#10 : Lelah

47 21 3
                                    


"Masalah terselesaikan bukan dengan menangis, tetapi dengan menangis kita merasa lebih baik dan bisa berfikir jernih."

(Anonim)

DILARANG KERAS PLAGIAT!!
Happy reading guys!

_____

Dimalam yang tenang ini, Adira berbaring di teras rumah dengan dialasi tikar. Ia memandang indahnya ciptaan Tuhan, bintang-bintang yang berkelap-kelip menghiasi langit gelap yang indah membuatnya merasa nyaman dan tenang.

"Cantik," gumam Adira tersenyum memandang bintang-bintang yang ada di langit.

"Tuhan aku mau cerita, aku capek. Tapi aku nggak boleh nyerah, aku harus tetap hidup apapun masalah yang akan datang nantinya. Ujian yang kau berikan untukku akan ku hadapi." Terkadang jika kita bertukar cerita dengan manusia, kita tidak tahu apakah dia juga sedang ada masalah atau yang lainnya.

Tempat yang paling tepat untuk bercerita hanyalah Tuhan. Yang selalu siap mendengarkan cerita kita kapan saja.

Adira mengangkat tangan kanannya, seolah ingin mengambil bintang lalu menurunkan tangannya kembali seperti semula.

"Aku ingin sekali terlelap pulas tanpa mimpi buruk yang terus menerus singgah di kepalaku. Seolah mimpi buruk itu tidak mau pergi dan ingin menetap untuk selamanya." Air mata Adira sudah menggenang di pelupuk mata membuat pandangannya terlihat kabur.

"Rasanya aku ingin menghilang saja," batin Adira.

Ia sudah menangis tersedu-sedu. Membiarkan bintang dan langit menjadi saksi bisu atas tangisan Adira malam ini.

"Hikss...aku..hiks...capek...," Tangisnya. Ia mengusap pipi yang basah akibat air mata yang terus-menerus menetes.

"Ketika semua orang sudah tidur dan bahkan bermimpi. Kenapa aku harus menangis dan membiarkan langit melihat tangisanku yang menyedihkan ini," batinnya.

Ia masih terisak. Malam semakin larut, semilir angin malam menusuk kulitnya dan membuat daun serta rumput bergoyang mengikuti arah angin.

Setelah sedikit tenang, Adira memutuskan masuk kedalam rumah tak lupa membawa tikar lalu menaruhnya ke sembarang arah begitu saja. Ia terlalu lelah hari ini, untuk menggulung tikar saja ia malas.

Adira masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya, memejamkan mata lalu menikmati alam mimpi yang selalu menjadi pengganggu.

^•^

Rose yang kini sedang memainkan ponsel di kamar yang bernuansa pink itu terkejut karena tiba-tiba pintu kamar dibuka dengan kasar oleh Rasy.

"Brakk." Rasy membanting pintu. Bunyi dobrakan pintu nyaring di telinga.

"Ini apa?!" Tanya Rasy menyodorkan kertas lusuh yang nampaknya sudah diremas lalu dibuang.

Rose mengalihkan pandangan ke kertas yang dipegang Rasy. Rose diam mematung, bagaimana bisa Rasy menemukan kertas ulangan bahasa Inggris yang diadakan minggu lalu.

"Itu-kan hasil ulangan harian bahasa Inggris, kenapa Mama bisa nemu," batin Rose terbelalak melihat Ibunya yang sudah menemukan kertas ulangan hariannya.

"Mama udah bayar les kamu mahal-mahal tapi apa balasan kamu hah?! Kamu cuman harus belajar!! Belajar!! Dan belajar!! Trus dapat nilai bagus!! Bukan cuman dapat 98!" Murka Rasy menatap tajam anak perempuan yang kini sudah ketakutan.

Rasy mencengkram bahu Rose. "Kamu! Harus jadi nomor satu di kelas!" Tegasnya, menekan setiap kata yang ia lontarkan.

"Sini!" Rasy menyeret paksa Rose ke meja belajar lalu mendudukkan Rose di bangku.

"Kamu hafalin lagi materi ini!" Rasy menjejerkan kertas ulangan Rose dengan buku tebal milik anaknya itu yang berisi materi bahasa Inggris.

Rose yang tak mau kena pukul lagi oleh sang Ibu segera mengulang materi tersebut.

"Awas kalo kamu sampai lupa lagi!" Ancam Rasy lalu keluar dari kamar Rose. Menutup pintu dengan tak santai.

Di dalam kamar Rose seperti orang tidak waras, terus mengulang materi bahasa Inggris. Ia berkali-kali memukul kepalanya frustasi, tidak ada satupun yang menempel di otaknya. Justru membuat ingatannya menurun jika terus dipaksakan seperti ini.

"Aku mau mati aja rasanya," desisnya.

Di dunia ini manusia sedang berjuang dengan cobaannya masing-masing dan tidak ada manusia yang baik-baik saja.

Memang benar apa kata orang, ada anak yang cerdas dengan berusaha keras. Namun, ada juga yang langsung tanggap dan paham akan materi yang baru saja guru jelaskan.

Proses pertumbuhan setiap anak tentu berbeda-beda dan jika orang tua yang seharusnya selalu mendukung serta memotivasi justru mengekang anaknya itu akan berdampak pada sikap dan mental anak tersebut.

Cara mendidik Rasy kepada Rose sangat keras. Tak ayal membuat Rose sangat ingin menyingkirkan Adira bagaimanapun caranya.

Adira dan Rose sama-sama terobsesi dengan nilai, hanya saja jika Adira menuntut dirinya sendiri melainkan Rose, ia dituntut Ibunya untuk selalu mendapatkan nilai sempurna.

.
.
.
.
.

Update : 12 November 2022

Ada yang kangen sama Arga nggak nich?

Jika ada kesalahan dalam penulisan tolong koreksinya ya, terimakasih.

Aku dan Semesta✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang