2| PULANG BERSAMA

5 1 5
                                    

SELAMAT MEMBACA



JANGAN LUPA VOTE
•••☆•••

"BAGAS BALIKIN PULPEN GUE!" Teriak Thalia menggelegar seisi kelas.

"Ambil aja kalo bisa, blee!" Bagas menjulurkan lidahnya dengan tampang menyebalkan.

Thalia kesana-kemari mengejarnya. "Balikin gak!"

"Gak mau!" Ucap Bagas seraya menghindar dari Thalia yang mengejarnya. Bahkan ia sudah berlari ke luar kelas.

"Nyebelin banget sih tuh ... orang!!" Thalia berkacak pinggang seraya berdecak sebal.

Lebih baik dia menunggu di dalam kelas saja, nanti kalo Bagas sudah kembali, ia akan menghajar anak itu habis-habisan. Siapa suruh mancing singa betina.

"Padahal gue mau nulis," gumamnya kembali ke tempat duduk. Kelas mereka sedang ada jamkos, maka dari itu siswa bebas beraktivitas.

Kebetulan sekali bangku Thalia dan Arya berseberangan tidak begitu jauh. Thalia melihat ada pulpen di dekatnya.

Arya sedang bertelungkup di atas mejanya. Thalia pikir sang empu tertidur.

"Arya, gue pinjem pulpen lo bentar ya. Bentaran aja kok," izinnya.

"Jangan sentuh barang gue!" Arya memasukan pulpennya kedalam laci.

"Pinjam bentar, jangan pelit nanti kuburannya sempit!"

"Gak peduli," ketusnya.

"Ya elah, pelit amat! Awas aja lo!" Ancam Thalia. Saat ia hendak berbalik menuju bangkunya berada, Thalia tak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri.

Alhasil ia terjatuh dipangkuan Arya yang sedang duduk dibangkunya.

"Mau modus ya lo?" Cibir Arya.

Thalia segera bangkit berdiri. "Apaansih, orang jatuh juga. Lo pikir gue sengaja!"

Benar-benar menyebalkan pikir Thalia. Kenapa dia harus sekelas dengan manusia kulkas seperti Arya dan manusia kadal seperti Bagas. Perpaduan yang sangat menyebalkan.

Thalia kembali ke tempat duduknya dan melirik sekeliling orang. Ada bermacam-macam warna yang Thalia lihat. Anak kelasnya beberapa memiliki banyak warna kesamaan hari ini, yaitu warna merah muda melambangkan kegembiraan. Wajar saja karena sesuai dengan kondisi dan situasi jamkos seperti sekarang.

Terkecuali Arya. Lelaki itu seluruh auranya berwarna hitam. Thalia jadi takut untuk mendekat dan mengurungkan niat untuk mengoceh.

Warna yang jarang sekali ia lihat, dan itu hanya terjadi pada Arya. Warna yang identik dengan duka, misterius, dan tertutup.

Ia kembali melirik ke arah Arya. Pundaknya merosot kebawah, matanya sayu dan panda. Kadang kala tatapan matanya mengisyaratkan sebuah luka dalam.

Arya yang merasa terus diperhatikan melirik ke arah sampingnya. "Ngapain lo liatin gue? Suka sama gue?"

"Dih PD lo!" Sarkas Thalia.

"Btw, lo gak suka jamkos?" Tebak Thalia. Lagipula tidak ada orang yang mengajak Arya berbicara. Dan kedua sahabat Thalia di kelas pun sedang larut dalam mimpi masing-masing.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang