Paga dan Buna (10)

323 42 14
                                    

____

Jangan lupa ngaji dan shalawat Nabi 🤍
Tetap jaga iman dan imun 🤍

Happy Reading!

***
Sary menghela napas panjang ketika melihat pesan yang dikirim oleh Raga bahwa putranya tersebut sedang berkunjung ke rumah ayah kandungnya. Sary tidak mempersoalkan Raga berkunjung ke rumah Darlen, tapi yang menjadi permasalahan di sini adalah Sary sudah tak sabar ingin bertanya perihal obat anti depresan yang ia temukan di kamar Raga.

"Ma, kenapa sih dari tadi mukanya gelisah gitu?"

Revan itu bertanya dengan raut wajah heran. Sary melukiskan senyuman lalu mengusap rambut Revan dengan lembut.

"Janji sama mama, ya. Kamu kalau ada apa-apa ceritakan sama mama."

Revan menautkan alisnya. "Maksudnya Mama?" tanyanya bingung.

"Iya, kalau Revan ada masalah apapun itu bilang ke mama biar mama bisa bantu Revan."

Revan tersenyum mendengar jawaban dari mamanya tersebut. Lantas, lelaki 18 tahun itu menjatuhkan kepalanya di pundak Sary.

"Iya, Ma. Revan pasti cerita."

Sary yang mendengar jawaban dari putra bungsunya pun menghela napas lega. Setidaknya, hati Sary tenang dengan jawaban dari Revan.

"Mama belum jawab pertanyaan Revan loh. Kenapa gelisah kayak gitu?"

"Mama tadi pagi menemukan obat anti depresan di kamar Raga."

"Obat anti depresan?"

"Iya, Sayang. Kamu tahu nggak sejak kapan abang konsumsi obat itu?"

"Revan sama sekali nggak tahu, Ma. Abang nggak ada cerita apapun sama Revan."

"Nah itu dia yang buat mama khawatir sama kondisi abang kamu."

Revan tersenyum lalu merangkul bahu mamanya.

"Bismillah, semoga keadaan Bang Raga baik-baik aja, Ma."

"Aamiin."

***
Setelah selesai berkunjung ke rumah ayah kandungnya. Raga dimintai tolong oleh Nadhira juga Ayra untuk mengantar kedua gadis itu ke rumah Rafa karena akan menginap di sana. Raga pun menyanggupi untuk mengantar keduanya.

"Bang Raga nggak mau mampir dulu?" tanya Khafa ketika ketiganya sudah sampai di kediaman Rafa.

"Iya. Abang boleh gendong Adhisty dulu, Fa?"

Sebenarnya, Khafa ingin menolak pertanyaan dari Raga karena lelaki itu baru saja dari luar. Namun, Khafa sungkan untuk menolak. Ia memilih untuk memberikan Adhisty kepada Raga.

"Boleh, Bang."

"Paga, yey!" Sorak Adhisty dengan senang ketika berada di gendongan Raga.

"Kalau gitu aku sama Nadhira dan Ayra masuk dulu, Bang," ucap Khafa dibalas anggukan oleh Raga.

"Hari ini udah makan es krim?"

"Dah," jawab Adhisty mengangguk berulang kali.

"Papa kamu belum pulang dari KKN, ya?"

"Yayaya, papa lom ulang, Paga."

Adhisty menjawab dengan bibir mencebik membuat Raga tertawa melihat keponakannya tersebut.

Ketika masih asyik berbincang dengan Adhisty. Naya baru saja memarkirkan motornya di halaman rumah Rafa. Gadis itu heran karena ada Raga bersama Adhisty.

Rahasia Hati Braga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang