57. Private Trip

5.5K 432 20
                                    

Pagi-pagi sekali, mobil yang ditumpangi oleh Marvin dan Gianna sudah sampai di airport

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali, mobil yang ditumpangi oleh Marvin dan Gianna sudah sampai di airport. Keduanya kini berjalan beriringan menuju lounge khusus yang terletak di kawasan Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta.

Ketika mereka berdua sudah sampai di lounge khusus yang diperuntukkan bagi para penumpang pesawat jet pribadi, di sana mereka sudah ditunggu oleh Lukman, Daffa, Hendra, Karin, Jerico, Naufal, dan juga Rendy.

Yelsi dan Cindy? Mereka akan menyusul bersama dengan teman-teman Marvin yang lain menggunakan penerbangan maskapai terjadwal pukul setengah delapan nanti.

Karin yang semula duduk nyaman di samping pacarnya alias Jerico pun langsung berdiri ketika melihat Gianna memasuki ruangan. "Gi, temenin gue ke toilet bentar yuk!"

Gianna bahkan belum sempat membuka mulut, tapi tangannya sudah ditarik menjauh oleh Karin. Meski agak kebingungan, Gianna hanya menurut saja saat diseret ke salah satu sudut toilet oleh temannya.

Begitu sampai di dalam, Karin celingukan kesana kemari untuk memastikan bahwa tak ada orang lain selain dirinya dan Gianna di area tersebut.

"Gi, sumpah lo harus denger ini," ujarnya dengan volume suara yang sengaja dikecilkan seperti tengah berbisik.

"Apa lagi, Rin? Please ini masih pagi, jangan ngajakin gue ngegosip."

"Gini, dengerin dulu. Jadi ceritanya tadi sebelum lo dateng, gue sempet nguping pas temen-temennya kak Marvin ngobrol. Nah si cowok yang badannya paling gede itu bilang kalo sebenernya acara private trip  ini sengaja kak Marvin rencanain buat ngajak lo liburan. Jadi bisa dibilang perayaan ulang tahunnya itu cuma kedok doang."

Gianna tidak bisa berbohong bahwa sebagian dari dirinya merasa senang saat mendengar apa yang disampaikan oleh Karin. Tapi tak lama kemudian dia merubah ekspresinya menjadi lebih datar. Dia tak ingin terlalu dikuasai oleh perasaan delusif.

"Lo jangan bikin gue kepedean dong."

Karin menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Nggak. Ini beneran tadi gue denger sendiri."

"Dan lo langsung percaya aja gitu? Temen-temennya kak Marvin orangnya emang pada suka bercanda, Rin. Jangan dianggep serius!"

"Gue yakin mereka nggak lagi bercanda, Gi. Buktinya mereka sampe nyuruh orang-orang yang ada di sana tutup mulut. Mereka bilang kak Marvin bakalan ngamuk kalo sampe rencananya bocor ke elo," terang Karin dengan semangat menggebu-gebu.

"Kalo emang bener gitu, terus sekarang ngapain lo malah ngasih tau ke gue?"

"Gini ya Gianna, gue jelasin pelan-pelan. Jadi nanti di sana kan bakal ada temen-temen cewek kak Marvin yang ikut nyusulin. Bahkan gue denger ada satu cewek yang namanya Helen, dia mantan fwb-annya kak Marvin juga maksa ikutan. Nah maksud gue ngasih tau ke elo tuh biar nanti di sana lo nggak ngalah ke dia. Pokoknya jangan sampe lengah! Inget, kak Marvin punya lo. Jangan mau bagi-bagi sama cewek lain."

Friends With Benefits [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang