. Dia harus bisa membuat Zaky mengurungkan niatnya untuk mengambil hak asuh Andra dan Byan. Dia hanya ingin Zaky. Sania tak butuh yang lain. Jika pun Zaky menginginkan anak, dia bisa memberikan sebanyak yang Zaky inginkan.

"Tapi Andra dan Byan yang akan meneruskan marga Mas, Sania."

"Aku pun bisa memberikan Mas anak laki-laki sebanyak yang Mas mau. Tapi aku tak akan pernah mau mengasuh anak Qila."

💚💚💚

Kamis, 10 November 2022

Terluka (Perselingkuhan Suamiku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang