Delapan

55 35 5
                                    

Happy reading 😁

Minggu pagi...

Mikko berkali-kali melihat room chat nya dengan Sela, berharap gadis itu akan membalas pesannya. Namun hasilnya nihil. Sela memang sudah  membacanya, tapi sampai detik ini tak kunjung mengirimkan balasan. Padahal sudah sejak semalam pesan darinya terkirim.

Sela memang sengaja tidak membalas chat dari Mikko, ia masih kesal karena kemarin Mikko malah tidur saat dirinya menjelaskan materi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sela memang sengaja tidak membalas chat dari Mikko, ia masih kesal karena kemarin Mikko malah tidur saat dirinya menjelaskan materi.

Mikko menatap jam di layar handphonenya. Pukul tujuh lebih tiga puluh menit. 

Ia kemudian meletakkan handphonenya di atas nakas dan bergegas menuju kamar mandi. Meski Sela tidak membalas chatnya tapi ia akan tetap kesana. Lagi pula dirinya juga sudah mengabari bukan?

Sementara itu Sela sedang sedang dimarahi habis habiskan oleh Arga akibat tidak sengaja memecahkan piring yang hendak dibawa ke meja makan. Ia tidak tahu kenapa tangannya tadi tiba-tiba terasa lemas.

"Kamu gimana sih! Cuma suruh nyiapin piring aja nggak becus, tiga hari yang lalu kamu mecahin gelas, sekarang piring. Besok apa lagi yang mau kamu pecahin, hah! "

Kepala lu yang gue pecahin, jawab Sela dalam hati

Ya, tiga hari yang lalu ia memang tidak sengaja menjatuhkan gelas. Malam itu ia terbangun dan memutuskan untuk ke dapur untuk membuat teh hangat. Baru saja ia akan menyeruput teh tangannya mendadak seperti kehilangan tenaga dan akhirnya gelas tersebut berujung pecah di lantai.

Sela merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Sekarang ia menjadi mudah lelah, sering pusing dan kadang mimisan tanpa sebab.

"Yang bener ngebersihin nya, awas aja kalau sampai masih ada pecahan yang tertinggal, " Omel ayah.

" Gue bantuin kak, " tutur Seli yang kini ikut berjongkok di depan Sela.

" Seli kamu nggak perlu membantu Sela, biarkan dia sendiri saja yang membereskan, " Cegah Arga

"Tapi pa–"

"Sudahlah kita tunggu  saja di ruang makan," Ajak Arga," Dan kamu habis ini siapin makan sama satu lagi, jangan sampai ada barang yang pecah. " Sembari menunjuk Sela.

Seli berjalan mengikuti Arga menuju ruang makan, ia sebenarnya ingin membantu kakaknya namun Arga tidak pernah mengijinkannya melakukan itu, berbeda dengan Sela yang suka melawan papanya Seli selalu patuh dengan dengan Arga, mungkin hal itu juga yang membuat Arga menyayangi Seli–karena ia adalah anak yang penurut.

Setelah Arga pergi Sela  membersihkan pecahan piring sambil  menggerutu.

"Kalo emang takut gue mecahin piring lagi kenapa nggak abil piring sendiri aja? kenapa mesti gue yang harus nyiapin? Semua pekerjaan rumah gue yang nyelesain, sedangkan Seli disuruh nyantai nggak ngapa-ngapain, " gerutunya.

LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang