1 Cupcake

2.6K 397 24
                                    

"Mama kan sudah ada yang bekerja, jadi mama duduk saja! Jangan kelelahan!" Sean mengusap keringat yang bercucuran dikening ibunya, lalu membantunya membuka face shield dan masker yang dikenakannya.

"Sean memang anak mama yang paling manis! Baiklah, Mama akan istirahat sebentar. Lagipula pesanananya sudah tinggal sedikit lagi." Salvia mencium pipi putranya, lalu memangku bocah itu dengan perhatian.

"Mama, Mama kapan punya pekerja yang banyak seperti ini? Supaya Mama tidak kelelahan?"

Salvia menatap para pekerja part-time bidang tata boga yang ia sewa. Salvia tersenyum sambil menggeleng tak yakin. Sejauh ini pesanan Sean adalah pesanan terbesarnya. Jadi Salvia tidak tahu kapan ia bisa mempunyai karyawan sebanyak ini.

"Nanti kalau toko kue Mama sukses, dan banyak pesanan seperti pesanan Om Gavin!" Jawab Salvia jujur.

"Nanti kalau Sean sudah besar, Sean akan mencari uang yang banyak buat Mama!"

"Benarkah?"

"Sean yang akan beli kue Mama setiap hari!" Anak itu tersenyum. "Kue Mama kan paling enak!"

"Benarkah?"

"Iya!" Sean memeluk Salvia erat dengan penuh kasih sayang. Salvia sampai meneteskan airmata karenanya.

"Makasih sayang!" Salvia mencium putranya. "Sekarang Mama harus kembali bekerja! Supaya nanti sore kuenya bisa diantar, dan besok kita bisa pergi membeli mainan!"

"Tapi Mama sudah bekerja terus. Nanti Mama sakit!" Tatapan Sean terlihat begitu khawatir.

"Om Gavin sudah nelfon supaya kuenya diantar tepat jam 6 sore sayang. Mama harus bantu buat kuenya." Salvia mencoba memberinya pengertian.

"Kan ada banyak yang bekerja!" Sean tiba-tiba menangis sesenggukan.

"Iya sudah sayang, Mama akan istirahat saja." Ujar Salvia yang kini tidak bisa lagi menahan airmatanya.

Salvia terkadang heran, darimana Sean memiliki hati selembut ini. Tidak mungkin ayahnya, karena dia adalah pria brengsek dan pengecut. Apalagi keluarganya yang begitu sombong dan jahat itu. Mentang-mentang dirinya miskin dan tidak punya kekuasaan, lalu mereka bisa merendahkannya.

Salvia menatap Sean yang masih memeluknya dengan posesif. Ia tahu Sean sangat menyayanginya. Tapi melihatnya seperti ini, Salvia sangat prihatin. Anak sekecil Sean yang seharusnya hanya tau bermain dan belajar, dipaksa memahami sulitnya kehidupan.

"Sebelum Sean bahagiakan Mama, biarkan Mama yang bahagiakan Sean terlebih dulu. Sean jangan pikirkan apa-apa ya? Mama sayang sekali dengan Sean."

"Sean juga sayang Mama." Ujar anak itu.

Kadang-kadang Salvia ingin kembali ke masa lalu agar bisa memperbaiki keadaan, dan tidak merusak masa depannya sendiri seperti ini.

Tapi disisi lain, ia bahagia dengan kehadiran Sean di hidupnya. Jadi karena ia tidak lagi bisa memperbaiki masa lalu, ia akan memberbaiki semuanya di masa depan. Salvia akan mendidik anaknya, agar tidak melakukan kesalahan yang sama sepertinya.

Sean harus menjadi anak yang baik dan bisa menggapai cita-citanya setinggi langit. Sean tidak boleh menyia-nyiakan masa mudanya, seperti yang ibunya lakukan di masa lalu.

*****

"Gavin, semoga kamu bahagia. Semoga kamu lekas menemukan wanita yang tepat, dan memiliki keturunan seperti yang kamu mau."

"Sayang...."

"Kita sudah akan segera resmi bercerai."

"Kenapa kamu menyerah disaat aku selalu berjuang untuk kita?"

Suddenly Married The CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang