5

979 45 0
                                    

"Nah Qila, kenalkan. Ini anak-anak saya. Yang itu namanya Sarah, dia anak pertama kami." pak Suryadi menunjuk seorang wanita cantik dengan balutan kerudung berwarna peach. Senyum yang lembut, sama seperti bu Widya. "Yang itu Nanda, kalau dia anak kedua kami." kali ini pak Suryadi menunjuk wanita yang sama cantiknya dengan mbak Sarah. "Sebenarnya masih satu lagi. Tapi...kemana adik kalian, Sarah, Nanda?"

"Pas dapet kabar Ayah kecelakaan, Zayn masih di Singapura. Dia menangani permasalahan yang anak buahnya buat. Mungkin masih di Singapura atau dijalan menuju kesini." jawab Sarah.

Aku hanya diam menyimak. Alhamdulilah aku bertemu dengan keluarga yang baik. Meski aku orang lain yang berbeda kasta dengan mereka, tapi tak sedikitpun ada pandangan mencela dari tatapan mereka.

Bahkan aku baru tahu, ternyata yang menangani persalinan ku kemarin adalah mbak Nanda. Dia dokter kandungan terbaik di rumah sakit ini. Itu yang di katakan bu Widya tadi.

Hari sudah malam. Tadi pak Suryadi meminta izin pada ayah dan mama supaya mereka saja yang menjagaku dirumah sakit. Awalnya ayah dan mama menolak. Tak ingin merepotkan keluarga ini. Pak Suryadi meyakinkan ayah jika mereka tak merasa repot sama sekali. Aku yang ingat jika ayah masij belum sehat, meminta ayah dan mama pulang saja. Begitu juga dengan anak-anak. Besok mereka harus sekolah. Andra berkeras ingin tetap tinggal, menemaniku. Dia bilang jika dia pulang nanti, siapa yang menjagaku dan membantuku. Bu Widya terharu dengan perkataan Andra. Giliran beliau yang meyakinkan putraku agar tak khawatir. Berjanji akan menjaga dan membantu ku.

Saat ini malam semakin larut, tapi pak Suryadi beserta istri dan anaknya, belum juga beranjak dari ruang inapku. Tidak, tidak. Bukannya aku tak tahu terima kasih. Hanya saja, aku masih kaget dan merasa canggung. Berbeda dengan mereka yang santai dan selalu membuat ku terlibat dalam obrolan ringan mereka.

Braaaaaak.

"AYAAAH." 

Seorang laki-laki yang tak ku kenal, tiba-tiba membuka pintu dengan kencang, sambil berteriak.

Tidak sopan!

Laki-laki itu berjalan kearah pak Suryadi. Memeriksa setiap inci tubuh pak Suryadi. Oh, mungkin laki-laki ini anak pak Suryadi.

"Katanya Ayah kecelakaan."

Sungguh jarang melihat anak yang sudah dewasa begitu mengkhawatirkan keadaan orang tuanya. Termasuk mas Zaky. Ketika ibu atau bapak sakit, mas Zaky hanya akan memberi ucapan 'Semoga lekas sembuh' tanpa mau repot membeli sesuatu untuk orang tuanya atau menjenguk kesana.

"Ayah memang kecelakaan, tapi Ayah beruntung karena ada Qila yang menyelamatkan Ayah."

Laki-laki itu menoleh sesaat padaku. Lalu kembali memindai pak Suryadi. "Benar Ayah tak apa-apa?"

"Iya. Bilang makasih sana sama Qila. Jika bukan karena dia, mungkin Ay..."

Laki-laki itu langsung melotot marah. Sepertinya dia tak suka jika pak Suryadi berkata sembarangan.

"Iya, iya. Waktu hampir ketabrak. Qila menarik Ayah, sampai dia harus melahirkan sebelum waktunya karena jatuh terduduk saat menarik Ayah." jelas pak Suryadi. Tampaknya pak Suryadi masih diliputi perasaan tak enak padaku.

Dia menatapku sesaat. Wajahnya masih datar dan nampak dingin. "Terima kasih sudah menolong Ayah saya."

Ya ampuuun, itu suara nggak ada intonasinya sama sekali. Muka sama suara, sama-sama datar. Aku hanya tersenyum membalas ucapannya.

°•°•°•°

Aku terbangun ketika suara sayup adzan subuh terdengar. Diruangan ini hanya ada mbak Nanda. 

"Loh, kok bangun Qil. Aku berisik ya?"

"Nggak kok Mbak. Emang sudah waktunya saya bangun. Jam segini biasanya saya sudah mulai menyiapkan sarapan anak-anak."

"Oh, kirain aku ganggu kamu. Oh ya, Qil. Dari pas Ayah bawa kamu dan kemaren saat keluarga kamu datang, aku kok nggak liat suami kamu ya?"

Aku memalingkan wajah. Harus kah aku memberitahu mbak Nanda? Tapi...

"Ada apa?" aku ragu, sungguh. "Kalau kamu mau cerita, cerita aja. Tapi kalau masih ragu, ya udah, nggak apa. Jangan dipaksain." 

Bismillah. Semoga keputusanku menceritakan semua masalah rumah tanggaku dengan mas Zaky bukanlah suatu hal yang salah. Aku hanya ingin memberitahu pada mbak Nanda.

💚💚💚

Kamis, 10 November 2022

Terluka (Perselingkuhan Suamiku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang