"Hahhahah... Mbak Vina-Mbak Vina. Kalau aja saat itu eranya sosial media, pasti Mbak Vina gak jadi asisten rumah tangga, mungkin jadi selebgram/youtuber kali ya" (berbicara sendirian)
"Sejak saat itu kenangan bersama Mbak Vina banyak banget. Ehhmmm apa aja ya?coba aku ingat-ingat lagi"
Setiap hari, sejak saat itu aku jadi sering memperhatikan Mbak Vina saat melakukan pekerjaan rumah tangga sambil berpikir mencari cara untuk merasakannya lagi.
Suatu pagi, saat aku bersiap berangkat sekolah, kedua orang tuaku berpamitan mau pergi keluar kota selama beberapa hari. Kakakku juga ada acara kemah selama dua hari, jadi dirumah cuma ada aku dan Mbak Vina selama beberapa hari.
Hari itu aku sangat bersemangat sekali, ingin rasanya aku segera lekas pulang kerumah. Siang hari waktunya pulang sekolah. Sesampainya dirumah, aku berlari mencari keberadaan Mbak Vina.
Kucari-cari, ternyata dia sedang menyiram tanaman dibelakang rumah. Aku bergegas mengganti pakaianku, dan berlari memeluknya dari belakang. Entah Mbak Vina yang tinggi atau aku yang pendek saat itu, jadinya tinggiku sejajar dengan pantatnya.
Dio: "Mbak Viiinaaaa..." (kupeluk erat dan kugesek-gesekan wajahku dipantanya)
Mbak Vina: "Ehh, aduh aduhhh.." (sambil terhuyung-huyung karena kaget), "Kamu udah pulang toh. Bentar ya mbak angetin dulu lauknya"
Dio: "Ehheemm..." (sambil tetap memeluknya dari belakang)
Mbak Vina: "Eehhh bentar dulu dong" (sambil berusaha keluar dari dekapanku)
Dio: "Ehhehe begini dulu sebentar aja mbak"
Mbak Vinapun terdiam dan tampak menurutiku.
Mbak Vina: "Sudah? Udah puas peluk mbak?"
Dio: "Udah mbak" (sambil kulepaskan dekapanku). "Sial, kukira bakal terkentut kalau kukagetin dari belakang, ternyata enggak" (berbicara dalam hati)
Mbak Vina bergegas menyiapkan makan siang dan kami makan bersama. Dari siang sampai sore Mbak Vina sibuk sekali, aku jadi tidak punya kesempatan untuk mendekatinya.
Ternyata sampai malam haripun aku belum menemukan kesempatan. Tiba-tiba aku mendapatkan ide yang cukup cemerlang.
Dio: "Aku kan udah terbiasa tidur sendiri, kenapa ga minta Mbak Vina menemaniku disini semalam, siapa tau ada kesempatan"
Sampailah pada larut malam, waktunya tidur. Aku kekamarnya untuk memintanya untuk tidur bersamaku. Kuketuk pintu kamarnya
Dio: "Mbaakkk, mbaaakkk. Udah tidur?"
Mbak Vina: "Belum dek, masuk aja"
Mbak Vina: "Ada apa dek? Kok belum tidur?"
Dio: "Aku gak bisa tidur mbak, temenin aku dong?"
Mbak Vina: "Loh, biasanya tidur sendiri. Tumben minta ditemenin"
Dio: "Gak tau mbak, rasanya rumahnya sepi, aku jadi sedikit takut"
Mbak Vina: "Yaudah kalau gitu mbak temenin dikamarmu"
Dio: "Yes! Berhasil" (kataku dalam hati)
Setelah berada dikamarku, kamipun berbaring sambil menonton tv dikamar. AC dikamarkupun sudah kunyalakan. Tiba - tiba Mbak Vina bangun dari tempat tidur
Dio: "Ehhm, kenapa mbak?"
Mbak Vina: "Bentar deh dek"
Mbak Vina: "Kayaknya perutku mules deh. Mbak ijin keluar dulu bentar aja, mbak kentut dulu ya"
Dio: "Disini aja mbak" (sambil memegang tangannya)
Mbak Vina: "Aduduuduhhh.. bentar aja ya, mbak gak tahan"
Tanganku dilepasnya dan dia berlari sambil memegangi perutnya. Namun sepertinya sudah benar-benar mau keluar, dia tidak sempat membuka pintu dan berlari ke pojok kamar. Dia berbalik membelakangi dinding posisi nungging dengan pantat terangkat, mulai mengejan dan memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya dan....
Mbak Vina: "Fyuhh.. legaaaa" (sambil menepuk nepuk perutnya)
Aku langsung terdiam melihatnya. Suara dan ekspresi yang dibuatnya membuat bulu kudukku merinding karena sangat hot dan seksi. Melihatku duduk terdiam dan gemetaran, Mbak Vina menghampiriku.
Mbak Vina: "Dek, kamu kenapa kok diem gitu? Kaget ya?"
Dio: "ahh iya, enggak kok"
Dio: "Kentutnya mbak keras banget tadi aku sampai kaget"
Mbak Vina: "Hahhha iya nih, mbak kayaknya masuk angin jadi kentut, mana bau banget lagi"
Karena sudah terlanjur penasaran akhirnya aku bertanya padanya
Dio: "Ehhmm mbak, kalau mbak kentut lagi, aku boleh nyium gak?"
Mbak Vina: "Ehh.."
Dio: "Ehhmm anu mbak aku penasaran sama baunya, apalagi sama yang barusan"
Mbak Vina: "Eehhh.. Kenapa kok kamu mau nyium kentut aku? Kentut mbak bau loh..."
Akhirnya aku menceritakan kejadian yang dulu aku alami dengan Kak Grace
Mbak Vina: "Ohh jadi karena itu kamu punya kebiasaan gitu, pantes aja kamu tadi siang meluk mbak dari belakang, ternyata kamu nyuri-nyuri kesempatan buat ngendusin pantat mbak ya?"
Dio: "Iyaa" (jawaban anak kecil yang jujur)
Mbak Vina: "Yaudah, gini deh besok-besok mbak bakalan kentut deket kamu, gimana? Oke gak?"
Dio: "Yaudah oke deh"
Mbak Vina: "Buat malem ini, mbak kasih satu lagi deh. Tapi tunggu ya, mbak belum pengen. Mbak tengkurap dulu coba ya" (sambil menepuk-nepuk perutnya)
Entah apa yang ada dipikiran Mbak Vina kala itu. Mungkin Mbak Vina berpikir untuk menuruti kemauanku karena aku masih kecil dan mungkin saja kebiasaanku ini akan menghilang dengan sendirinya saat aku beranjak dewasa.
Mbak Vina: "Ehh, ini nih. Mbak mau kentut. Sini deketan"
Belum sempat aku mendekat, kentutpun keluar
Dio: "Yah, kecil banget mbak, gak kayak yang tadi"
Mbak Vina: "Mana mbak tau, tapi yang kecil gini juga bau kok. Coba cium deh" (sambil mengipasnya kearahku)
Mbak Vina: "Gimana? Bau juga kan?"
Dio: "Hmmm ya lumayan..."
Mbak Vina: "Udah puas ya buat malem ini?, kita bobo ya, besok kan kamu harus sekolah"
Malam itupun aku tertidur, meskipun dengan rasa agak kecewa. Tapi setidaknya aku dan Mbak Vina membuat kesepakatan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sniffer
NonfiksiMenceritakan perjalanan pemuda bernama Dio yang mempunyai kebiasaan unik dan aneh. Dalam perjalanannya, Dio mempertanyakan dan mengeksplorasi semua tentang kebiasaannya serta merahasiakannya dari semua orang.