"Boleh aku duduk di sini sama kamu?" ijin Nisha pada Thifa yang sedang mengerjakan pr yang belum sempat ia kerjakan di rumah.
"Tentu saja, kemarilah. Mulai sekarang duduk sama aku saja," balas Thifa tersenyum hangat.
"Terima kasih," Nisha ikut tersenyum lalu duduk di sampingnya.
Disatu sisi, beberapa anak perempuan yang duduk tak jauh dari mereka tengah menatap tak suka ke arah mereka.
"Nggak tau diri! Udah ditemenin malah temenan sana anak lain," gumam salah satu diantara mereka diangguki oleh lainnya.
......Finn sesekali tersenyum sambil mengangguk pelan saat teman-teman kelasnya yang sedang mengikuti pelajaran olahraga menyapanya yang hanya duduk di pinggir lapangan dan tak ikut berlari bersama mereka.
"Huft_" desah Nev yang baru menyelesaikan larinya terduduk di samping Finn yang tersenyum dan memberikannya minuman dingin.
"Enak banget hidupmu, belum ngeluarin keringat sama sekali," kesal Nev tak membuat Finn tersinggung sama sekali, pemuda itu hanya tersenyum tipis sebelum menjawab perkataannya.
"Mau rasain jadi aku? Kau harus merasakan rasa sakit saat jantungmu seperti akan meledak," balas Finn membuat Nev meneguk kasar ludahnya.
"Sorry, aku ralat deh. Gak mau aku penyakitan"
Finn terkekeh melihat Nev bergidik.
"NISHA, THIFA ! SINI !" teriak Nev pada dua gadis yang baru menyelesaikan larinya itu agar menghampiri mereka.
Finn melempar senyuman saat dua gadis yang dipanggil Nev kini mendekat ke arah mereka.
"Minumlah," kata Finn memberikan dua minuman dingin pada mereka berdua.
"Gratis?" tanya Nisha membuat Finn tersenyum lalu menggangguk pelan.
"Ya kebetulan aku sedang ingin bersedekah sebelum pergi"
Perkataan Finn membuat Nisha dan Thifa hampir tersedak saat minum, bahkan Nev menatap horor ke arah temannya itu.
"Pergi kemana monyet ?!" kesal Nev diberi gelakan tawa dari Finn.
"Kemana saja, tapi entah kapan aku akan pergi," balas Finn membuat Thifa terdiam dan menatapnya dalam. Melihat tatapan sendu Thifa, Finn menghentikan tawanya.
"Jangan terlalu serius, aku hanya akan pergi menemui Tanteku di Jakarta," lanjut Finn menatap Thifa dengan senyuman tipis.
"Aku tak suka candaanmu. Sungguh!" kesal Nev diangguki setuju oleh Nisha.
Sedangkan yang diajak bicara masih terus menatap sosok gadis penakut hujan yang juga menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Berhentilah tatap-tatapan! Bagaimana jika mata kalian berdua keluar?" decak Nev membuat Finn dan Thifa memutuskan tatapan dan memilih menatap objek lain.
Finn teringat jika dirinya membawa sesuatu pun mengeluarkannya di hadapan tiga orang itu.
"Aku membawa sesuatu," ucapnya mengalihkan perhatian ketiga orang itu padanya.
Finn memberikannya pada ketiga orang itu, dan mereka menerimanya dengan tatapan bingung.
"Ku harap kalian memakainya," pesan Finn setelah memberikannya.
"Casing hp?" gumam Thifa yang baru membuka bungkusnya.
"Kita samaan?" kata Nisha yang juga baru membukanya dan menyadari jika miliknya sama dengan yang lain.
"Sedikit menggelikan. Tapi baiklah, aku akan tetap memakainya," komentar Nev mendapatkan decakan pelan dari Finn sebelum tersenyum puas.
Disisi lain beberapa siswi menatap tak suka ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAYUNG PENGGANTI [HIATUS]
Подростковая литература"Aku masih membutuhkanmu sebagai payungku agar aku tak kehujanan. Jika payung itu rusak, maka aku akan kembali basah" Finn tersenyum tipis lalu mengangguk pelan sebelum berucap. "Maka carilah payung pengganti," katanya digelengi tak setuju oleh Thif...