Akhir pekan kali ini, Raina memilih untuk bermalam di rumah Natasha. Bukan tanpa alasan, gadis itu memang sedang ingin mencari suasana baru.
Ia tengah bertengkar dengan Jason. Harusnya sore ini mereka bisa melakukan kencan, tapi sejak pagi tadi cowok itu disibukkan dengan kegiatan eskul futsalnya.
Gadis itu mengembuskan napas kesal seraya mengempaskan tubuhnya ke sandaran sofa. Pandangannya kini terfokus pada layar TV milik Natasha yang sedang menampilkan film-film populer. Ia melirik Natasha yang sedang menekan tombol remote control berkali-kali, memilih judul film yang akan mereka tonton hari ini.
"Kurasa kencan kami batal." Gumam Raina singkat, memberikan kesimpulan asal.
Natasha memandangnya dengan tatapan ragu, tapi berikutnya langsung menunjuk layar TV.
"Kau ingin menontonnya? Kudengar kisahnya sangat menyeramkan." Tanya Natasha - meminta pendapat Raina tentang sebuah film yang posternya sudah terpampang dengan jelas di layar kaca.
Raina tersenyum miring, merasa tertarik dengan film yang direkomendasikan oleh sahabatnya.
"Kedengarannya menarik. Semoga film ini bisa membuatku melupakan cowok menyebalkan itu sementara waktu." Ucapnya seraya bangun dari sandaran sofa dengan wajah sumringah.
Semoga saja.
***
Mereka berdua bergidik ngeri melihat adegan di film ketika sosok hantu tua itu membunuh orang-orang yang mengusik tempat tinggalnya. Raina bahkan harus menutupi wajahnya dengan bantal sofa, sementara Natasha bersembunyi di belakang punggung Raina seraya merapalkan doa-doa.
Bunyi bel dari pintu depan membuat mereka kompak berjingkat kaget. Keduanya saling melempar pandang, bertanya-tanya kira-kira siapa yang bertamu ke rumah Natasha malam-malam begini.
"Apa kedua orang tuamu sudah pulang?"
Natasha menggeleng dan menjawabnya cepat, "Kedua orang tuaku masih ada di Jogja."
"Lalu siapa yang menekan bel itu?" tanya Raina takut. Gadis itu menggelengkan kepalanya keras-keras, sedang berusaha menghilangkan dugaan buruk yang terlintas di pikirannya.
"Kita buka saja."
Akhirnya mereka dua sepakat untuk menemui sang tamu tak diundang secara bersama-sama. Setelah mengumpulkan seluruh keberanian, keduanya membuka pintu itu lebar-lebar dengan satu sentakan kuat.
Ivon dan Jason sedang tersenyum ke arah mereka berdua dengan sebuah buket bunga besar di tangan mereka masing-masing.
Tunggu.
Ada yang kurang tepat.
Natasha berhadapan dengan Jason, sementara Raina berhadapan dengan Ivon.
Raina yang sadar lebih awal langsung menggeser pelan tubuh Natasha agar berhadapan dengan Ivon, sementara ia sendiri langsung berdiri di depan Jason.
"Astaga, Ra. Aku tidak akan merebut Jason darimu!" ledek Natasha yang kini sudah berada di sebelah Ivon, sementara Ivon sendiri tengah memandang wajah Natasha yang sedang terkikik geli.
Natasha yang sadar sedang diamati akhirnya menoleh ke arah Ivon, membuat keduanya bertatapan sambil mengulum senyum.
"Uh, tatapan penuh cinta. Menggelikan sekali." Komentar Raina sembari menutup matanya dengan sebelah tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow
Fanfiction"Bahkan dalam kegelapan pun, kami akan tetap berusaha mendapatkan hati orang yang kami cintai." "Menyedihkan sekali, bukan? Tapi tidak apa-apa. Aku berharap cerita ini akan berakhir bahagia." Yang lainnya ikut menyahut dengan nada penuh keyakinan.