7

1K 46 3
                                    

"Sepertinya ada tamu." baru saja Irwan akan berdiri Zayn sudah lebih dulu berdiri.

"Biar saya saja, Pak."

Zayn membuka pintu. Saat tahu yang mengetuk adalah beberapa orang suruhannya. Zayn mempersilahkan mereka masuk, orang suruhan Zayn memasukan banyak sekali barang. Dari yang berukuran besar sampai berukuran kecil.

"Loh ini dari siapa?" Nur kaget melihat banyak barang. Begitupun dengan Qila dan yang lainnya.

Sesaat wajah Zayn nampak malu. "Eheeem, ini semua dari saya."

"Kenapa banyak sekali, Mas?" suara lembut Qila yang bertanya padanya membuat Zayn sedikit canggung.

Kenapa saya jadi gugup hanya mendengar suara wanita ini? Apa mungkin ini karena cerita hidupnya yang diceritakan Kak Nanda? Aaah, sadar Zayn.

Tangannya menggaruk kepala yang tak gatal. Widya dan Nanda tertawa pelan melihat tingkah Zayn. Rasanya sudah lama tidak melihat Zayn bertindak malu-malu begitu.

Zayn menetralkan suaranya. Takut jika yang keluar adalah suara gagap. Dia akan malu. "Sebenarnya saya tidak tahu barang apa saja kebutuhan si kecil." mata Zayn beralih pada bayi kecil dalam dekapan Qila. "Makanya, saya meminta asisten saya untuk membelikan semua perlengkapan yang dibutuhkan bayi baru lahir."

"Tapi ini banyak sekali, Nak Zayn."

Suryadi tertawa. "Dia dan asistennya ini kan sama-sama laki-laki, Pak. Jadi ya si Revin juga nggak tahu kebutuhan bayi. Lah wong mereka ini sama-sama jomblo." 

"Terima kasih banyak, Nak Zayn." Nur bersyukur bertemu keluarga yang begitu baik pada keluarganya.

°•°•°•°

Zaky berdecak sebal saat gedoran di pintu depan tak berhenti. Padahal dia baru saja akan memulai ronde kedua dengan Sania.

"Aaaah, si*l. Siapa sih pagi-pagi gini gangguin orang?"

Dengan cepat, dia mengenakan boxer lalu melangkah membuka pintu. Wajahnya bertambah malas saat melihat ibunya.

"Ibu ngapain pagi-pagi kesini?" tanyanya ketus.

Mata tua itu memicing. "Kamu habis ngapain?"

"Bukan urusan Ibu."

"Siapa Mas?"

Anis terkejut saat melihat seorang wanita berpakaian sexy keluar dari kamar. Tampangnya pun acak-acakkan.

"Zaky, kamu berzina?"

"Ck, bukan urusan Ibu. Ibu ngapain pagi-pagi gedor-gedor rumah orang? Nggak sopan."

"Astaghfirullahaladzim. Ibu ini ibu kamu, Zaky. Wajar Ibu mengkhawatirkan kamu."

Lagi, Zaky bersikap tak sopan. Sebuah decakan kuat keluar dari bibirnya. "Udalah, Bu. Aku sudah dewasa. Aku berhak menentukan jalan hidupku sendiri."

"Ingat, kamu ini sudah punya istri dan anak."

"Istri? Siapa? Si jelek itu? Nggak sudi aku ngakuin dia. Lagian aku juga bakal ceraikan dia dan menikahi Sania, segera."

"Kamu punya ibu kok ngeselin sih, Sayang?"

Lengan putih Sania memeluk Zaky dari belakang. Tanpa peduli mata Anis menatap mereka.

"Kamu keterlaluan, Zaky. Disaat Qila sedang bertaruh nyawa melahirkan anak mu. Disini kamu malah berzina." tubuh Anis jatuh terduduk di Sofa. Kepala mendadak pening, dadanya pun terasa sesak.

Ck, jangan-jangan jantung Ibu kumat! Gawat. Aku bakalan kena sasaran amukan Bapak dan Kak Zaid kalau begini.

Zaky meninggalkan Anis yang masih meringis kesakitan. Dia berlalu kekamar untuk membersihkan diri. Ya, rencananya dia akan membawa ibunya ke rumah sakit. Dia tak mau jadi samsak hidup kakaknya.

°•°•°•°

"Bagaimana keadaan Ibu, Zaky?" tanya Zaid dengan nafas terengah-engah. 

Zaid meninggalkan rapat pagi ini saat mendapatkan telfon jika ibunya jatuh pingsan.

"Belum tahu, Kak. Dokter masih di dalam, periksa kondisi Ibu."

"Semoga Ibu baik-baik saja." Zaid menjatuhkan diri dikursi tunggu. Baru mendarat dari Kalimantan karena pekerjaan di sana dan langsung rapat pagi ini membuat tubuhnya benar-benar lelah. "Dimana Qila dan anak-anak?"

Zaky terdiam. Pekerjaan Zaid yang mengharuskannya selalu keluar kota membuat Zaid tak tahu kehidupan rumah tangga adiknya.

"Ada."

"Oh iya, Kakak lupa kalau dia hamil terakhir ketemu. Apa sudah lahiran?"

"Eeem, sudah Kak."

Zaid mengernyit heran. Adiknya tampak tak biasa. Zaid ingat betul bagaimana antusiasnya Zaky saat kelahiran Andra dan Byan. Belum lagi Chika dan Dara. Tapi kenapa sekarang Zaky nampak biasa saja? Apa ada masalah?

"Oh ya? Laki-laki atau perempuan."

Zaky kembali diam. Dia tak tahu harus menjawab apa. Karena dia pun tak tahu jenis kelamin anak itu.

"Perempuan." jawabnya asal.

"Waah, berarti sekarang Kakak punya 4 princess ya? Kalau ibu sadar nanti, Kakak mau jenguk Qila."

"JANGAN."

Zaid terlonjak kaget mendengar Zaky berteriak cukup kencang. Zaid makin curiga ada apa-apa dengan rumah tangga adiknya itu.

Zaid berdiri, menghampiri Zaky yang masih berdiri di samping ruang UGD. Tubuhnya yang lebih tinggi dari Zaky membuat Zaid terlihat lebih mendominasi. Di tambah lagi dengan tatapannya yang tajam.

"Jujur. Kamu ada masalah dengan Qila? Apa Ibu jatuh pingsan karena masalah itu?"

"Zaid, Zaky. Bagaimana kondisi Ibu kalian?"

Nafas lega terhembus dari sela bibir Zaky. Hampir saja Zaid tahu semuanya. Bisa gawat jika Zaid tahu.

"Ibu masih di dalam, Pak."

Tubuh yang mulai tua itu mendudukkan diri. Memulai doa. Berharap kekasih abadinya bisa selamat.

💚💚💚

Kamis, 10 November 2022

Terluka (Perselingkuhan Suamiku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang