"Apasih kok jadi sensitif gini?" —Vania.
o0o
Saat panggilan sudah terhubung, Vania melihat Arsen dengan raut wajah sudah di tekuk. Laki-laki itu hanya menatap sekilas ke arahnya, kemudian dia memandang ke arah lain. Sungguh, Vania tidak berani untuk bicara duluan.
"Dimana kamu?" Arsen bertanya dengan nada dingin.
"Rumah. Kamu dimana?"
"Kampus."
Arsen tidak menatap ke layar ponselnya, hanya Vania yang menatap sendiri.
"Kamu marah?"
Dengan pandangan datar biasa saja, Arsen berucap, "Serius ya, Van. Aku curiga kamu sama Haikal."
"Nggak ada apa-apa, Arsen. Kok jadi curiga sama Haikal gini sih?"
"Berapa tahun kamu kenal, Haikal?"
"Kan aku udah bilang dari SMA. Jangan curigaan gini deh, Sen."
"Haikal udah kenal sama Mama Papa kamu?" Arsen bertanya dengan sorot mata seperti mengintimidasi.
"Kamu kalau mau nanya beginian, mending aku matiin aja."
"Aku cuma mau pasti aja, Van."
"Pasti gimana lagi sih?"
Arsenio refleks menautkan kedua alisnya kala mendengar gadis itu menyerukan kalimat seperti tidak suka. Padahal ia hanya ingin di mengerti, bahwa dirinya ini sedang merasa cemburu.
"Aku matiin ya?"
"Sebentar."
"Mau ngomongin apa lagi? Aku mau mandi, Arsenio."
"Yaudah matiin, Van."
Belum sempat gadis itu menjawab lagi, panggilan telepon sudah di akhiri duluan oleh Arsenio.
o0o
o0o
"Kakak lo nyebelin, Gib." —Arsen.
"Nih dua orang akurnya bentar banget dah. Gue yang ribet coy." —Gibran.
o0o
Cemburu kayak orang tolol.
—Arsen.
______________
Cara mengapresiasi bacaan gratis ini, nggak perlu diingetin terus kan? Kesadaran diri aja ya.
B o y f r i e n d • 3
2022, queensky19
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend • 3 [] Lee Jeno [✓]
Fanfic"Kamu mau bunuh diri ya? Kamu sadar nggak kelakuan kamu tuh udah kelewat batas, Arsen!" END ©Queensky19, 2022 ⚠️⚠️ Don't plagiarize my story! Think with your own ideas. Bijaklah dalam membuat karya sendiri.