Daun pohon maple berguguran berjatuhan memenuhi jalanan setapak. Angin berhembus semilir menerbangkan daun-daun maple menghasilkan suara seakan. Terdapat kursi taman, yang disediakan untuk umum. Siapa saja boleh duduk di bangku itu.
Sinar matahari menerobos masuk dari celah-celah daun. Menampilkan berkas cahaya yang hangat. Burung Nightingale sibuk membuat sarang di tumpukan daun berguguran itu. Para pejantan berusaha mencari daun dengan paruhnya dan betina menyusun sarang mereka, untuk persiapan musim kawin tiba. Sang betina memamerkan sayap dadanya yang halus. Begitu pula dengan pejantan.
Pemandangan indah ini sudah biasa bagi penduduk yang sudah lama tinggal di kota ini. Tak jarang sepasang kekasih menikmati pagi ini dikursi taman, berbincang-bincang dengan santai. Bagi para pekerja pagi ini sudah sibuk, banyak pekerjaan menumpuk disana.
Tuk...
Daun maple menjatuhi pucuk kepala seorang gadis dengan rambut coklat terang halus. Ia mengambil daun maple yang jatuh dari pohonnya langsung. Masih merah sempurna. Ia memandang lamat-lamat daun itu. Dia mempercayai bahwa jika seseorang menyimpan daun maple maka seseorang yang ia sukai akan mengingat moment indah mereka. Dia percaya daun maple akan menyatukan mereka.
Ina membuka buku dan menyimpan daun maple disana, dipertengahan buku. Ina berjalan santai, dari bibirnya yang pink merekah ia bersenandung kecil, air wajahnya menandakan dirinya sedang ceria hari ini.
Seorang anak kecil bertubuh gempal, sekitar berumur 4 tahun, berjalan menuju dirinya. Ia membawa setangkai bunga aster, dengan pipi yang terangkat keatas dan matanya yang membentuk bulan sabit disana, ia tersenyum ramah kepada Ina.
Ina mengambil bunga aster dari anak itu. Indah sekali. Anak itu langsung melangkahkan kaki meninggalkan Ina yang berdiri disana. Anak itu bersorak gembira, disana terdapat wanita tua menunggu dengan dibantu tongkat. Nenek itu mengelus pucuk kepala anak itu dengan sangat halus, lalu mengecup pipi kanan-kiri cucunya itu, ia bangga.
Nenek itu tersenyum damai kepada Ina, seperti mengatakan, Terimakasih Nak, kau telah menghibur cucuku. Hal itu dibalas anggukan oleh Ina. Nenek itu pergi berlalu dengan menggandeng tangan cucunya.
Pagi ini sangat indah bagi Ina, ia berharap dia dapat bertemu kembali dengan anak itu, memberikan hadiah kecil. Ina masih berdiri ditempat yang sama, tepatnya di halte bus. Sebuah bus berhenti didepannya, bertepatan dengan nenek dan cucunya menghilang dari pandangannya.
Dengan terburu-buru dia menaiki bus itu menempelkan kartu pada alat canggih. Ina menduduki bangku kosong yang tersisa , disebelahnya seorang pemuda menyenderkan kepalanya dijendela bus, dengan mengenakan baju yang sama dengannya, ia tertidur. Ina tak memperdulikan pemuda disampingnya, cepat-cepat ia memasangkan air pods putih dari sakunya, ia menyetel lagu kesukaannya, Rain Taeyeon.
Bus telah sampai di sekolahnya, tetapi pemuda disampingnya tidak bangun. Ina ragu-ragu untuk membangunkannya, tetapi sebentar lagi bel masuk, ina takut pemuda disampingnya akan terganggu. Sudah dua menit berlalu, Ina terpaksa membangunkan pemuda itu. Menepuk-nepuk pundaknya.
Lenguhan lirih terdengar dari bibir pemuda itu. Ia memandang sekelilingnya hanya terdapat dia dan Ina, tak lupa juga supir. Ia melihat jam tangan dipergelangan tangannya, ia tersentak kaget. Lima menit lagi bel masuk berbunyi. Ia cepat-cepat berdiri, tak sadar bahwa Ina disampingnya. Ia mengabaikan Ina, ia berlalu keluar dari pintu bus.
Ina memasang wajah cemberut, sudah dibangunkan tapi dia tidak berucap terimakasih, huh tidak tahu sopan santun. Ina keluar dari bus itu, tapi ia tidak terlalu memikirkan kejadian tadi. Setidaknya dia telah berbuat baik.
🌼🌼🌼
"Selamat pagi Ina" sapa teman sekelasnya, Zila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie
AdventureKisah dua anak manusia yang terpisah Ina dan Zen, mereka terpisahkan karena kewajiban hidup mereka didunia. Ina yang hanya seorang yatim piatu dan Zen yang tidak mempunyai Ayah. Ina yang kehilangan bola matanya saat setelah Zen pergi akibat terkena...