Chapter 5

381 41 2
                                    

Jungkook keluar dari ruang rapat—yang sialnya adalah rapat yang kedua kalinya dalam satu hari ini. Bukannya lega setelah menghadiri dua rapat, Jungkook semakin merasa pusing karena pekerjaannya semakin menumpuk. Sejak tadi pagi suasana hatinya sudah kurang baik, lebih tepatnya sejak bangun tidur pagi tadi.

Ia kesal. Di dalam hati ia tidak berhenti menggerutu. Rencana kemarin malam tidak ada yang terlaksana karena rasa kantuk sialannya. Ia tidak jadi bercinta dengan istrinya, pekerjaannya yang harusnya selesai malam kemarin belum selesai. Wah, Jungkook semakin kesal mengingatnya dan sebersit rasa cemas.

Ia mulai berpikir, sejak kapan ia menjadi sesibuk ini. Jungkook sadar waktunya untuk bersama keluarga semakin sedikit. Sedangkan, Jinri dan Byul tentu saja sangat membutuhkan perhatiannya.

Ngomong-ngomong tentang Jinri, ia tidak tahu apakah istrinya itu marah atau tidak pagi tadi. Sejak bangun hingga mereka berangkat Jinri tidak terlalu banyak bicara padanya karena sibuk mengurus menu sarapan dan Byul. Jungkook berusaha mengingat-ngingat bagaimana ekspresi wajah Jinri tadi pagi namun nihil, yang ia ingat Jinri terlihat datar-datar saja.

Ada rasa bersalah yang dirasakan Jungkook, kemarin malam istrinya sedang mood untuk bercinta tapi ia malah menyuruh tidur dua jam dulu yang berakhir tidur hingga pagi. Konyol sekali.

Ia jadi merindukan istrinya. Apakah ia harus mengirim chat ke Jinri? Mengirimkan kata penyemangat mungkin, atau sekedar mengatakan ia merindukan wanita itu. Hmm, sudah lama ia tidak melakukan itu. Lebih tepatnya ia lupa kapan terakhir melakukan hal itu.

Taehyung yang sejak tadi mengikuti Jungkook dari belakang terlihat mengerutkan kening bingung dengan tingkah sahabatnya itu. Jungkook bergumam tidak jelas sepanjang jalan. Namun, Taehyung tidak berniat mengganggu, ia malah mengikuti langkah sahabatnya itu dengan santai.

Heh, Taehyung yakin Jungkook pasti sedang stres dan banyak pikiran hingga bergumam tidak jelas seperti orang tidak waras. Taehyung tersenyum. Apa yang ia bilang?! Temannya ini terlalu banyak bekerja hingga otaknya tidak dapat berpikir dengan normal lagi. Coba lihat dirinya, walaupun ia banyak pekerjaan, ia masih menyempatkan dirinya untuk keluar dari ruang kerjanya, membeli kopi, dan mengobrol dengan staff lain sekadar untuk melepas penat.

Jungkook, jangan ditanya. Pria itu hanya tahu masuk kantor, menghadiri rapat, bekerja di studio lalu pulang. Selama bertahun-tahun hanya itu yang dilakukan Jungkook. Taehyung tidak yakin kapan terakhir Jungkook mengobrol santai dengan staff lainnya.

Entah kenapa Taehyung merasa bangga pada dirinya serta bersyukur tidak sekaku Jungkook di tempat kerja. Ia tidak yakin kewarasannya akan terjaga jika mengikuti gaya kerja sahabatnya itu.

Masih dengan senyum bangga terpatri di wajahnya serta kepalanya yang terangkat sombong, Taehyung tidak menyadari jika dirinyalah sumber perhatian semua orang. Banyak staff lain yang mengerutkan kening melihat Taehyung senyum-senyum sendiri sambil membututi Jungkook.

Sangking asyiknya dengan pikirannya sendiri, Taehyung bahkan tidak sadar jika Jungkook menghentikan langkah sehingga pria itu menabrak Jungkook dengan cukup keras.

"Ya! Jeon Jungkook! Kenapa kau berhenti di tengah jalan?" marah Taehyung. Ia memegang wajahnya karena terantuk kepala Jungkook.

"Siapa yang menyuruhmu meletakkan matamu tidak pada tempatnya?!" balas Jungkook sarkas.

"Mataku selalu di tempatnya." jawab Taehyung kesal. "Kau saja yang berhenti sembarangan."

Jungkook memutar matanya jengah. Bagaimana bisa Taehyung tidak melihat dirinya? Dengan tubuhnya yang sebesar ini hanya dua kemungkinan kenapa Taehyung menabraknya. Pria itu berjalan dengan fokusnya yang melihat ponsel atau asyik dengan pikiran sendiri yang kebanyakan isinya hanya kekonyolan.

Married by Accident 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang